Sudah tiga hari Shen Jin dan Kaisar Yuan tinggal di kediaman Xiu Xianren. Kediaman itu terletak di tengah kota yang sibuk, namun begitu memasuki gerbangnya, suasana berubah menjadi tenang dan damai, seolah-olah terpisah dari hiruk-pikuk dunia luar. Kaisar Yuan dan Xiu Xianren terus memantau kondisi Shen Jin. Mereka sering duduk di paviliun taman, di bawah naungan pohon-pohon sakura yang sedang berbunga, kelopak-kelopaknya berjatuhan seperti salju merah muda. Shen Jin terlihat baik-baik saja, wajahnya tenang dan matanya berbinar, seakan tidak ada pengaruh dari kekuatan yang terkandung dalam buah anggur keabadian yang telah ia konsumsi."Bagaimana perasaanmu hari ini, Yang Mulia?" tanya Xiu Xianren dengan suara lembut, matanya yang tajam namun penuh perhatian menatap Shen Jin.Shen Jin tersenyum tipis, "Aku merasa baik, Tuan Xiu. Tidak ada perubahan yang berarti."Kaisar Yuan mengangguk pelan, wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran yang tersembunyi di balik ketenangannya. "Tetapi, k
Kaisar Yuan dan Shen Jin melangkah keluar dari aula istana utama, diikuti oleh Yueyin dan Pangeran Liu Jun. Angin malam yang sejuk menyapu wajah mereka, membawa aroma bunga melati yang mekar di taman istana. Langkah mereka terdengar lembut di atas lantai marmer yang dingin, menciptakan irama yang tenang di tengah keheningan malam.Sesampainya di kediaman Shen Jin, Kaisar Yuan segera berpamitan. "Shen Jin, aku akan pergi keluar sebentar. Istirahatlah dulu," ucapnya dengan lembut, suaranya seperti bisikan angin yang menenangkan. Shen Jin, yang duduk di atas tempat tidur dengan bantal sutra berwarna merah muda, mengangguk tegas sambil tersenyum lebar. Senyumnya memancarkan kehangatan yang membuat ruangan terasa lebih hidup.Kaisar Yuan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Yueyin yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Yueyin, jaga Permaisuri dengan baik," ucapnya dengan nada tegas namun penuh perhatian. Yueyin mengangguk paham, matanya menunjukkan kesungguhan dan kesetiaan.Dengan la
Kaisar Yuan beranjak dari kamarnya, diikuti oleh Pangeran Liu Jun. Langkah mereka terdengar mantap di sepanjang koridor istana yang megah, dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan indah dan lampu-lampu berkilauan. Sementara itu, Kaisar dan Permaisuri Agung tengah menunggu di aula utama dengan perasaan yang gelisah, wajah mereka menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.Beberapa menit kemudian, Kaisar Yuan dan Pangeran Liu Jun tiba di aula. Suasana tegang terasa di udara, seolah-olah setiap orang menahan napas menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Kau sudah datang?" ucap Permaisuri Agung seraya menghampiri Kaisar Yuan. Suaranya lembut namun penuh dengan kekhawatiran. "Kita duduk dulu," sambungnya, mengisyaratkan mereka untuk duduk di kursi-kursi yang telah disiapkan.Setelah mereka duduk berkumpul, Permaisuri Agung pun mulai menginterogasi Kaisar Yuan tentang kejadian aneh yang tengah melanda Kerajaan Bai Li Yuan. "Yua'er, Apa benar Shen Jin telah memakan buah pemberian
Pagi itu, sinar matahari perlahan menyelinap melalui celah-celah tirai, membangunkan dunia dengan lembut. Suara burung berkicau di luar jendela, seolah-olah menyambut hari baru dengan penuh semangat. Di dalam kamar, Shen Jin terbangun dari tidurnya, matanya perlahan membuka, menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang hangat.Dia menarik nafas dalam-dalam, merasakan udara segar yang masuk melalui jendela yang sedikit terbuka. Aroma embun pagi dan bunga-bunga yang mekar memenuhi ruangan, memberikan rasa tenang dan damai. Ketika ia hendak bangun, ia merasakan sedikit berat di bagian perut. Matanya langsung turun melihat ke bagian perut, dan ternyata sebuah tangan melingkar disana. Shen jin , dengan gerakan lambat, dia menyingkirkan tangan kaisar Yuan yang melingkar di perutnya, lalu bangkit dari tempat tidur. Langkah pertamanya menuju jendela, dia membuka jendela sepenuhnya, membiarkan cahaya matahari membanjiri kamar. Pemandangan taman yang hijau dan bunga-bunga yang berwarna-warni
Masing-masing pemimpin sekte terkejut ketika mendengar pemimpin sekte langit mengungkapkan bahwa anggur keabadian telah hilang. Ruangan yang biasanya penuh dengan suara desiran angin kini dipenuhi keheningan tegang, seolah waktu berhenti."Bagaimana bisa anggur itu hilang?" Pemimpin sekte Phoenix mengerutkan keningnya, matanya menyipit tajam, berusaha memahami situasi yang rumit ini. "Sepertinya orang ini memiliki tingkat kultivasi yang sangat tinggi," tambahnya, suaranya rendah tetapi penuh keyakinan.Kabar mengejutkan ini akhirnya sampai di telinga Bai Xiu Xue. Bayangan pikirannya dipenuhi dengan berbagai skenario buruk, dan setelah kejadian penculikan terhadap Shen Jin, Bai Xiu Xue sekarang bersembunyi di tempat yang hampir tidak mungkin dideteksi oleh Bai Li Yuan. Setiap suara angin yang menerpa dedaunan di tempat persembunyiannya, terasa seperti bisikan ancaman yang mengingatkan akan bahaya yang selalu mengintai.Sementara di kerajaan Bai Li Yuan, Shen Jin tengah menikmati buah a
Di tengah-tengah hutan yang gelap dan berkabut, dalam dunia manusia, terdapat sebuah bangunan kecil yang terbuat dari kayu, hampir tersembunyi oleh bayang-bayang pepohonan yang tinggi. Bai Xiu Xue berdiri di sana, pandangannya tertuju ke arah depan. Senyum iblisnya terpancar, menambah kegelapan suasana, saat dia menerima kabar dari siluman burung tentang hilangnya buah anggur keabadian."Yang Mulia, para sekte tengah berencana untuk mencari keberadaan buah anggur keabadian," kata siluman burung, suaranya rendah dan penuh rasa hormat, sembari membungkukkan badannya.Bai Xiu Xue mendengarkan dengan seksama, matanya yang tajam menyorotkan kilauan kegembiraan. "Bagus," gumamnya pelan namun penuh arti, "biarkan mereka mencari. Namun, pastikan mereka tidak menemukannya sebelum kita." Siluman burung mengangguk dengan tegas. "Kami sudah mengerahkan mata-mata ke berbagai wilayah, Yang Mulia. Mereka akan melaporkan setiap pergerakan sekte."Bai Xiu Xue menatap ke dalam kegelapan hutan, pikiran
Malam pelan-pelan menyerah pada kehadiran fajar. Langit biru tua perlahan berubah menjadi ungu muda, kemudian merona merah keemasan. Bintang-bintang berpaling, menyerahkan tempatnya pada cahaya pagi.Udara dingin malam berubah hangat, membawa aroma embun dan bunga-bunga yang mulai mekar. Suara burung-burung bernyanyi, mengiringi detak jantung pagi.Bayangan malam menghilang, digantikan oleh sinar matahari yang lembut. Dunia terbangun dari tidurnya, menyambut hari baru dengan penuh harapan dan semangat.Cahaya pagi memancarkan kehangatan di setiap sudut, mengusir sisa kegelapan. Awan-awan tipis berwarna merah jambu dan emas, seperti lukisan alam yang indah.Suara alam semakin hidup: burung-burung berkicau, air terjun mengalir, dan daun-daun bergoyang. Semua menyambut pagi dengan kesegaran dan kebahagiaan.Langit biru cerah, matahari muncul, membawa harapan dan energi baru. Dunia terasa segar, dan hari ini menjanjikan keindahan dan keajaiban.Di pagi yang masih sangat buta, entah sejak
Mendengar situasi yang semakin mengkhawatirkan. Setelah menenangkan Shen Jin hingga membuatnya tertidur, kaisar Yuan beranjak dari kamarnya menuju ruang pribadi. Mendengar situasi yang semakin mengkhawatirkan, Kaisar Yuan merasakan kecemasan yang merayap di sudut-sudut pikirannya. Malam itu, setelah menenangkan Shen Jin hingga membuatnya tertidur lelap, ia beranjak dari sisi tempat tidur. Langkah-langkahnya yang mantap menggema di koridor istana yang sunyi, menuju ruang pribadinya yang terletak di sayap timur.Saat tiba di depan pintu yang besar dan berornamen rumit, Kaisar Yuan berhenti sejenak. Di hadapannya berdiri Liu Jun, seorang pengawal setia dengan tatapan mata yang tajam namun setia. "Liu Jun," kata Kaisar Yuan, suaranya tenang tapi penuh kewibawaan, "Aku akan melakukan meditasi. Aku percayakan padamu untuk menjaga kakak ipar mu."Liu Jun membungkuk dalam tanda hormat. "Baik, Yang Mulia," jawabnya tegas, tanpa sedikit pun keraguan.Setelah itu, Kaisar Yuan kembali melangkah
Salah seorang penjaga berbadan kekar dengan wajah tanpa ekspresi mencengkeram rambut Xiu Juan dengan kasar, menarik kepalanya ke belakang hingga ia mendongak paksa. "Diam! Jangan membuat keributan, gadis kecil. Semakin kau melawan, semakin sakit jadinya." Suara seraknya bagai gerungan binatang buas.Xiu Juan merasakan air mata semakin deras mengalir. Ia menatap wajah-wajah dingin di sekelilingnya, mencari secercah belas kasihan, namun yang ia temukan hanyalah tatapan kosong dan acuh tak acuh. Di mata mereka, ia hanyalah barang dagangan, sebuah komoditas yang akan menghasilkan keuntungan bagi tuan mereka.Mereka menyeretnya keluar dari gerbang besi penjara yang berderit, menuju halaman yang gelap dan dingin. Di sana, beberapa gerobak kayu reyot sudah menunggu, ditarik oleh kuda-kuda kurus yang tampak lelah dan lesu. Bau kandang dan kotoran hewan bercampur dengan udara malam yang dingin.Xiu Juan dipaksa naik ke salah satu gerobak, terlempar kasar di antara beberapa tahanan lain yang j
Udara pengap dan dingin penjara bawah tanah menusuk hidung, membawa serta bau karat besi dan kelembaban yang menyesakkan. Cahaya obor yang menari-nari di dinding batu yang kasar menciptakan bayangan yang bergerak liar, seolah roh-roh penasaran tengah mengawasi."Cepat!" bisik Jenderal dengan suara rendah namun penuh tekanan, matanya menyapu lorong gelap dengan waspada. "Kita harus segera pergi sebelum para penjaga menyadari keberadaan kita."Pria paruh baya itu, dengan wajah penuh harap yang bercampur ketakutan, mencengkeram lengan sang jenderal. "Apakah kita bisa menyelamatkan gadis ini, Jenderal? Kudengar… kudengar dia akan dikirim ke Desa Yueming. Dijadikan budak belian," lirihnya, suaranya bergetar tertahan.Jenderal, yang raut wajahnya semakin mengeras oleh kegelisahan yang tak tertahankan, hanya bisa menggelengkan kepala dengan tatapan penuh penyesalan. Angin dingin tiba-tiba berhembus dari ujung lorong, membawa serta suara gesekan samar dan langkah kaki yang mendekat. Detik ber
Remang cahaya senja menari di sela pohon hutan bambu , menerpa raut wajah cantik Shen Jin yang diliputi gurat keterkejutan. Di hadapannya, Kaisar Yuan, dengan tatapan setenang permukaan danau di malam hari, baru saja mengungkapkan sebuah kenyataan yang mengguncang batinnya."Benarkah itu, ?" bisik Shen Jin, suaranya nyaris tak terdengar di antara desau angin yang membawa aroma bunga plum. Keraguan masih membayang di matanya, seolah enggan mempercayai percakapan yang baru saja terjalin antara dirinya dan Liu Jun.Kaisar Yuan mengulurkan jemarinya yang lentik, menyentuh lembut dagu Shen Jin. Sebuah senyum tipis, menyimpan kedalaman yang sulit ditebak, menghias bibirnya. "Mengapa istriku ? Apakah kau meragukan ucapan dan tindakanku ini?" godanya, nada suaranya bagai alunan kecapi yang lembut.Shen Jin menepiskan sentuhan itu dengan gerakan halus, mengalihkan pandangannya ke lukisan kaligrafi yang tergantung di dinding. "Hanya saja... Aku khawatir akan akan memiliki prasangka, setelah
Di keheningan ruang baca Istana Bai Li Yuan, di mana aroma dupa cendana berbaur dengan wangi tinta dan gulungan kitab kuno, Jin Yu tengah bertukar pikiran dengan Shen Zhibai, He Shen. Cahaya senja yang merayap masuk melalui jendela berukir menerangi wajah-wajah mereka yang tekun. Namun, ketenangan itu seketika pecah bagai porselen yang terhempas tatkala sesosok bayangan hitam menerjang masuk.Sosok prajurit berpakaian serba gelap itu bergerak dengan kecepatan seekor elang yang menukik. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia menjatuhkan diri berlutut di hadapan Jin Yu, dahinya menyentuh dinginnya lantai marmer. Aura tegang terpancar kuat dari tubuhnya, mengusik kehangatan percakapan yang baru saja terjalin."Melapor kepada Yang Mulia, " suara prajurit itu tercekat, namun tetap lantang menggema di ruangan sunyi, "utusan hamba di wilayah kerajaan Dayue telah kembali dengan kabar genting mengenai gadis pelayan itu. Selir Lin... beliau berencana mengirim gadis itu keluar dari gerbang kota,
Kegelapan pengap menyelimuti ruang bawah tanah yang dingin dan lembap. Aroma anyir darah bercampur bau tanah menyeruak menusuk hidung. Di tengah remang cahaya obor yang menari-nari di dinding batu, sosok XIU JUAN tampak mengenaskan. Gaun tahanan putih lusuhnya compang-camping, menampakkan kulitnya yang pucat pasi. Bibirnya kering merekah, seolah telah lama merindukan setetes embun. Di pipi halusnya tergores luka merah yang masih membekas, saksi bisu kekerasan yang baru saja berlalu. Kedua tangannya terentang lebar, terikat kuat pada pilar kayu yang kasar, tubuhnya lunglai tak berdaya bagai layu diterpa badai.Di sudut gelap sel yang bersebelahan, terdengar suara batuk kering yang memecah keheningan. Sosok renta dengan rambut kusut dan janggut tipis terjuntai, seorang pria paruh baya , meringkuk di atas tikar jerami yang usang. Matanya yang cekung menatap Xiu Juan dengan tatapan sayu namun penuh minat."Gadis itu... apa yang membuatnya terjerumus ke dalam sarang iblis ini? Wajahmu...
Di bawah rembulan pucat yang menggantung rendah di atas cakrawala kota yang gemerlap namun terasa dingin, Shen Jin dan Kaisar Yuan bertukar pandang. Kilatan samar lampu-lampu lentera memantul di mata mereka, seolah merefleksikan percakapan sunyi yang baru saja terjadi. Detik kemudian, sebelum tatapan mereka kembali terarah pada Jin Yu. Putra mereka berdiri di tengah ruangan yang mewah namun terasa hampa, raut gelisah masih terpahat jelas di wajahnya yang biasanya angkuh.Shen Jin, dengan gaun sutra berwarna gelap yang tampak berkilauan tertimpa cahaya kristal dari lampu gantung di atas mereka, membuka suara. Nada bicaranya tenang namun mengandung ketegasan seorang wanita yang terbiasa mengatur. "Sepertinya, gejolak dalam hatimu, apa yang menjadi keinginan terdalam seorang ibu, telah bersemi dan kini tersirat jelas dalam benakmu. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka, ayahmu, Kaisar Yuan, telah secara resmi mengajukan lamaran pernikahan ke kerajaan Dayue untukmu. Tampaknya, tak
Sebelum Jin Yu sempat menyelesaikan ucapannya, selir Lin melangkah maju. Langkahnya mantap, tatapan penuh otoritas. Dengan suara yang memecah keheningan aula, ia memberi perintah yang tegas."Bawa mereka ke dalam penjara!" serunya. Suaranya tajam, menusuk udara yang sebelumnya tenang.Jin Yu maju selangkah, niatnya untuk menghentikan tindakan itu terlihat jelas. Namun, sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, tangan Shen Zhibai sudah meraih pundaknya. Sentuhan itu cukup kuat untuk menahan Jin Yu di tempatnya. Shen Zhibai menggeleng pelan, dan dengan suara rendah, ia berbicara, nyaris seperti bisikan."Jin Yu, tahan dirimu. Bukan sekarang waktunya," ucapnya penuh ketenangan, namun menyiratkan sesuatu yang lebih dalam.Jin Yu mengerutkan dahi, tatapannya tetap terarah pada Xiu Juan dan Rouyue yang kini sedang digiring oleh prajurit. "Aku tidak bisa hanya berdiri diam, Shen Zhibai. Mereka tidak bersalah!"Shen Zhibai menghela napas, suaranya terdengar lebih tegas kali ini. "Jika kau bertin
Kabut tipis menyelimuti gerbang megah Istana Dayue, seolah menyembunyikan rahasia kuno di baliknya. Jin Yu dan rombongannya tiba di hadapan gerbang itu, keheningan menyelimuti mereka. Xiu Juan dan Rouyue, dua gadis anggun dengan aura misterius, menghentikan langkah mereka, menarik napas dalam-dalam seolah merasakan energi spiritual yang bergejolak di sekitar istana."Terima kasih atas perlindungan kalian, Tuan Jin Yu, Tuan He, dan Tuan Zhibai," ucap Xiu Juan dengan suara lembut namun mengandung kekuatan tersembunyi. "Perjalanan kita sampai di sini."Jin Yu, pemuda dengan sorot mata tajam dan aura seorang pendekar, maju mendekati Xiu Juan. "Bolehkah aku bertemu dengan kedua orang tuamu?" tanyanya, suaranya mengandung nada yang sulit diartikan.Xiu Juan mengangkat wajahnya, tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya, sebuah perasaan yang bercampur antara kekaguman dan kebingungan. "Mengapa... mengapa Tuan ingin bertemu dengan mereka?"Jin Yu menatapnya dengan t
Fajar menyingsing dengan lembut, memercikkan warna emas pucat ke langit yang masih membayang abu-abu. Kabut tipis menggantung di atas tanah, seperti selendang gaib yang enggan dilepas oleh malam. Di tengah hutan yang sunyi, pepohonan kuno berdiri tegak, setiap helai daun mereka tampak menyala karena cahaya pertama matahari.Angin pagi membawa aroma tanah basah dan bunga liar yang baru mekar, bercampur dengan desau lembut sungai kristal yang mengalir di kejauhan. Di atasnya, burung-burung kecil dengan sayap berkilauan seperti permata beterbangan, menciptakan harmoni dari kicauan mereka.Dari balik bayangan pepohonan, seekor rusa bertanduk perak melangkah perlahan, matanya bersinar lembut seperti bulan. Jejak kakinya meninggalkan cahaya redup di atas rerumputan yang berkilauan. Tak jauh darinya, sepasang peri kecil dengan sayap serupa kelopak mawar saling berkejaran, tertawa lembut seperti lonceng angin.Di atas bukit, sebuah desa kecil terbangun perlahan. Pondok-pondok dengan atap jera