Share

Ada yang mengintip?

Beberapa saat sebelumnya ...

 "Nda, mau kemana? Udah sore. Hayu balik."

"Mau mandi dulu. Gerah ah. Sekalian cuci sepatu boot. Kena lumpur."

"Maaandi? Di sungai? Jangan Nda," ujar si pemuda yang nampak khawatir itu. 

Si Gadis mengulum senyumnya mendapat protes dari pemuda itu. "Em .., Aa' cemburu ya? takut aku di intipin?"

Sebuah toyoran di terima di kening sang dara. "Ngapain cemburu? Aa' cuma kasihan sama yang ngintip nanti pada sawan. Kirain bidadari mandi. Tahunya kuda nil lagi berendam."

Tawa si pemuda itu langsung tercipta, membuat si gadis gemoy merengut kesal. 

"Jangan cemberut dong Nda .., makin jelek ih," bujuk pemuda itu melihat si gemoy merajuk dengan wajah merengutnya. Sebuah cubitan pelan di terima pada pipi lebar si gadis yang dengan cekatan ia tepis. 

"Nda ... Jangan marah ih. Nanti makin ngembang loh!"

"Idih!!!"

Si pemuda tertawa lagi tanpa rasa bersalah. Menggoda Nda-nya, adalah salah satu penghiburan diri.  

Nda, Namanya bukan Manda. Bukan pula panggilan sayang, Bunda. Tapi Panda. 

Iya, Panda.

Padahal Nama gadis itu Maura. Sebutan Panda dia dapat karena bobot tubuhnya yang big size untuk seorang gadis. Usianya baru dua puluh satu tahun dengan tinggi 165cm dan bobot 115 kg. Genduts. Ia sering dapat ejekan dari teman-temannya dengan panggilan Nda. Alias Panda. Termasuk oleh Danar. Sepupu jauhnya. Pemuda 25 tahun yang juga bekerja sebagai Buruh pemetik jeruk di perkebunan ini. 

Wajah Maura sebenarnya sangatlah cantik dengan mata coklat terang, rambut coklat dan kulit putih. Dengar-dengar, nenek moyang Maura dan Danar dulunya orang Belanda. Tapi belanda mana, entahlah. Mungkin bekas penjajah yang diculik oleh warga pribumi kemudian dinikahi. Yang pastinya, Maura dan Danar memang memiliki paras yang rupawan. Bedanya, paras rupawan Maura tertutup oleh bobot tubuhnya yang tak sedap dipandang mata. Kerap kali dia juga mendapatkan ejekan dari keluarga dan tetangganya. 

Tapi prinsip Maura adalah 'Emang gue pikirin?'

Tahu Bunda Corla? Nah, Maura ini fans berat Bunda itu. Dia menjadikan mental gledek Bunda corla sebagai Idolanya. Biar di caci maki dan diledek akan tubuhnya yang berisi, Maura tetap merasa cantik dan kalau berkaca di cermin, dia akan melihat kalau dirinya adalah Kareena Kapoor. 

Kareena kapoor dari Garut. 

Pokonya tidak boleh minder. 

"Nah, makanya kalau gak mau di intipin dan bikin para pengintip sawan karena liat kuda nil berendam, hayu balik. Udah mau maghrib."

Tangan Danar menggenggam jemari Maura. Iya, ia cuma bisa menggenggam jemarinya saja. Karena pergelangan tangannya, sudah pasti tak bisa. Maura menggeleng. Menghempaskan tangan Danar. 

"Udah pada sepi. Gak bakalan ada orang. Lagian mandi ge' cuma sebentar. Masih pake baju. Udah sana ..., balik geh."

Maura berniat mendorong pelan sepupu jauhnya itu tapi dasarnya Danar yang lebay, dia sampai langsung jatuh. 

Brukk!

"Haduh, jangan pakai tenaga dong, Nda."

Maura yang geram kemudian akan menimpa Danar dengan sepatu bot yang dia bawa tapi pemuda itu lantas langsung bangun dan kabur sambil tertawa. 

"Hati-hati ya. Cepet balik kalau udah nyucinya "

"Watir ya A'? Watir di bawa ririwa?" (Siluman) goda Maura.

"Hush ah! Gak ada Ririwa radius 10 km dari kamu, Nda. Mereka putar balik kalau ketemu kamu juga."

"Aa' Gelo!!!" Teriak Maura kesal.

Danar kembali tertawa. Pemuda tampan tersebut melambaikan tangannya dan pamit untuk pulang. Kalau saja, sang ayah tidak sakit pada hari ini dan meminta agar Danar cepat pulang untuk membelikannya obat di apotek,  tentu saja Danar akan menemani sepupunya itu untuk mencuci sepatu dan katanya ... Ekhem mandi. 

Setelah Danar tidak nampak lagi dari pandangan matanya, Maura kemudian mengambil cucian baju kerja serta sepatu boot yang dia bawa dalam ember kecil. 

Kebun Jeruk ini sangat luas dan terletak di kaki gunung sehingga ada sungai jernih yang mengalir di sana. 

Biasanya para petani dan buruh sudah pulang dan biasanya juga mereka akan menyempatkan waktu untuk mencuci pakaian kerja mereka serta sepatu kerja mereka di sini. Tapi saat sore ini Maura tidak menemukan satupun rekan kerjanya. 

"Baguslah, gak ada suara berisik," ujar gadis itu seraya menyimpan embernya di dekat bibir sungai. Sementara handuk bersih yang baru dia keluarkan dari tas, dia simpan di atas batu besar. Agar tidak kotor dan tidak basah. 

Maura memulai mencuci dulu dua helai pakaian kerjanya. Selama 4 tahun bekerja sebagai buruh di sini, Maura jarang punya teman. Teman dalam artian yang sekalipun tidak pernah mengejek postur tubuhnya. 

"Sexy atuhlah kayak gini teh. Body Adelle ini teh, apal teu Adelle? Kenal teu?" sungutnya seolah bicara dengan seseorang. Ia mengambil kain jarik dari tasnya. kemudian, menoleh kanan dan kiri. Ia pakai kain tersebut membalut tubuhnya seperti handuk. Dari dalam kain dia melepaskan celana panjangnya terlebih dahulu untuk kemudian semuanya. Setelah itu, meski sedikit kesusahan demi menutupi tubuh bagian atasnya, Maura berhasil juga melepaskan kaos dan semuanya. 

Nda, Panda. 

Semuanya selalu sama bahkan Maura kadang-kadang lupa kalau namanya adalah Maura saking seringnya dipanggil Panda. 

Tapi biarlah. Ia anggap semua hinaan dan ejekan itu sebagai penguat imun. Siapa tahu saja dengan bersabar terhadap ejekan dan hinaan, Maura bisa dapat hadiah.

Kata orang sabar buahnya manis. 

Tapi bolehkah Maura berharap jika sabar buahnya shahrukh khan? Atau Salman Khan? Atau minimal Refal Hadi lah. 

Maura terkikik geli jika mengingat permintaannya kepada sang Maha Pencipta. Boleh kan, ya? Mau request jodoh seperti apapun? Kan bebas. Masa iya, sebegitu banyaknya rakyat Indonesia raya merdeka merdeka tidak ada satupun yang diciptakan sebagai pendamping hidupnya yang menerimanya apa adanya? 

Pasti ada ... Pasti ada. 

Diet atuh Nda ... badan kamu teh nyeremin, di mata para cowok. Jangankan suka sama kamu ketemu kamu juga ada takut mereka tuh. 

Makan mulu! Diet! Udah bukan kayak Panda lagi. Kayak beruang!

Lucunya, ucapan-ucapan itu dia dengar dari orang-orang terdekatnya. Dari Kakak dan Kakak iparnya. 

Maura sudah tidak punya orang tua. Orang tuanya meninggal bersamaan ketika ada wabah covid beberapa tahun yang lalu. Tinggallah Maura bersama dengan kakak perempuannya, Deby dan kakak iparnya, Aji, yang amit-amit matanya selalu jelalatan jika memandang tubuh Maura yang katanya montok. Aji itu selalu menghina Maura tapi matanya tidak lepas selalu mesum jika melihatnya.

Byuuuurrrrr

Malas memikirkan ke duniawian dan seperangkat ejekannya, Maura langsung menyebur ke sungai setelah selesai mencuci baju dan sepatu bootsnya. 

Kesegaran air sungai selalu bisa membuatnya rileks. 

"Akhhh .... Segeeer ...." Ucapnya berkali-kali berenang bebas kesana kemari karena tidak ada orang di sini. Sambil bernyanyi-nyanyi lagu India favoritnya. 

Tanpa ia tahu, ada sepasang netra coklat tengah menatapnya di sebalik pohon jeruk. 

Elshad meremas handuk yang ada di depannya yang tadi ia ambil. 

Elshad tak berkedip melihat Maura mandi. 

Saking seriusnya, Elshad melamun dan beberapa saat kemudian, dia berteriak kaget karena sebuah jeruk jatuh di atas kepalanya. 

Plukk!

"Arggh!" Refleks ia kaget. 

Maura terkejut mendengar ada yang teriak. 

"SIAPA ITU?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status