Raja Ruyi, Ratu Yuhe dan Putri Xionglue menengadah dan memandang ke arah suara tersebut. Melihat siapa yang ada di balik Shen Jin, semuanya langsung bersujud memberi hormat. Tubuh mereka terlihat sedikit gemetar dan keluar keringat dingin dari pelipis. Kaisar Yuan melangkah menghampiri Shen Jin. Matanya yang tadi terlihat teduh, langsung menajam melihat orang-orang yang sudah menghina istri kecilnya itu."Bangunlah!" Raja Ruyi dan yang lainnya perlahan berdiri dengan kepla masih menunduk. Mereka tidak berani untuk bersitatap langsung dengan Kaisar. "Seperti inikah kalian menyambut kedatangan tamu? Bukankah sebelumnya sudah aku peringatkan, dalam tiga hari aku akan datang kembali bersama istriku dan saat itu juga aku tidak ingin melihat kejadian waktu itu terulang kembali, tetapi sepertinya peringatanku itu kalian anggap sebaga bualan belaka saja," ujar Kaisar Yuan. Raja Ruyi, Ratu Yuhe, dan Putri Xionglue bersamaan menengadah melihat ke arah Kaisar Yuan."Kaisar Yuan, mohon ampuni h
Mereka pun beranjak dari sana dan berjalan menuju ke rumah yang ada di tengah sawah. Sudah sangat lama sekali ShenJin tidak menikmati pemandangan alam yang indah seperti itu. Karena di zamannya, sudah jarang sekali di temukan area pesawahan atau taman kota yang indah seperti di zaman kuno saat ini. Shen Jin, berjalan dengan begitu riang dan bahagia sekali di temani oleh Yueyin, seakan tidak merasakan beban apapu. Shen Jin terkadang bercanda dan menggoda Yueyin yang terlihat sangat caggung. Kaisar Yuan yang berjalan di belakangnya memandang Shen Jin dengan begitu bahagia. Baru kali ini ia merasakan getaran aneh dalam hatinya, entah apa yang ia rasakan jika setiap kali ia berada dekat dengan Shen Jin jantungnya selalu berdebar kencang.Tanpa terasa, mereka pun samapai di rumah yang terlihat sudah sangat tua dan hampir bobrok itu. Shen Jin dan yang lainnya begitu miris melihat keadaanya. Suasana rumah itu tampak sepi bagai tak berpenghuni. Disaat tengah memperhatikan keadaan rumah y
Selesai makan di tempat selir Yi, Shen Jin dan yang lainnya beranjak dari istana dingin, bergegas menuju ke istana Ruyi. Shen Jin yang berniat untuk membawa selir Yi keluar dari istana Dingin, ia langsung mengehentikan langkahnya."Ada apa, ibu?" tanya Shen Jin terheran. Raut wajah selir Yi terlhat sangat ketakutan saat kakinya yang hendak melankah keluar pintu gerbang istana Dingin. " Ibu tidak bisa pergi sebelum Yang Mulia sendiri yang memberikan perintah," ucap Selir Yi. Shen Jin hampir saja melupakan kalau selir Yi yang tengah di asingkan. Kemudian, diapun teringat akan janji yang pernah di ucapkannya pada raja Ruyi sebelum dia menerima pernikahannya dengan kaisar Yuan."Baiklah. Ibu tunggulah disini. Aku akan pergi menghadap si tua bangka itu untuk menagih janji yang sudah di sepakati," ucap Shen Jin seraya menampilkan senyum manisnya. Selir Yi tidak pernah mengetahui tentang perjanjian yang di sepakati di atara raja Ruyi dan Shen Jin. Seli Yi terdiam dan tanpa sadar Shen Jin
Shen Jin dan Kaisar Yuan terkejud dengan keberadaan mereka yangentah sejakkapan sudah berada disana, mungkin sudah sangat lama dan mendengar pembicaraan Shen dengan Raja Ruyi sampai mereka selesai. Ratu Yuhe dan Putri Xionglue menjadi kikuk, sementara Shen Jin dan Kaisa Yuan serta Raja Ruyi malah saling memandang satu sama lain, sampai ada suara yang membuat mereka tersadar dan bangun dari bawah kaki Shen Jin."Sepertinya, kalian memang sudah saatnya berlutut di bawah kakiku," ucap Shen Jin dengan nada mengejek. Cepat-cepat, Ratu Yuhe dan Putri Xionglue bangun dan merapikan penampilan mereka yang sedikit terlihat acak-acakan. "Jangan berharap aku akan melakukannya. Kau pikir dirimu siapa, hanya wanita rendahan yang tidak pernah di akui," seru putri Xionglue yang begitu sombongnya. Mendengar kata-kata merendahkan dari mulut Putri Xionglue, membuat Kaisar Yuan menjadi murka. Kaisar Yuan menatap tajam Putri Xionglue yang seharusnya menjadi istrinya saat ini. Tetapi, Karana mendengar r
Semilir angin menerpa wajah Shen Jin yang tengah terduduk sendiri di depan tangga depan kamarnya. Shen Jin menopang wajahnya yang menengadah ke langit menatap bulan yang bersinar terang. Malam ini entah kenapa Shen Jin merasakan hatinya sunyi. Sambil menatap bulan purnama yang bersinar terang, Shen Jin menghela nafas panjang."Apakah bulan di zaman ini akan sama bentuknya di duniaku berada? Aku sangat merindukan semuanya," monolognya. Tanpa Shen Jin sadari, kaisar Yuan sudah berdiri di belakangnya dan mendengar semua yang di ucapkan Shen Jin."Apa yang sedang kau lakukan, duduk sendiri di sini?" tanyanya. Shen Jin dengan malas sedikit menengok kan kepalanya malas. "Tidak ada. Aku hanya merasa jenuh saja." Kaisar Yuan ikut duduk di samping Shen Jin."Apa kau masih merindukan tempatmu? Apa yang kau lakukan di tempatmu saat malam hari?" Shen Jin menegakkan tubuhnya dan kembali menatap bulan purnama yang bersinar begitu terang. "Tentu saja aku merindukan tempatku berasal," Shen Jin meng
Mendengar perkataan manis Shen Jin, membuat hati kaisar Yuan menghangat. Tidak pernah ia mendapatkan perhatian seperti sekarang ini dimana dia yang tengah menderita akibat racun yang bereaksi.Semakin larut, malam semakin dingin. Tapi tidak di kamar yang di isi oleh Shen dan kaisar Yuan. Keadaan kaisar Yuan semakin memprihatinkan. Serat nadi di tubuhnya mulai terlihat kemerahan dan berubah kehitaman menandakan racun dalam tubuhnya terus beraksi dan terus menjalar. "Penyebaran racun ini cepat sekali, bagaimana cara menghentikannya?" gumam Shen Jin. Ia sungguh bingung namun berusaha untuk tetap tenang. Tubuh kaisar Yuan semakin bergetar dan ekor ularnya meliuk-liuk. Keringat di tubuh kaisar Yuan bercucuran hingga sekujur tubuhnya terlihat mengkilap. Tanpa sadar, kedua tangan kaisar Yuan meremas tangan Shen Jin yang duduk di sampingnya, matanya kini berubah merah terang yang menandakan kesadarannya sudah hampir hilang. "Shen Jin, keluarlah. Aku tidak bisa menahannya lagi," lirihnya. K
Kaisar Bai Li Yuan, menatap pundak Shen Jin yang tadi merasa panas, sungguh ia terkejut saat melihat sebuah simpul ular putih terlukis di pundaknya. "Kenapa simpul ular ada itu di pundakku? Apa ada maksud tertentu?" Shen Jin meraba pundaknya yang masih terasa sedikit panas dan perih. "Itu artinya kau lah yang menjadi pilihanku, sosok dalam diriku telah menandainya sebagai milikku," balas kaisar Yuan penuh kelembutan. Shen Jin mengernyitkan alisnya bingung, dia masih belum mengerti apa maksud dari semua ini. Shen Jin yang datang dari zaman modern, tidak pernah percaya tentang hal mistis bahkan tentang siluman-siluman, hingga pada akhirnya ia mengalaminya sendiri. "Apakah benar-benar ada yang namanya siluman di dunia ini? Kenapa sangat jauh berbeda dengan drama yang aku tonton," gumamnya dalam hati. Setelah sejenak terdiam, tiba-tiba Shen Jin menatap nyalang kaisar Yuan dan mendorongnya sampai kaisar Yuan hampir terjungkal. "Kau memang menyebalkan. Aku tidak mau melihatmu!"
Malam itu, langit tampak gelap dan bintang-bintang bersembunyi di balik awan. Pelayan itu, dengan langkah hening, mengendap-endap di koridor yang sepi menuju kamar Shen Jin. Ia telah menghabiskan malamnya dengan mata yang terjaga, mengintai setiap gerak-gerik di dalam kamar tersebut. Ketika fajar menyingsing, suara percakapan antara Pangeran Liu Jun dan Yueyin terdengar merdu di telinganya. Kata-kata mereka, meski samar, cukup untuk membuat pelayan itu memutuskan untuk pergi. Ia tahu, informasi yang ia dengar, meskipun dari kejauhan, adalah kunci yang bisa mengubah jalannya cerita di istana."Tuan Putri, hamba menghadap!" kata pelayan yang di suruh untuk memata-matai Shen Jin dan Kaisar Yuan ."Masuklah," perintahnya. "Apa yang kamu lihat semalam? Apa terjadi sesuatu dengan mereka?" tanya Putri Xionglue penasaran. "Hamba tidak melihat terjadi sesuatu di kamar nona Yi Xiuying, Tuan putri. Tapi hamba mempunyai kabar yang mungkin tidak akan bisa di terima oleh Tuan Putri.""Kabar apa?"
Salah seorang penjaga berbadan kekar dengan wajah tanpa ekspresi mencengkeram rambut Xiu Juan dengan kasar, menarik kepalanya ke belakang hingga ia mendongak paksa. "Diam! Jangan membuat keributan, gadis kecil. Semakin kau melawan, semakin sakit jadinya." Suara seraknya bagai gerungan binatang buas.Xiu Juan merasakan air mata semakin deras mengalir. Ia menatap wajah-wajah dingin di sekelilingnya, mencari secercah belas kasihan, namun yang ia temukan hanyalah tatapan kosong dan acuh tak acuh. Di mata mereka, ia hanyalah barang dagangan, sebuah komoditas yang akan menghasilkan keuntungan bagi tuan mereka.Mereka menyeretnya keluar dari gerbang besi penjara yang berderit, menuju halaman yang gelap dan dingin. Di sana, beberapa gerobak kayu reyot sudah menunggu, ditarik oleh kuda-kuda kurus yang tampak lelah dan lesu. Bau kandang dan kotoran hewan bercampur dengan udara malam yang dingin.Xiu Juan dipaksa naik ke salah satu gerobak, terlempar kasar di antara beberapa tahanan lain yang j
Udara pengap dan dingin penjara bawah tanah menusuk hidung, membawa serta bau karat besi dan kelembaban yang menyesakkan. Cahaya obor yang menari-nari di dinding batu yang kasar menciptakan bayangan yang bergerak liar, seolah roh-roh penasaran tengah mengawasi."Cepat!" bisik Jenderal dengan suara rendah namun penuh tekanan, matanya menyapu lorong gelap dengan waspada. "Kita harus segera pergi sebelum para penjaga menyadari keberadaan kita."Pria paruh baya itu, dengan wajah penuh harap yang bercampur ketakutan, mencengkeram lengan sang jenderal. "Apakah kita bisa menyelamatkan gadis ini, Jenderal? Kudengar… kudengar dia akan dikirim ke Desa Yueming. Dijadikan budak belian," lirihnya, suaranya bergetar tertahan.Jenderal, yang raut wajahnya semakin mengeras oleh kegelisahan yang tak tertahankan, hanya bisa menggelengkan kepala dengan tatapan penuh penyesalan. Angin dingin tiba-tiba berhembus dari ujung lorong, membawa serta suara gesekan samar dan langkah kaki yang mendekat. Detik ber
Remang cahaya senja menari di sela pohon hutan bambu , menerpa raut wajah cantik Shen Jin yang diliputi gurat keterkejutan. Di hadapannya, Kaisar Yuan, dengan tatapan setenang permukaan danau di malam hari, baru saja mengungkapkan sebuah kenyataan yang mengguncang batinnya."Benarkah itu, ?" bisik Shen Jin, suaranya nyaris tak terdengar di antara desau angin yang membawa aroma bunga plum. Keraguan masih membayang di matanya, seolah enggan mempercayai percakapan yang baru saja terjalin antara dirinya dan Liu Jun.Kaisar Yuan mengulurkan jemarinya yang lentik, menyentuh lembut dagu Shen Jin. Sebuah senyum tipis, menyimpan kedalaman yang sulit ditebak, menghias bibirnya. "Mengapa istriku ? Apakah kau meragukan ucapan dan tindakanku ini?" godanya, nada suaranya bagai alunan kecapi yang lembut.Shen Jin menepiskan sentuhan itu dengan gerakan halus, mengalihkan pandangannya ke lukisan kaligrafi yang tergantung di dinding. "Hanya saja... Aku khawatir akan akan memiliki prasangka, setelah
Di keheningan ruang baca Istana Bai Li Yuan, di mana aroma dupa cendana berbaur dengan wangi tinta dan gulungan kitab kuno, Jin Yu tengah bertukar pikiran dengan Shen Zhibai, He Shen. Cahaya senja yang merayap masuk melalui jendela berukir menerangi wajah-wajah mereka yang tekun. Namun, ketenangan itu seketika pecah bagai porselen yang terhempas tatkala sesosok bayangan hitam menerjang masuk.Sosok prajurit berpakaian serba gelap itu bergerak dengan kecepatan seekor elang yang menukik. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia menjatuhkan diri berlutut di hadapan Jin Yu, dahinya menyentuh dinginnya lantai marmer. Aura tegang terpancar kuat dari tubuhnya, mengusik kehangatan percakapan yang baru saja terjalin."Melapor kepada Yang Mulia, " suara prajurit itu tercekat, namun tetap lantang menggema di ruangan sunyi, "utusan hamba di wilayah kerajaan Dayue telah kembali dengan kabar genting mengenai gadis pelayan itu. Selir Lin... beliau berencana mengirim gadis itu keluar dari gerbang kota,
Kegelapan pengap menyelimuti ruang bawah tanah yang dingin dan lembap. Aroma anyir darah bercampur bau tanah menyeruak menusuk hidung. Di tengah remang cahaya obor yang menari-nari di dinding batu, sosok XIU JUAN tampak mengenaskan. Gaun tahanan putih lusuhnya compang-camping, menampakkan kulitnya yang pucat pasi. Bibirnya kering merekah, seolah telah lama merindukan setetes embun. Di pipi halusnya tergores luka merah yang masih membekas, saksi bisu kekerasan yang baru saja berlalu. Kedua tangannya terentang lebar, terikat kuat pada pilar kayu yang kasar, tubuhnya lunglai tak berdaya bagai layu diterpa badai.Di sudut gelap sel yang bersebelahan, terdengar suara batuk kering yang memecah keheningan. Sosok renta dengan rambut kusut dan janggut tipis terjuntai, seorang pria paruh baya , meringkuk di atas tikar jerami yang usang. Matanya yang cekung menatap Xiu Juan dengan tatapan sayu namun penuh minat."Gadis itu... apa yang membuatnya terjerumus ke dalam sarang iblis ini? Wajahmu...
Di bawah rembulan pucat yang menggantung rendah di atas cakrawala kota yang gemerlap namun terasa dingin, Shen Jin dan Kaisar Yuan bertukar pandang. Kilatan samar lampu-lampu lentera memantul di mata mereka, seolah merefleksikan percakapan sunyi yang baru saja terjadi. Detik kemudian, sebelum tatapan mereka kembali terarah pada Jin Yu. Putra mereka berdiri di tengah ruangan yang mewah namun terasa hampa, raut gelisah masih terpahat jelas di wajahnya yang biasanya angkuh.Shen Jin, dengan gaun sutra berwarna gelap yang tampak berkilauan tertimpa cahaya kristal dari lampu gantung di atas mereka, membuka suara. Nada bicaranya tenang namun mengandung ketegasan seorang wanita yang terbiasa mengatur. "Sepertinya, gejolak dalam hatimu, apa yang menjadi keinginan terdalam seorang ibu, telah bersemi dan kini tersirat jelas dalam benakmu. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka, ayahmu, Kaisar Yuan, telah secara resmi mengajukan lamaran pernikahan ke kerajaan Dayue untukmu. Tampaknya, tak
Sebelum Jin Yu sempat menyelesaikan ucapannya, selir Lin melangkah maju. Langkahnya mantap, tatapan penuh otoritas. Dengan suara yang memecah keheningan aula, ia memberi perintah yang tegas."Bawa mereka ke dalam penjara!" serunya. Suaranya tajam, menusuk udara yang sebelumnya tenang.Jin Yu maju selangkah, niatnya untuk menghentikan tindakan itu terlihat jelas. Namun, sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, tangan Shen Zhibai sudah meraih pundaknya. Sentuhan itu cukup kuat untuk menahan Jin Yu di tempatnya. Shen Zhibai menggeleng pelan, dan dengan suara rendah, ia berbicara, nyaris seperti bisikan."Jin Yu, tahan dirimu. Bukan sekarang waktunya," ucapnya penuh ketenangan, namun menyiratkan sesuatu yang lebih dalam.Jin Yu mengerutkan dahi, tatapannya tetap terarah pada Xiu Juan dan Rouyue yang kini sedang digiring oleh prajurit. "Aku tidak bisa hanya berdiri diam, Shen Zhibai. Mereka tidak bersalah!"Shen Zhibai menghela napas, suaranya terdengar lebih tegas kali ini. "Jika kau bertin
Kabut tipis menyelimuti gerbang megah Istana Dayue, seolah menyembunyikan rahasia kuno di baliknya. Jin Yu dan rombongannya tiba di hadapan gerbang itu, keheningan menyelimuti mereka. Xiu Juan dan Rouyue, dua gadis anggun dengan aura misterius, menghentikan langkah mereka, menarik napas dalam-dalam seolah merasakan energi spiritual yang bergejolak di sekitar istana."Terima kasih atas perlindungan kalian, Tuan Jin Yu, Tuan He, dan Tuan Zhibai," ucap Xiu Juan dengan suara lembut namun mengandung kekuatan tersembunyi. "Perjalanan kita sampai di sini."Jin Yu, pemuda dengan sorot mata tajam dan aura seorang pendekar, maju mendekati Xiu Juan. "Bolehkah aku bertemu dengan kedua orang tuamu?" tanyanya, suaranya mengandung nada yang sulit diartikan.Xiu Juan mengangkat wajahnya, tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya, sebuah perasaan yang bercampur antara kekaguman dan kebingungan. "Mengapa... mengapa Tuan ingin bertemu dengan mereka?"Jin Yu menatapnya dengan t
Fajar menyingsing dengan lembut, memercikkan warna emas pucat ke langit yang masih membayang abu-abu. Kabut tipis menggantung di atas tanah, seperti selendang gaib yang enggan dilepas oleh malam. Di tengah hutan yang sunyi, pepohonan kuno berdiri tegak, setiap helai daun mereka tampak menyala karena cahaya pertama matahari.Angin pagi membawa aroma tanah basah dan bunga liar yang baru mekar, bercampur dengan desau lembut sungai kristal yang mengalir di kejauhan. Di atasnya, burung-burung kecil dengan sayap berkilauan seperti permata beterbangan, menciptakan harmoni dari kicauan mereka.Dari balik bayangan pepohonan, seekor rusa bertanduk perak melangkah perlahan, matanya bersinar lembut seperti bulan. Jejak kakinya meninggalkan cahaya redup di atas rerumputan yang berkilauan. Tak jauh darinya, sepasang peri kecil dengan sayap serupa kelopak mawar saling berkejaran, tertawa lembut seperti lonceng angin.Di atas bukit, sebuah desa kecil terbangun perlahan. Pondok-pondok dengan atap jera