Elshad lagi-lagi menyembunyikan handuk yang dia pegang ke belakang punggungnya. Lalu berdiri agak menjauh. Sementara Maura datang dan dipersilakan duduk oleh Zoya. Elshad masih memantau gadis itu dan berharap agar Maura tidak bicara macam-macam pada istrinya. Zoya yang memang terkenal ramah itu, membiarkan Maura menyajikan kuenya di dekat minuman teh herbal diabetes khusus baginya "Wah kuenya harum." Zoya memuji. "Iya ... Kata Teh Debby gak terlalu manis.Pakai gula jagung juga.""Gak pernah kecewa kalau saya pesan dari Debby.""Makasih banyak ya, Bu."Zoya tersenyum lagi sementara Maura merapikan kue, tak sengaja, Zoya melihat suaminya tak berkedip melihat Maura. Zoya merasa aneh sendiri. Mungkinkah El merasa aneh dengan penampilan gadis gendut di depannya? Maura mengenal Elshad dengan baik. Pasti suaminya itu sedang Body shaming dalam pikirannya. Mengata-ngatai fisik Maura."Mangga kue nya Bu. Semoga suka ya, saya pamit dulu." Maura undur diri dengan sangat sopan."Eh ... seben
Betis Maura serasa mau copot ketika sudah sampai rumah Elshad dan Zoya yang megah ini. Sampai di sana, dengan napas yang kebat-kebit dan rasanya sudah ingin rebahan saja, Maura di persilakan oleh Bik Kokom untuk duduk di sofa. “Tunggu di sini, ya. Euceu kasih tahu Bapak sama Ibu.” “Iya Ceu.” Kokom pergi ke dalam. Sebelumnya, Maura di suguhi es jeruk yang segar dan sekali tandas masuk ke perutnya. “Akkh … Gelas orang kaya kecil amat sih? Kalau di kampung mah, di sediainnya sama teko-nya,” kekeh Maura karena masih merasa haus. Ia menunggu Zoya datang dan tak lama, wanita cantik itu terlihat duduk di atas kursi roda dan didorong oleh suaminya di belakang. Senyum Maura berkembang ketika melihat Zoya namun surut kembali ketika melihat El. Demi apapun ya, semalaman Maura tidak bisa tidur karena dia penasaran, mau melihat bagian tengah handuk putih yang kemarin dipegang oleh Bos pabrik itu untuk membuktikan kalau dialah ia mengintip Maura. “Maura … Udah lama?” Maura bangun dari d
BrughhhhJeruk di dalam keranjang itu berjatuhan ke lantai saat di bawa oleh Maura dan gadis itu tak sengaja menjatuhkannya."Duh, hati-hati atuh ..."Danar, sang sepupu yang kebetulan berada di sana dan bertugas untuk mempacking jeruk, kemudian membantu Maura memunguti jeruk-jeruk tersebut dimasukkan lagi ke dalam keranjang untuk disortir."Udah, jangan ikutan mungutin. Sesak napas nanti kamu kalau jongkok," cegah Danar yang di patuhi Maura.Para buruh yang sedang menyortir jeruk-jeruk tak jauh dari mereka hanya terkekeh melihat Maura. Namun, tak berani banyak meledek seperti biasanya karena mereka sedang dikejar target. Lagipula ada Danar di sini. Mandor packing yang juga adalah saudara Maura. Dia sering mengejek Maura. Tapi, kalau terdengar ada orang lain yang ikut-ikutan mengejek, maka dia akan marah.Agak lain memang sepupunya yang satu."Hayuk di bawain. Kamu mah badan doang gede. Tapi cuman bawa jeruk lima kilo aja sampai jatuh-jatuh."Danar menggerutu sambil membawakan keranja
Zoya mengatakan pada Elshad untuk mencari Maura dan membujuknya lagi. Zoya begitu menggantungkan besar harapannya pada gadis itu. Elshad tentu menuruti Zoya. Apapun yang di inginkan istrinya pasti akan ia ikuti. Apalagi saat Zoya menangis ingin Maura agar jadi madunya ketika gadis gemoy itu tadi beranjak dari rumah mereka.Seharian hujan.El mendapat kabar, jika buruh yang tadinya bertugas untuk memanen jeruk, kini di pindahkan ke bagian penyortiran. Elshad memang tidak pernah mengenal Maura sebelumnya. Kecuali, Ekhem, waktu mengintip sore itu.Dia tidak tahu di mana gadis itu ditempatkan bekerja. Mau bertanya pada asistennya, tapi Elshad enggan. Dia tidak mau membuat pertanyaan di benak siapapun karena menanyakan Maura. Jadilah, dengan dalih memantau ke bagian penyortiran, Elshad memantau dimana Maura bekerja.Tapi nihil.Di gudang pun tak ada.Dia hampir frustasi jadinya. Sebegitu susahnya sih? Mencari gadis sebesar itu? Akhirnya, dengan terpaksa, Elshad pun menanyakan Maura pada m
Satu hal yang paling gila yang pernah di lakukan oleh Maura, mungkin adalah dengan menyetujui menjadi istri kedua Elshad Nataprawira. Mungkin ia gila karena sudah sangat frustasi dengan kelakuan Aji dan Debby. Mungkin dia gila. Tapi setidaknya ia bisa mendapat tempat tinggal yang aman. Mungkin dia gila dengan menyerahkan anaknya nanti pada Elshad dan juga Zoya.Tapi setidaknya, kegilaannya ini bisa memberi kebahagiaan untuk orang lain.Lihatlah betapa Elshad dengan bahagia membawa Maura pulang lalu dengan antusias menemui istrinya yang berada di ruang tamu seolah menunggu mereka pulang dan mengatakan jika Maura bersedia menikah dengannya."Ya Tuhan, terimakasih ... terimakasih,'' ucapnya seraya menangis dan membuka tangannya lebar agar Maura masuk dalam pelukannya. Elshad ikut terharu melihatnya karena Zoya yang begitu sangat bersemangat kini.Tubuh Maura yang basah, tidak membuat Zoya merasa risih justru dengan sangat erat memeluknya. "Makasih sayang, terimakasih banyak. Kamu luar
Nanti Kang, kita cari siapa pelakunya. Kita cari!" Tangis Debby tak bisa di tahan seraya ia mengelap darah yang berada di wajah Aji yang terus menerus keluar dari sejak semalam dari hidungnya."Pokoknya Debby mah gak terima. Debby mau lapor polisi aja karena Akang udah ada yang ngegebukin.""Eh ... jangan-jangan!"Aji yang sedang tiduran di balai bambu di depan rumahnya itu lalu bangun dari duduknya Ketika sang istri berencana mengadukan kepada polisi."Eh? Kenapa jangan? Biarin aja kita lapor ke polisi biar ditangkap itu maling, teh."Saat Debby pulang dari rumah saudaranya, pada saat subuh hari, dia terkejut karena melihat Aji suaminya terkapar di kebun belakang rumah di dekat dapur. Untung kedua anaknya menginap di rumah paman dan bibi mereka sehingga tidak mengetahui ayahnya seperti ini. Debby saja histeris. Bagaimana dengan kedua anak mereka? Debby membawa Aji ke dalam rumah kemudian bertanya Setelah membersihkan badannya dari darah dan juga noda Lumpur.Aji menjawab kalau dia ha
"Saya terima nikah dan kawinnya Maura Elviana binti Gino Macgiver dengan mas kawin uang sebesar 2024 dolar Amerika dibayar tuunai.""Bagaimana saksi? Sah?''"Sah!""Sah!""Sah!" 🍁🍁🍁Di hadiri oleh saksi Aji dan Debby dari pihak keluarga, asisten rumah tangga dan penjaga kebun, Elshad resmi menikahi Maura."Selamat ya ... Neng Maura,'' ucap Bik Kokom. Karena hanya dia yang duduknya dekat dengan gadis itu Sedangkan Debby juga Aji agak jauh darinya."Hatur nuhun, Bi."Acara akad nikah ini di selenggarakan di rumah Elshad dan hanya di sah kan oleh penghulu saja bersama dengan perangkat desa. Dengan catatan tak boleh ada yang memberi tahu pernikahan ini. Yang terpenting adalah hubungan Elshad dan Maura tercipta secara halal dan SAH.Ada yang unik dari pernikahan ini. Selain dari mahar yang berbentuk buket dollar. Yaitu Elshad hanya mengenakan kemeja putih serta celana hitam biasa sedangkan Maura mengenakan pakaian pengantin warna putih. Gaun yang extrasize itu terbuka pada bagian dad
"Namanya Laura. Lulusan oxford university. Jago masak, masakan chinese jago banget. Makanan favorit kamu. Terus satu lagi nih, yang bikin Mama takjub. hobinya sama kayak kamu, Laura suka Snorkling. Cocok banget deh udah. Iya kan? Duh ... Nggak kebayang kan anaknya kayak apa orang tuanya pada aktif udah gitu ganteng sama cantik pula berprestasi lagi. Mama setuju banget deh kalau kamu lamar Laura sekarang juga. Mama sama Mamanya Laura waktu muda pengen banget besanan kalau anak-anak kita udah pada gede. Ya ampuuun ... akhirnya kesampaian juga lewat jalur kamu sama Laura." Marina terkikik geli ketika menawarkan seorang anak gadis pada anak laki-laki satu-satunya yang jujur saja merasa Jengah setiap kali ibunya memperkenalkannya dengan seorang gadis. Entah ini gadis yang ke berapa dan jawabannya tetap sama. "No!" Tawa Marina berangsur meredup ketika mendapatkan jawaban yang lagi-lagi sama, dari putranya. "Belum juga di lihat fotonya." "Buat apa? Mama mungkin lupa kalau aku udah puny
"Saya terima nikah dan kawinnya Maura Elviana binti Gino Macgiver dengan mas kawin uang sebesar 2024 dolar Amerika dibayar tuunai.""Bagaimana saksi? Sah?''"Sah!""Sah!""Sah!" 🍁🍁🍁Di hadiri oleh saksi Aji dan Debby dari pihak keluarga, asisten rumah tangga dan penjaga kebun, Elshad resmi menikahi Maura."Selamat ya ... Neng Maura,'' ucap Bik Kokom. Karena hanya dia yang duduknya dekat dengan gadis itu Sedangkan Debby juga Aji agak jauh darinya."Hatur nuhun, Bi."Acara akad nikah ini di selenggarakan di rumah Elshad dan hanya di sah kan oleh penghulu saja bersama dengan perangkat desa. Dengan catatan tak boleh ada yang memberi tahu pernikahan ini. Yang terpenting adalah hubungan Elshad dan Maura tercipta secara halal dan SAH.Ada yang unik dari pernikahan ini. Selain dari mahar yang berbentuk buket dollar. Yaitu Elshad hanya mengenakan kemeja putih serta celana hitam biasa sedangkan Maura mengenakan pakaian pengantin warna putih. Gaun yang extrasize itu terbuka pada bagian dad
Nanti Kang, kita cari siapa pelakunya. Kita cari!" Tangis Debby tak bisa di tahan seraya ia mengelap darah yang berada di wajah Aji yang terus menerus keluar dari sejak semalam dari hidungnya."Pokoknya Debby mah gak terima. Debby mau lapor polisi aja karena Akang udah ada yang ngegebukin.""Eh ... jangan-jangan!"Aji yang sedang tiduran di balai bambu di depan rumahnya itu lalu bangun dari duduknya Ketika sang istri berencana mengadukan kepada polisi."Eh? Kenapa jangan? Biarin aja kita lapor ke polisi biar ditangkap itu maling, teh."Saat Debby pulang dari rumah saudaranya, pada saat subuh hari, dia terkejut karena melihat Aji suaminya terkapar di kebun belakang rumah di dekat dapur. Untung kedua anaknya menginap di rumah paman dan bibi mereka sehingga tidak mengetahui ayahnya seperti ini. Debby saja histeris. Bagaimana dengan kedua anak mereka? Debby membawa Aji ke dalam rumah kemudian bertanya Setelah membersihkan badannya dari darah dan juga noda Lumpur.Aji menjawab kalau dia ha
Satu hal yang paling gila yang pernah di lakukan oleh Maura, mungkin adalah dengan menyetujui menjadi istri kedua Elshad Nataprawira. Mungkin ia gila karena sudah sangat frustasi dengan kelakuan Aji dan Debby. Mungkin dia gila. Tapi setidaknya ia bisa mendapat tempat tinggal yang aman. Mungkin dia gila dengan menyerahkan anaknya nanti pada Elshad dan juga Zoya.Tapi setidaknya, kegilaannya ini bisa memberi kebahagiaan untuk orang lain.Lihatlah betapa Elshad dengan bahagia membawa Maura pulang lalu dengan antusias menemui istrinya yang berada di ruang tamu seolah menunggu mereka pulang dan mengatakan jika Maura bersedia menikah dengannya."Ya Tuhan, terimakasih ... terimakasih,'' ucapnya seraya menangis dan membuka tangannya lebar agar Maura masuk dalam pelukannya. Elshad ikut terharu melihatnya karena Zoya yang begitu sangat bersemangat kini.Tubuh Maura yang basah, tidak membuat Zoya merasa risih justru dengan sangat erat memeluknya. "Makasih sayang, terimakasih banyak. Kamu luar
Zoya mengatakan pada Elshad untuk mencari Maura dan membujuknya lagi. Zoya begitu menggantungkan besar harapannya pada gadis itu. Elshad tentu menuruti Zoya. Apapun yang di inginkan istrinya pasti akan ia ikuti. Apalagi saat Zoya menangis ingin Maura agar jadi madunya ketika gadis gemoy itu tadi beranjak dari rumah mereka.Seharian hujan.El mendapat kabar, jika buruh yang tadinya bertugas untuk memanen jeruk, kini di pindahkan ke bagian penyortiran. Elshad memang tidak pernah mengenal Maura sebelumnya. Kecuali, Ekhem, waktu mengintip sore itu.Dia tidak tahu di mana gadis itu ditempatkan bekerja. Mau bertanya pada asistennya, tapi Elshad enggan. Dia tidak mau membuat pertanyaan di benak siapapun karena menanyakan Maura. Jadilah, dengan dalih memantau ke bagian penyortiran, Elshad memantau dimana Maura bekerja.Tapi nihil.Di gudang pun tak ada.Dia hampir frustasi jadinya. Sebegitu susahnya sih? Mencari gadis sebesar itu? Akhirnya, dengan terpaksa, Elshad pun menanyakan Maura pada m
BrughhhhJeruk di dalam keranjang itu berjatuhan ke lantai saat di bawa oleh Maura dan gadis itu tak sengaja menjatuhkannya."Duh, hati-hati atuh ..."Danar, sang sepupu yang kebetulan berada di sana dan bertugas untuk mempacking jeruk, kemudian membantu Maura memunguti jeruk-jeruk tersebut dimasukkan lagi ke dalam keranjang untuk disortir."Udah, jangan ikutan mungutin. Sesak napas nanti kamu kalau jongkok," cegah Danar yang di patuhi Maura.Para buruh yang sedang menyortir jeruk-jeruk tak jauh dari mereka hanya terkekeh melihat Maura. Namun, tak berani banyak meledek seperti biasanya karena mereka sedang dikejar target. Lagipula ada Danar di sini. Mandor packing yang juga adalah saudara Maura. Dia sering mengejek Maura. Tapi, kalau terdengar ada orang lain yang ikut-ikutan mengejek, maka dia akan marah.Agak lain memang sepupunya yang satu."Hayuk di bawain. Kamu mah badan doang gede. Tapi cuman bawa jeruk lima kilo aja sampai jatuh-jatuh."Danar menggerutu sambil membawakan keranja
Betis Maura serasa mau copot ketika sudah sampai rumah Elshad dan Zoya yang megah ini. Sampai di sana, dengan napas yang kebat-kebit dan rasanya sudah ingin rebahan saja, Maura di persilakan oleh Bik Kokom untuk duduk di sofa. “Tunggu di sini, ya. Euceu kasih tahu Bapak sama Ibu.” “Iya Ceu.” Kokom pergi ke dalam. Sebelumnya, Maura di suguhi es jeruk yang segar dan sekali tandas masuk ke perutnya. “Akkh … Gelas orang kaya kecil amat sih? Kalau di kampung mah, di sediainnya sama teko-nya,” kekeh Maura karena masih merasa haus. Ia menunggu Zoya datang dan tak lama, wanita cantik itu terlihat duduk di atas kursi roda dan didorong oleh suaminya di belakang. Senyum Maura berkembang ketika melihat Zoya namun surut kembali ketika melihat El. Demi apapun ya, semalaman Maura tidak bisa tidur karena dia penasaran, mau melihat bagian tengah handuk putih yang kemarin dipegang oleh Bos pabrik itu untuk membuktikan kalau dialah ia mengintip Maura. “Maura … Udah lama?” Maura bangun dari d
Elshad lagi-lagi menyembunyikan handuk yang dia pegang ke belakang punggungnya. Lalu berdiri agak menjauh. Sementara Maura datang dan dipersilakan duduk oleh Zoya. Elshad masih memantau gadis itu dan berharap agar Maura tidak bicara macam-macam pada istrinya. Zoya yang memang terkenal ramah itu, membiarkan Maura menyajikan kuenya di dekat minuman teh herbal diabetes khusus baginya "Wah kuenya harum." Zoya memuji. "Iya ... Kata Teh Debby gak terlalu manis.Pakai gula jagung juga.""Gak pernah kecewa kalau saya pesan dari Debby.""Makasih banyak ya, Bu."Zoya tersenyum lagi sementara Maura merapikan kue, tak sengaja, Zoya melihat suaminya tak berkedip melihat Maura. Zoya merasa aneh sendiri. Mungkinkah El merasa aneh dengan penampilan gadis gendut di depannya? Maura mengenal Elshad dengan baik. Pasti suaminya itu sedang Body shaming dalam pikirannya. Mengata-ngatai fisik Maura."Mangga kue nya Bu. Semoga suka ya, saya pamit dulu." Maura undur diri dengan sangat sopan."Eh ... seben
Elshad bermaksud mengambil ponsel khusus pekerjaan yang sengaja ia letakkan di dashboard mobil. Biasanya, di hari Jumat, ia akan menyimpan semua peralatan kerjanya di mobil demi menghindari terbawa saat bersantai di rumah bersama istri tercinta pada Sabtu dan Minggu pagi. Di Minggu siang, Elshad akan mengambil kembali ponsel tersebut untuk mengecek pesan-pesan penting yang masuk.Dengan langkah pasti, ia menuju garasi. Begitu berhasil menemukan ponselnya, ia segera menyelipkannya ke dalam saku celana. Namun, ketika hendak keluar dari mobil, matanya terhenti pada sebuah handuk putih yang tergeletak di sana. "Handuk?" Ingatan Elshad tiba-tiba terpanggil kembali ke masa kemarin, pada sebuah peristiwa ketika ia terpaksa kabur dan tanpa sengaja membawa handuk milik seorang wanita yang ia temui.Hatinya berdebar, Elshad mendengkus kasar, berharap tak ada orang yang mengetahui dia pernah membawa handuk tersebut. "Ah, lebih baik buang aja," gumamnya pelan, seakan ingin menyingkirkan bukti ma
" Ditungguin dari tadi mika-nya, mau dipakai buat dianterin ke ibu Zoya. Malah nangkring di sini Bukannya cepet-cepet ke dapur!" Omel Debby yang merampas plastik berisi Mika bolu berbentuk bulat itu dari tangan Maura.Aji membuang bekas rokoknya ke asbak. Kemudian menggedikkan bahu.Debby memperhatikan adik dan suaminya yang masih saling melotot itu."Maura! Aya naon sih?"Maura tidak menjawab saking kesalnya malah Aji lah yang bicara."Tuh, adik kamu. Kenapa lagi atuh? Dia pulang-pulang dari warung marah gara-gara ngelihat Akang lagi ngopi sama ngudud (ngerokok). Padahal cuma ngopi sama ngerokok. Biasalah kalau pengangguran mah, pasti diomelin terus." Aji mulai playing victim.Debby membulatkan matanya. ''Gustii... Maura. Berani-beraninya kamu teh sama Akang kamu!!" Omel Debby. ''Mulut kamu teh berani pisan. Gak ada Phormat-hormatnya sama orang tua. Baru ge nganggur setahun atuh. Da tadinya kang Aji yang kerja buat menghidupi kita. Songong pisan mulut kamu teh."Aji menarik sudut bi