"Apa yang terjadi denganmu?" Teman Nancy bertanya, hanya dia yang berani melakukannya. Rekan lain lebih suka menghindari Nancy yang sok bossy. Tahu kalau Nancy cuma mantan adik ipar Zio yang entah karena alasan apa, masih diizinkan bekerja bahkan tinggal di kediaman Alkanders.Gosip yang beredar memang menyebutkan kalau Nancy kemungkinan adalah pengganti sang kakak. Terlebih sikap perempuan itu seolah menegaskan kalau dialah istri Zio."Kau gelut sama siapa? Tidak elit banget, cakar-cakaran gitu.""Lawanku memang kampungan, jadi harus dihadapi dengan bar-bar juga.""Terus-terus, kalah apa menang?""Menurutmu dengan effort seperti ini aku kalah atau menang."Nancy langsung berhenti bicara saat melihat Zio keluar dari ruangannya, dia buru-buru mengejar. Di kantor adalah kesempatan Nancy untuk mendekati Zio."Tuan, ada meeting kedua dengan tuan Reiner," info Nancy berusaha terlihat intim dengan Zio."Aku pergi dengan Han."Nancy langsung berhenti saat itu juga. Ditatapnya punggung Zio
Sementara itu di kantor, Zio baru kembali dari meeting bertemu tuan Reiner. Ponsel disakunya bergetar, sebuah pesan masuk. Zio sesaat terdiam, lantas ekspresi wajahnya berubah kesal."Apa-apaan ini?!" gumam Zio jengkel.Mood lelaki tersebut kembali memburuk, Han pastikan itu. Jika sudah begitu, dia pilih menyingkir. Dari pada kena amuk. Namun Nancy yang tidak tahu situasi hati Zio, justru menerobos masuk ke ruangan sang atasan.Han memberi kode tapi Nancy tidak paham. Terserahlah, Han berjalan keluar dari pada ikut mendengar amukan Zio."Kenapa kau?" tanya Zio judes."Aku bawakan baju ganti untukmu. Kamu kan tidak suka hitam kenapa malah pakai hitam?" Nancy bahkan sudah bersiap melepas jas Zio sebelum lelaki itu mencegahnya."Apa yang kamu lakukan?""Mengganti bajumu," balas Nancy.Detik setelahnya Zio berdiri. Dia merapatkan kembali jasnya, hal itu membuat Nancy bingung."Zio, bukannya kamu tidak suka warna hitam. Aku belikan yang navi.""Siapa bilang aku tidak suka hitam. Aku menyuk
"Mbak Erna mana ya?" Lea bertanya tentang orang yang selalu menemaninya sejak dia keluar dari rumah Rian. Sudah beberapa lama Erna tidak kelihatan. Perempuan itu cuma pamit tugasnya sudah selesai. Zico baru melepas helm-nya, mereka sampai di The Mirror saat hari sudah gelap, tapi masih lama menuju jam makan malam. Zio memperhatikan Lea yang memarkirkan sepeda di samping moge miliknya."Yang tadi itu siapa? Jangan bilang si Agra itu juga masih temui kakak."Ditanya apa, jawabnya apa. Lea menghela napas, beginilah kalau yang diajak bicara remaja tanggung, mana badung plus tengil lagi. Bisa-bisanya Zico ngaku pacar di depan Aldo.Bukan, bukan masalah tampang Zico yang tidak memadai untuk dijadikan pacar. Tapi tolonglah, gap umur mereka lumayan. Walau tren punya pasangan lebih tua sedang marak, Lea tidak mau ikutan tren. Dia tetap lebih suka punya pasangan yang lebih tua umurnya macam ... Zio.Lah kok jadi mikir ke sana. Tapi bener kan currently suaminya memang Zio. Cuma, umur pria itu
Lea mengeplak kepalanya sendiri, dia baru dapat satu putaran pagi itu. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendadak teringat perlakuan Zio padanya akhir-akhir ini. Dari sikap manis lelaki itu di meja makan, juga beberapa gebrakan yang Zio lakukan di kamar. Gebrakan yang berpotensi membuat Lea kena serangan jantung.Sikap Zio mencerminkan perhatian tapi mulutnya tidak. Tuan mulut cabe dan sikap kulkasnya itu tidak berubah. "Dia itu bikin bingung orang saja. Aduh!"Lea menoleh, mendapati Nancy menyenggol bahunya keras sambil berlari. Jelas jika perempuan itu sedang menantangnya. Namun Lea tak terpancing, pertaruhannya dengan Inez bukan dengan yang lain.Soal selesai cepat atau lambat tidak ada aturannya. "Dia tidak malu apa ya pakai pakaian begitu. Padahal ada Arch, ada Zico. Ah, tapi Zico mah badung."Lea yakin remaja tampan itu sudah tidak asing dengan pakaian seksi. Lihat saja seragam siswi di sekolah Zio. Tepok jidat Lea, tapi mau bagaimana lagi. Imbas kata internasional yang nemp
Suasana makan pagi jadi canggung setelah insiden di kamar Zio. Lea sudah berusaha bersikap biasa saja, tapi tatapan Zico serasa menghakiminya. Padahal Lea masih sempat merapikan tampilannya sebelum keluar dari walk in closet. Tapi pandangan Zico tetap saja curiga padanya.Zio sendiri cuek bebek tidak peduli pada sang adik. Meski rasa hati ingin mengeplak kepala Zico. Berani-beraninya mengganggu aksinya.Ditambah kehadiran Nancy, acara makan pagi mereka memang tidak seperti biasa. Ah, tapi kapan meja makan keluarga Alkanders terasa nyaman dan hangat. Semua anggota keluarga hanya berada di sana sekedar mengisi perut, tak lebih.Masing-masing hanya sibuk dengan makanannya, plus Nancy yang sesekali melirik tidak suka pada Lea. Dia juga menatap penuh harap ke arah Zio, berharap lelaki itu sudah memaafkannya."Zi, kau tidak melakukan apapun padanya?" Zico menahan sang kakak saat ada di basement."Maksudmu apa? Apa yang kulakukan padanya itu urusanku. Kau tidak perlu ikut campur," sergah Zi
"Terima kasih, sila datang lagi."Lea membungkukkan badan, saat sang klien keluar dari tokonya. "Aku ke samping dulu ya," ujar Lea pada Agni yang langsung mengacungkan jempol.Lea meluruskan kaki sambil meminum jus alpukat yang dia ambil dari lemari pendingin di dapur mereka. Area samping toko dibangun jadi semacam tempat bersantai dengan kapasitas tiga orang.Lelah sekali rasanya hari ini, dan mungkin untuk seterusnya. Pagi dia harus keliling The Mirror dua kali, dia musti menyiapkan sarapan Arch atau bocah itu bakal tantrum dan seisi dapur dapat makian.Bukan Zio atau Inez yang melakukannya, tapi justru Nancy. Kerap kali perempuan itu berlagak bak nyonya di rumah itu. Belum lagi mengurusi Zio yang rewelnya melebihi anaknya. Masak iya, pakaian dalam pun dia juga yang pilihkan. Dan syaratnya harus beda sama yang kemarin.Perkara underwear pun bisa jadi sangat memusingkan jika berhubungan dengan Zio. Masalahnya Lea belum pernah menyentuh, memegang atribut pria paling pribadi itu sebel
"Selamat ulang tahun," ucap Agra yang tiba-tiba masuk ke kamar Raisa. Untung si gadis masih berpakaian lengkap, tidak sedang topless. Agra kakak kandungnya, tapi lelaki itu selalu berpesan pada Raisa untuk selalu menjaga diri. Bahkan jika itu dirinya sekalipun.Agra, figur kakak yang hebat untuk Raisa meski dia sendiri juga problematik, begitu menurut sang adik."Wahh, tumben. Ngasih bunga," seloroh sang adik."Gak suka, aku buanglah.""Eh jangan. Cantik banget, aku suka." Raisa menerima buket mawar, campur tulip dan peony, plus lily stargazer yang hampir semuanya berwarna merah muda. Mencerminkan usia Raisa yang sedang mekar-mekarnya dan bersemangat menjalani kehidupannya."Wah, ada ucapannya. Terima kasih."Raisa tersenyum membaca kartu ucapan yang terselip di antara bunga. "Manis sekali.""Coba lihat." Agra merebut kartu dari tangan Raisa."Bukan kakak yang tulis?" Tanya Raisa curiga."Ya, bukanlah." Pria itu lantas membaca apa yang Lea tulis untuk Raisa. Meski tanpa menyebut nama
Langkah Zio terasa riang waktu meninggalkan makam, kemunculan capung dengan sayap berwarna biru dia artikan sebagai Nika yang merestui hubungannya dengan Lea.Capung adalah hewan yang disukai Nika, seleranya memang aneh. Namun ada alasan kenapa Nika menyukai hewan yang jadi asal muasal bentuk kendararaan helikopter di masa kini. Capung tidak bisa hidup di tempat yang sudah terkontaminasi polusi, capung hanya bisa hidup di daerah dengan udara masih bersih, belum tercemar.Karena itulah, kehadiran capung kadang sering dijadikan indikator akan tingkat pencemaran lingkungan. Jika mereka sudah tidak ada maknanya alam sekitar sudah tercemar.Sementara biru adalah warna kesukaan Nika. Jadi capung berwarna biru itu Zio artikan sebagai perwujudan Nika yang ingin memberinya petunjuk.Suasana hati Zico membaik pagi itu, dia masuk kantor dengan wajah sumringah, meski kesan dingin itu masih tetap ada. Lelaki itu bahkan mengangkat tangan saat beberapa karyawan menyapa dirinya."Wah, makin ke sini