Sinar mentari pagi menyinari The Mirror yang seketika menjadikannya bak berlian. Seluruh kaca memantulkan sinar UV yang berbahaya, sebaliknya lapisan kaca di The Mirror mampu menyerap sinar mentari yang baik bagi kesehatan.Hari sudah beranjak siang, tapi aktivitas di kamar Zio belum terlihat. Bahkan lelaki yang biasanya bangun pagi, hari itu tak tampak mengelilingi The Mirror.Suara ketukan di pintu membuat si empunya kamar yang rupanya masih tidur, terganggu. Zio memaksa membuka mata, dia melihat sekeliling ruangan yang mulai berpendar hangat bermandi cahaya matahari.Ketukan mulai tidak sabaran, Zio membawa tubuhnya bangun. Memakai celana training lantas menuju ke pintu."Pagi," sapa Nancy manis. Perempuan itu sejenak terpana pada tubuh kekar Zio yang terpampang di depan mata. Meski cuma sedikit tapi itu berhasil membuat Nancy berfantasi liar."Ada apa?""Aku ingin menyiapkan pakaian untukmu." Nancy pikir setelah kejadian kemarin, Zio akan membuang Lea karena berpikir perempuan itu
Lea langsung beringsut mundur saat Zio berujar ingin melakukannya lagi. Gila saja, tubuhnya rasanya sakit semua. Ditambah miliknya yang perih tiada terkira. Sebesar apa sih benda yang melaluinya. Eh, kok dia jadi kepo soal ukuran monster milik lelaki di depannya."Tuan jangan aneh-aneh ya," ancam Lea. Sadar dia telanjang, perempuan itu menggulung selimut untuk menutupi tubuhnya.Zio terkekeh melihat tingkah Lea. Maklumi saja, perawan baru di-unboxing, harusnya Zio paham kalau Lea pasti masih malu."Gak aneh. Aku kasih tahu, kami akan sangat agresif saat malam, lebih agresif lagi saat pagi. Seperti ini."Zio melirik ke bawah, diikuti Lea yang juga melakukannya. Wanita itu langsung menelan ludah, bagaimana benda sebesar itu masuk ke tubuhnya. Dipikir tidak mungkin, tapi itu terjadi."Gak mau!" Lea sontak menjerit, membayangkan bakal sesakit apa kalau Zio memaksanya lagi.Namun teriakan Lea langsung berhenti saat Zio menciumnya. Lumatan lembut yang mampu membuat Lea terdiam tanpa bisa be
Zio akui semalam dia egois dengan setengah memaksa Lea untuk melayaninya, hingga perempuan itu tidur sampai lewat tengah hari. Zio tak mempermasalahkan hal itu. Pun dengan keputusan lelaki itu mengenai anak. Dia sadar dengan perlakuannya semalam, kehamilan bisa saja terjadi. Walau dia sangat menginginkan putra dari benihnya sendiri, sekali lagi dia tidak mau hanya memikirkan diri sendiri.Dia tidak mau memaksa Lea untuk mengandung anaknya, andai perempuan itu belum siap. Karenanya dia meminta sang istri untuk meminum pil pencegah kehamilan. Zio paham betul kondisi hubungannya dengan Lea masih berantakan. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan jika ingin memiliki anak. Terutama dari pihak perempuan, sebab mereka yang akan menanggung kehamilan dan melalui proses melahirkan. Zio sangat tahu semua itu tidak mudah. Karenanya Zio akan menunggu sampai Lea bersedia menanggungnya.Sementara Lea masih tidur, Zio berada di ruang kerja. Pria itu tampak mengerutkan dahi, saat menelaah kembal
Tidak! Tidak! Nancy perlahan turun dari kasur, sangat pelan berharap si pria yang setelah ditelisik ternyata punya rupa tampan dengan tubuh kekar, atletis. Oh, apa semalam mereka melakukan hal panas itu. Nancy menggigit bibir sambil memakai pakaiannya. Dia tidak ingat sama sekali. Sekarang saja kepalanya pusing tujuh keliling.Dia menenteng heels juga tasnya. Sampai di luar kamar dia sempat memindai ruangan yang kali sungguh menunjukkan seberapa mahal harga yang harus dibayar untuk memiliki tempat ini."Dia siapa?" gumam Nancy sebelum memutuskan pergi dari sana. Pada akhirnya Nancy hanya bisa menghela napas. Siapapun dia, Nancy tidak punya urusan. Dia hanya mau Zio, tidak mau yang lain. Anggap saja kejadian tadi adalah kesalahan.Sepeninggal Nancy, sang pria terbangun. Dia tersenyum melihat partner gelutnya sudah pergi. "Seksi dan hot. Aku menyukainya." Seringai tercetak di bibir tipis sang pria. Saat itulah ponselnya berdering. Satu nama tertera di layar ponselnya. "Apa?""Eh, mot
"Kok begitu?" Nancy protes ketika dia ditinggal begitu."Kau baru pulang, dan lihatlah dirimu. Bau alkohol!" Desis Zio sebelum masuk ke dalam mobil. Pria itu menyetir sendiri dengan Zico duduk di sampingnya.Arch sejak tadi menempel pada Lea dan Inez yang sesekali mengulas senyum tipis, nyaris tak terlihat, melihat interaksi keduanya.Perjalanan tak berlangsung lama. Mereka tiba di sebuah restoran dengan konsep prasmanan dan semi outdoor. Ini adalah momen pertama kali Lea mengikuti acara semacam ini. Dulu dia tidak tahu sama sekali tentang hal berbau pesta. Dia hanya akan mengurung diri di dalam kamar jika ada kemeriahan di rumah Rian. Namun kali ini, Zio dengan berani mengajaknya keluar. Meski hanya mau disebut sebagai pengasuh Arch. Namun hal ini, satu hal yang tidak pernah Rian lakukan.Awalnya Zico ingin menggendong Arch tapi bocah itu tidak mau, dia mau digandeng Lea. Sebuah kejadian yang tak luput dari perhatian Inez. Saat bersama Nancy, Arch lebih suka bersama Zico."Wah, Nyon
Revo terus memandang Zio yang sejak tadi hanya diam, mengawasi sang putra bermain, ditemani Lea. Wanita itu masih sesekali meringis tapi dia tetap ikut aktif mengikuti Arch yang lincah ke mana saja."Aku tidak tahu kalau kau sudah menikah lagi," komen Revo pada akhirnya.Zio kembali tak merespon. Matanya sesekali mengarahkan pandangannya ke arah Inez yang masih dikerubuti ibu-ibu rempong yang ujung-ujungnya bakal berimbas padanya dan Zico. Maklum saja, pernikahannya belum terpublikasikan secara resmi. Selentingan kabar dia punya istri memang sudah beredar tapi dia sama sekali belum mengkonfirmasinya. Jadi selama Zio belum bicara, kebanyakan orang akan menganggap dirinya duda, belum menikah lagi. Satu scene yang membuat Zio tidak suka adalah Dita yang sejak tadi terus menempel pada ibunya. Wanita itu juga sesekali melempar pandang tidak suka pada Lea.Lea sendiri awalnya terkejut saat tahu keluarga Rian ada di sini. Namun sejak tadi dia tidak berinteraksi dengan tamu undangan lain,
"Kamu kenal dengan keluarga Mahendra?" Revo bertanya seraya mengiringi langkah Lea meninggalkan Vika dan Rian yang sepertinya bakal ribut besar."Dia mantan suamiku," balas Lea tanpa ingin menutupi apapun dari Revo. Baginya masa lalu tetap tidak akan berubah, walau dia menutupinya sekuat tenaga. Jadi lebih baik jujur saja dari pada pusing memikirkan cara untuk menyembunyikannya."Ha? Serius? Setahuku perempuan tadi sudah jadi pacarnya sejak lama. Atau ... dia selingkuh selama kalian berumah tangga. Upss, sorry. Kepo." Revo nyengir penuh rasa bersalah melihat mimik wajah Lea berubah.Setelahnya keduanya berjalan tanpa bicara kembali ke tempat Arch dan yang lainnya. Membiarkan Rian dan Vika meneruskan pertengkaran mereka. "Jadi benar kamu sekarang ingin kembali sama dia?" Vika bertanya dengan wajah merah padam menahan amarah."Aku hanya ingin minta maaf, tidak lebih." Rian menjawab lirih. Tidak mungkin dia meladeni kemarahan Vika di tempat ini.Maka setelahnya Rian menarik tangan Vika
Lea menyelesaikan dua putaran mengelilingi The Mirror dengan cepat pagi itu. Ada banyak hal yang harus dia lakukan setelah ini. Untungnya dia bisa melepaskan diri dari Zio pagi tadi. Kalau tidak bisa kacau semua jadwalnya.Zio juga tidak protes ketika dia dorong sampai jatuh kembali ke kasur. Setelahnya Lea kabur ke kamar mandi, mencuci muka lalu bersiap untuk joging.Saat dia ingin masuk ke rumah, dia tidak sengaja melihat bayangan Nancy di balik pintu sepertinya perempuan itu ingin mengerjainya lagi. Lea berjalan pelan, lalu sengaja berteriak keras hingga balik Nancy yang terkejut. Air yang ingin dia gunakan untuk menyiram Lea malah mengguyurnya sendiri. Lea tersenyum mengejek melihat Nancy basah kuyup. Perempuan itu menggeram marah. Dia ingin mengejar Lea, membalas perempuan tersebut, tapi Nancy justru tergelincir karena lantai licin.Suara berdebam terdengar seiring sumpah serapah Nancy mengudara. Sementara Lea tampak tak peduli. Dia melenggang pergi tanpa ingin membantu Nancy."