Sementara itu di kantor, Zio baru kembali dari meeting bertemu tuan Reiner. Ponsel disakunya bergetar, sebuah pesan masuk. Zio sesaat terdiam, lantas ekspresi wajahnya berubah kesal."Apa-apaan ini?!" gumam Zio jengkel.Mood lelaki tersebut kembali memburuk, Han pastikan itu. Jika sudah begitu, dia pilih menyingkir. Dari pada kena amuk. Namun Nancy yang tidak tahu situasi hati Zio, justru menerobos masuk ke ruangan sang atasan.Han memberi kode tapi Nancy tidak paham. Terserahlah, Han berjalan keluar dari pada ikut mendengar amukan Zio."Kenapa kau?" tanya Zio judes."Aku bawakan baju ganti untukmu. Kamu kan tidak suka hitam kenapa malah pakai hitam?" Nancy bahkan sudah bersiap melepas jas Zio sebelum lelaki itu mencegahnya."Apa yang kamu lakukan?""Mengganti bajumu," balas Nancy.Detik setelahnya Zio berdiri. Dia merapatkan kembali jasnya, hal itu membuat Nancy bingung."Zio, bukannya kamu tidak suka warna hitam. Aku belikan yang navi.""Siapa bilang aku tidak suka hitam. Aku menyuk
"Mbak Erna mana ya?" Lea bertanya tentang orang yang selalu menemaninya sejak dia keluar dari rumah Rian. Sudah beberapa lama Erna tidak kelihatan. Perempuan itu cuma pamit tugasnya sudah selesai. Zico baru melepas helm-nya, mereka sampai di The Mirror saat hari sudah gelap, tapi masih lama menuju jam makan malam. Zio memperhatikan Lea yang memarkirkan sepeda di samping moge miliknya."Yang tadi itu siapa? Jangan bilang si Agra itu juga masih temui kakak."Ditanya apa, jawabnya apa. Lea menghela napas, beginilah kalau yang diajak bicara remaja tanggung, mana badung plus tengil lagi. Bisa-bisanya Zico ngaku pacar di depan Aldo.Bukan, bukan masalah tampang Zico yang tidak memadai untuk dijadikan pacar. Tapi tolonglah, gap umur mereka lumayan. Walau tren punya pasangan lebih tua sedang marak, Lea tidak mau ikutan tren. Dia tetap lebih suka punya pasangan yang lebih tua umurnya macam ... Zio.Lah kok jadi mikir ke sana. Tapi bener kan currently suaminya memang Zio. Cuma, umur pria itu
Lea mengeplak kepalanya sendiri, dia baru dapat satu putaran pagi itu. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendadak teringat perlakuan Zio padanya akhir-akhir ini. Dari sikap manis lelaki itu di meja makan, juga beberapa gebrakan yang Zio lakukan di kamar. Gebrakan yang berpotensi membuat Lea kena serangan jantung.Sikap Zio mencerminkan perhatian tapi mulutnya tidak. Tuan mulut cabe dan sikap kulkasnya itu tidak berubah. "Dia itu bikin bingung orang saja. Aduh!"Lea menoleh, mendapati Nancy menyenggol bahunya keras sambil berlari. Jelas jika perempuan itu sedang menantangnya. Namun Lea tak terpancing, pertaruhannya dengan Inez bukan dengan yang lain.Soal selesai cepat atau lambat tidak ada aturannya. "Dia tidak malu apa ya pakai pakaian begitu. Padahal ada Arch, ada Zico. Ah, tapi Zico mah badung."Lea yakin remaja tampan itu sudah tidak asing dengan pakaian seksi. Lihat saja seragam siswi di sekolah Zio. Tepok jidat Lea, tapi mau bagaimana lagi. Imbas kata internasional yang nemp
Suasana makan pagi jadi canggung setelah insiden di kamar Zio. Lea sudah berusaha bersikap biasa saja, tapi tatapan Zico serasa menghakiminya. Padahal Lea masih sempat merapikan tampilannya sebelum keluar dari walk in closet. Tapi pandangan Zico tetap saja curiga padanya.Zio sendiri cuek bebek tidak peduli pada sang adik. Meski rasa hati ingin mengeplak kepala Zico. Berani-beraninya mengganggu aksinya.Ditambah kehadiran Nancy, acara makan pagi mereka memang tidak seperti biasa. Ah, tapi kapan meja makan keluarga Alkanders terasa nyaman dan hangat. Semua anggota keluarga hanya berada di sana sekedar mengisi perut, tak lebih.Masing-masing hanya sibuk dengan makanannya, plus Nancy yang sesekali melirik tidak suka pada Lea. Dia juga menatap penuh harap ke arah Zio, berharap lelaki itu sudah memaafkannya."Zi, kau tidak melakukan apapun padanya?" Zico menahan sang kakak saat ada di basement."Maksudmu apa? Apa yang kulakukan padanya itu urusanku. Kau tidak perlu ikut campur," sergah Zi
"Terima kasih, sila datang lagi."Lea membungkukkan badan, saat sang klien keluar dari tokonya. "Aku ke samping dulu ya," ujar Lea pada Agni yang langsung mengacungkan jempol.Lea meluruskan kaki sambil meminum jus alpukat yang dia ambil dari lemari pendingin di dapur mereka. Area samping toko dibangun jadi semacam tempat bersantai dengan kapasitas tiga orang.Lelah sekali rasanya hari ini, dan mungkin untuk seterusnya. Pagi dia harus keliling The Mirror dua kali, dia musti menyiapkan sarapan Arch atau bocah itu bakal tantrum dan seisi dapur dapat makian.Bukan Zio atau Inez yang melakukannya, tapi justru Nancy. Kerap kali perempuan itu berlagak bak nyonya di rumah itu. Belum lagi mengurusi Zio yang rewelnya melebihi anaknya. Masak iya, pakaian dalam pun dia juga yang pilihkan. Dan syaratnya harus beda sama yang kemarin.Perkara underwear pun bisa jadi sangat memusingkan jika berhubungan dengan Zio. Masalahnya Lea belum pernah menyentuh, memegang atribut pria paling pribadi itu sebel
"Selamat ulang tahun," ucap Agra yang tiba-tiba masuk ke kamar Raisa. Untung si gadis masih berpakaian lengkap, tidak sedang topless. Agra kakak kandungnya, tapi lelaki itu selalu berpesan pada Raisa untuk selalu menjaga diri. Bahkan jika itu dirinya sekalipun.Agra, figur kakak yang hebat untuk Raisa meski dia sendiri juga problematik, begitu menurut sang adik."Wahh, tumben. Ngasih bunga," seloroh sang adik."Gak suka, aku buanglah.""Eh jangan. Cantik banget, aku suka." Raisa menerima buket mawar, campur tulip dan peony, plus lily stargazer yang hampir semuanya berwarna merah muda. Mencerminkan usia Raisa yang sedang mekar-mekarnya dan bersemangat menjalani kehidupannya."Wah, ada ucapannya. Terima kasih."Raisa tersenyum membaca kartu ucapan yang terselip di antara bunga. "Manis sekali.""Coba lihat." Agra merebut kartu dari tangan Raisa."Bukan kakak yang tulis?" Tanya Raisa curiga."Ya, bukanlah." Pria itu lantas membaca apa yang Lea tulis untuk Raisa. Meski tanpa menyebut nama
Langkah Zio terasa riang waktu meninggalkan makam, kemunculan capung dengan sayap berwarna biru dia artikan sebagai Nika yang merestui hubungannya dengan Lea.Capung adalah hewan yang disukai Nika, seleranya memang aneh. Namun ada alasan kenapa Nika menyukai hewan yang jadi asal muasal bentuk kendararaan helikopter di masa kini. Capung tidak bisa hidup di tempat yang sudah terkontaminasi polusi, capung hanya bisa hidup di daerah dengan udara masih bersih, belum tercemar.Karena itulah, kehadiran capung kadang sering dijadikan indikator akan tingkat pencemaran lingkungan. Jika mereka sudah tidak ada maknanya alam sekitar sudah tercemar.Sementara biru adalah warna kesukaan Nika. Jadi capung berwarna biru itu Zio artikan sebagai perwujudan Nika yang ingin memberinya petunjuk.Suasana hati Zico membaik pagi itu, dia masuk kantor dengan wajah sumringah, meski kesan dingin itu masih tetap ada. Lelaki itu bahkan mengangkat tangan saat beberapa karyawan menyapa dirinya."Wah, makin ke sini
"Kenapa diam? Balik jadi bisu lagi?"Lea seketika mengangkat wajahnya, tuan mulut cabe kembali beraksi. Dipandangnya Zio yang sedang menatapnya tajam.Keduanya sudah berada di The Mirror, sudah melewati sesi makan malam yang sangat menyebalkan untuk Lea. Satu kesempatan di mana dia kembali bisa melihat Nancy bertingkah macam nyonya rumah.Perempuan itu dengan antusias menawari semua anggota keluarga untuk menyantap hidangan yang tersaji, kecuali Lea tentunya.Nancy tentu merasa di atas angin setelah kejadian tadi siang. Peristiwa di mana Zio melihat Rian dan Lea bertemu di kantornya. Meski pria itu setelahnya langsung melangkah pergi tanpa kata, Lea dan Nancy tahu kalau Zio kesal.Mood Zio kembali memburuk sampai hari berakhir. Tentu saja orang yang kena dampaknya adalah Han, pria itu bahkan sampai mengirim pesan pada Lea."Bisa tidak kau buat suamimu senyum sedetik saja."Pesan dari Han justru membuat Lea bingung. Memangnya dia bisa berkontribusi apa dalam mengatasi mood buruk Zio.P
Lea menatap prihatin pada pemandangan di depan sana. Di mana seorang pria sedang membantu satu wanita untuk pindah ke kursi roda. Satu kaki perempuan itu masih diperban dan jelas sekali kaki tersebut ... buntung."Zi ...." Lea tak menutup mulut. Tak sanggup menyaksikan keadaan si wanita."Dia kecelakaan. Disenggol motor, jatuh lalu kakinya dilindas mobil. Satu masih bisa diselamatkan, tapi yang lain remuk jadi terpaksa diamputasi."Lea membenamkan tangisnya di dada Zio. Dengan tangan sang lelaki lekas mengusap punggung Lea. "Dia yang melaporkanmu ke polisi, dia membantu Nika. Anindita Mahendra," sebut Zio dengan wajah sendu.Andai Dita mau menunggu sebentar kala itu, anak buahnya akan datang untuk membebaskannya. Zio hanya ingin menggertak Dita sebenarnya.Namun istri Dani tak sabaran. Dita lepaskan sendiri ikatan di tangan dan kakinya. Saat anak buah Zio kembali ke gudang, mereka tidak mendapati Dita di sana.Dari penelusuran mereka justru mendapat kabar kalau terjadi kecelakaan di
Setelah berkonsultasi dengan pihak kepolisian, Lawrence memberitahu kalau mereka tidak perlu melakukan klarifikasi atas keadaan Lea dan Nika. Toh dua orang itu meski rupa sama, tapi identitas berbeda.Karena Zio tidak ingin memperpanjang masalah ini, maka mereka memutuskan menutup kasus pertukaran identitas yang Nika lakukan. Dengan catatan perempuan itu tidak berulah lagi. Jika sampai Nika membuat onar, pihak yang berwajib akan membuka kembali kasus ini.Zio fine-fine saja, lagi pula yang bakal rugi Nika bukan dirinya. Hanya saja sebagai akibat Nika menerima sejumlah barang atas Lea beberapa waktu lalu.Imbasnya Lea juga dibelikan barang yang sama. Untuk menutupi kelakuan Nika, juga menghargai pemilik butik dan outlet. "Efeknya jadi tampil lebih glam ya?" Kata Irene setengah meledek sang atasan yang sejak tadi cemberut. Dia tidak bisa memakai sling bag favoritnya, gegara dia punya jadwal memakai tas branded yang Zio belikan. Dia yang biasa tampil cuek, tinggalkan sampirkan tas pund
Erna memegang pipinya yang terasa panas. Dipandangnya Nika yang wajahnya memerah penuh emosi. Erna tahu benar kalau Nika marah besar padanya.Dia sepenuhnya sadar akibat dari perbuatannya akan membuat Nika murka. Tapi Erna tidak mau Nika kembali melakukan kesalahan."Aku melakukannya karena aku peduli padamu, Nika. Aku tidak mau kamu menyakiti orang lain lagi. Cukup Nika! Cukup! Kita pulang saja ya?"Dari luapan emosi, kalimat Erna berubah jadi bujukan. Seperti yang dia katakan di hadapan Zio dan yang lainnya. Seburuk apapun perilaku Nika, dia tetap tak bisa mengabaikan perempuan itu.Erna tetap peduli, walau Nika kerap kali tidak memandang kebaikannya. Sebaik itu hati Erna. Gadis itu hanya ingin membalas kebaikan hati Nika yang pernah menyelamatkan keluarganya dulu.Ayahnya perlu biaya operasi waktu kecelakaan, Nika membantunya. Lalu adiknya ingin kuliah, Nika juga ringan tangan menolongnya.Sudah dikatakan jika berhubungan dengan balas budi, bakal runyam urusannya."Tidak akan! Aku
Derap langkah terdengar rusuh ketika Lea menoleh. Netranya berkaca-kaca melihat Zio berlari ke arahnya, lantas memeluknya. Ada hangat, lega, juga aman saat Zio merengkuh tubuh Lea dalam pelukannya."Maafkan aku." Kalimat itu yang Zio ucapkan begitu dia menemukan suaranya.Lea menggeleng dalam dekapan sang suami. Dia sendiri sudah menitikkan air mata sejak Zio memeluknya. "Apa kamu baik-baik saja?" Zio memeriksa keadaan Lea begitu dia menjauhkan diri dari Lea."Aku baik-baik saja. Jangan cemas. Kamu harus berterima kasih pada mereka. Mereka sudah menjagaku semalaman."Dua petugas mengangguk saat Zio sungguh mengucapkan terima kasih dengan tulus. "Kamu juga harus berterima kasih pada dia."Lea menggeser duduknya. Hingga sosok yang duduk di pojokan sambil menundukkan wajah terlihat."Erna?!" Terkejut Zio dibuatnya.Bagaimana bisa Erna tiba-tiba muncul setelah menghilang sekian lama."Maafkan saya, Tuan. Maaf, Bu." Kata Erna dengan mata memerah."Mbak Erna gak salah. Terima kasih sudah
Dita melotot penuh ketakutan sekaligus syok. Zio, pria itu duduk di hadapannya dengan wajah dingin yang membuat Dita gemetaran sebadan-badan.Perempuan itu menyadari kalau ucapan Nika sama sekali tidak bisa dia percaya. Nika mengatakan kalau Zio tidak akan tahu jika dialah yang melaporkan Lea ke polisi.Ternyata Dita kini sudah dibuat takut tak terkira hanya dengan tatapan suami Lea."Lepaskan aku! Kenapa aku dibawa ke sini? Apa salahku?!" Dita meski ketakutan nyatanya masih berani melawan."Salahmu? Salahmu karena sudah mengusik istriku! Kau akan menerima balasannya, berani sekali kau membantu dia.""Saya hanya membantunya mendapatkan apa yang seharusnya jadi miliknya," aku Dita terang-terangan."Mengaku rupanya. Kau sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, jadi sebaiknya kau diam saja!" Hardik Zio.Nyali Dita menciut seketika. Dia seharusnya tahu kalau Zio bukan lawan yang bisa dia hadapi. Bahkan kalau Dita punya kuasa, dia tidak akan menang melawan Zio."Lea mencuri tempatnya, apa
Malam terasa panjang untuk Lea dan Zio. Keduanya sama-sama tak bisa memejamkan mata sepanjang malam. Lea hanya bersandar di dinding yang terasa dingin untuknya.Pun dengan Zio yang terjaga selama posisi matahari digantikan bulan. Setelah enam bulan terpisah, baru kali keduanya tidak melalui malam bersama-sama.Rasanya tentu beda, baik Zio dan Lea merasa ada yang hilang dari sisi masing-masing.Zio baru saja ditinggal Zico, yang langsung menuju kantor polisi begitu tahu masalah yang membelit kakak iparnya. Pemuda baru gede itu dengan menggebu-gebu ingin memberi pelajaran pada Munaroh, tapi Zio mencegahnya."Jika kau ingin membantu, pulang sana temani Arch tidur. Sari bilang tadi dia tantrum tidak melihat mamanya. Kamu tahu sendiri kalau dia tantrum kayak apa.""Kenapa gak suruh bapaknya aja.""Kalau Arch mau mah, aku sudah suruh Miguel bawa dia. Biar sekalian mereka makin dekat."Tanpa diduga, Zico tak banyak protes langsung pamit pulang. Zio sempat dibuat tidak percaya, meski detik s
Tawa terdengar menggelegar di kamar Nika. Perempuan itu terlihat sangat puas. Dia baru kembali dari kantor Dreamcatcher, senang sekali melihat Lea digelandang ke kantor polisi.Sayangnya, niatnya yang ingin sedikit bermain-main dengan Lea gagal total saat Zio terus berada di samping sang wanita. Satu kejadian yang membuat kebahagiaan Nika menguap seketika.Selama dia dan Zio menikah, pria itu memang setia padanya. Tapi act of service-nya tak semanis pada Lea. Dengan Lea, Zio all out menunjukkan perasaannya."Dasar perempuan tidak tahu diri. Lihat saja setelah ini, kau akan menangis darah!"Nika menggeram penuh emosi, dia lantas menghubungi seseorang. "Uangmu sudah kukirim. Sekarang pergilah. Atau Zio akan menemukanmu."Orang di seberang mengulas senyum melihat nominal saldo rekeningnya. Dengan jumlah ini, dia bisa shopping sepuasnya di kota sebelah. Satu kegiatan yang sudah lama tidak dia lakukan.Nika dan orang itu tak akan menyangka kalau Zio tidak semudah itu dikalahkan. Pria itu
Ha? Apa itu tadi? Pencurian identitas, pemalsuan kematian? Apa yang sebenarnya terjadi."Saya tidak pernah melakukan itu!" Sanggah Lea cepat."Tapi laporan kami menyebutkan Anda melakukan hal tadi. Ditambah bukti yang kuat, jadi kami terpaksa menjemput Anda. Silakan ikut kami. Mohon kerja samanya." Si petugas meski wajahnya horor tapi nada bicaranya masih sopan. Terlebih Lea tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melarikan diri."Tunggu dulu, Pak. Dia tidak mungkin melakukan itu. Lagi pula identitas siapa yang dia curi. Dia pakai namanya sendiri. Saya kenal dia sejak SMA, dan itu memang namanya. Tidak pernah ganti!" Arch terus melindungi Lea, setidaknya sampai Zio datang. Kalaupun harus ke kantor polisi, Lea harus ditemani."Semua bisa dijelaskan di kantor. Anda bisa menyewa pengacara jika Anda mau," satu lagi petugas bicara."He! Dia sudah punya Arthur Lawrence. Silakan lawan dia. Lagian bikin laporan kok aneh betul tuduhannya. Nyuri identitas sama memalsukan kematian. Kematian siapa
Sesuai keinginan Miguel dan Zio, dua hari setelahnya dua bodyguard sudah berjaga di depan sekolah Arch. Keduanya rekomendasi Miguel yang punya kenalan agensi penyedia jasa penjaga keamanan.Selama tiga hari bekerja, mereka berhasil menggagalkan usaha Nika untuk menemui Arch. Dua bodyguard Arch dibekali semua info mengenai orang terdekat Arch.Jadi mereka bisa menganalisa siapa saja yang boleh dan tidak boleh menemui Arch. Jelas saja Nika dibuat mengamuk, melihat dua pria berjas hitam menghadang langkahnya. Ini kali kedua, Nika dijegal saat berniat bertemu Arch.Perempuan itu bahkan sampai berteriak, membuat heboh di area tersebut. Tentu saja hal itu menganggu. Kawasan sekolah Arch adalah lingkungan sekolah elite yang sangat menjaga kondisi pembelajaran.Hingga sesi belajar mengajar bisa berjalan lancar dan kondusif. Tapi teriakan Nika yang lantang sudah pasti memicu ketidaknyamanan. Maka jangan salahkan dua bodyguard Arch lekas mencengkeram tangan Nika lantas mengusirnya dari tempat i