Bai Xiu Xue kembali menggerakkan tangannya dengan gerakan yang anggun namun penuh kekuatan. Perlahan, darah yang mengalir di dada Shen Jin pun ikut terangkat dan membentuk bola kecil sebesar kelereng. Warna darah itu terlihat merah terang, berkilauan di bawah cahaya redup ruangan.Namun, seketika warna darah itu berubah menjadi merah keunguan dengan kombinasi hijau serta hitam. Bai Xiu Xue yang mencoba mengambilnya, merasakan keanehan pada dirinya sendiri. Energi yang mencoba untuk mengambil darah jantung Shen Jin malah tersedot dan sulit untuk dihentikan."Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa menghentikannya?" gumamnya pelan, suaranya penuh dengan kepanikan yang tersembunyi. Dia berusaha menarik tangannya dan menghentikan ritual tersebut, tetapi tidak bisa. Energi dan kekuatan yang ada dalam tubuh Bai Xiu Xue terus terhisap ke dalam darah jantung Shen Jin.Dengan gerakan yang rumit, Bai Xiu Xue akhirnya berhasil memutuskan aliran energi tersebut. Seketika, tubuhnya ambruk dan lema
"YUA'ER!" teriak Shen Jin seraya membuka mata dengan cepat. Keringat dingin mengalir deras di dahinya, menetes perlahan ke pelipisnya.Ruangan tempat Shen Jin terbaring adalah kamar tidur kerajaan yang megah. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan indah dan tirai sutra berwarna emas yang menjuntai dari langit-langit tinggi. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela besar yang terbuka, memantulkan kilauan lembut pada lantai marmer yang dingin. Aroma bunga melati yang segar tercium samar-samar, menambah suasana tenang dan damai.Kaisar Bai Li Yuan, yang telah menunggu Shen Jin dengan sabar sejak tadi, duduk di sampingnya dengan senyum bahagia yang menghiasi wajahnya saat melihat Shen Jin tersadar. Matanya yang tajam namun penuh kasih sayang menatap Shen Jin dengan cemas."Shen Jin, akhirnya kau sadar. Bagaimana perasaanmu? Apakah ada yang tidak nyaman? Katakan di mana kamu merasa tidak nyaman?" ucap Kaisar Yuan dengan nada cemas, memberondong tanpa jeda dalam ucap
Setelah kejadian penculikan waktu itu, Shen Jin yang sebelumnya ceria, kini lebih banyak merenung. Bukan karena masalah penculikannya, tetapi mimpi yang terus menghantuinya, membuat Shen Jin takut akan kehilangan Kaisar Yuan. Ruangan tempat Shen Jin berada adalah kamar pribadinya yang luas dan megah, dengan dinding-dinding berlapis sutra merah dan emas. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela besar yang terbuka, menerangi perabotan kayu jati yang diukir dengan indah. Tirai-tirai sutra berwarna merah muda bergoyang lembut tertiup angin, menciptakan suasana yang tenang namun penuh dengan kekhawatiran. "Apakah aku harus menceritakannya pada Yua'er? Tapi, apakah dia akan percaya dengan yang aku ceritakan? Sebaiknya aku coba dulu," gumam Shen Jin dalam hati. Ia menghela napas panjang, mencoba bangun dari posisi berbaringnya di atas ranjang yang empuk dengan seprai sutra. Namun, saat Shen Jin hendak bangun, Kaisar Yuan datang secara tiba-tiba dan langsung menghentikannya.
Kaisar Yuan tersenyum tipis melihat tingkah Shen Jin yang menggemaskan. "Baiklah, aku akan memerintahkan seseorang untuk mengambilkannya untukmu," jawabnya lembut.Shen Jin menggeleng pelan, "Tidak, aku ingin kita pergi bersama. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu di sana."Kaisar Yuan terdiam sejenak, lalu mengangguk setuju. "Baiklah, mari kita pergi."Mereka berdua berjalan keluar dari kediaman, melewati taman yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni yang harum semerbak. Angin sepoi-sepoi menyapu wajah mereka, membawa aroma segar dedaunan. Shen Jin menggandeng tangan Kaisar Yuan, merasakan kehangatan dari genggamannya.Setibanya di hutan belakang, Shen Jin menunjuk ke arah pohon anggur yang tumbuh subur. Buah-buahnya yang berwarna ungu tua menggantung berat di dahan, memancarkan kilauan lembut di bawah sinar matahari yang menyelinap di antara dedaunan."Lihat, di sana," katanya dengan mata berbinar, suaranya penuh antusiasme.Kaisar Yuan mengernyitkan dahi saat melihat buah anggur
Melihat Shen Jin yang dengan tergesa-gesa memakan buah anggur keabadian tanpa memikirkan risiko yang akan dialaminya, Kaisar Yuan segera membawa Shen Jin ke kediaman gurunya. Angin yang dingin menyapu wajah mereka saat mereka bergegas melalui jalan setapak yang diterangi cahaya bulan. Tak berselang lama, mereka berdua pun sampai di kediaman Xiu Xianren, sebuah rumah kayu sederhana yang dikelilingi oleh taman bunga yang harum.Xiu Xianren yang baru saja keluar dari kediamannya, sedikit terkejut saat melihat kedatangan Kaisar Yuan dan Shen Jin. Matanya yang tajam menatap mereka dengan penuh perhatian. Meskipun Xiu Xianren terlihat santai dengan senyum tipis di wajahnya, namun dalam hatinya, ia merasakan ada sesuatu yang terjadi pada Kaisar. "Salam Yang Mulia, Permaisuri. Apa yang membawa kalian kemari?" tanyanya dengan suara lembut namun penuh kewaspadaan.Kaisar Yuan menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Shen Jin telah memakan buah anggur keabadian, tolong guru periksa, istriku
Sudah tiga hari Shen Jin dan Kaisar Yuan tinggal di kediaman Xiu Xianren. Kediaman itu terletak di tengah kota yang sibuk, namun begitu memasuki gerbangnya, suasana berubah menjadi tenang dan damai, seolah-olah terpisah dari hiruk-pikuk dunia luar. Kaisar Yuan dan Xiu Xianren terus memantau kondisi Shen Jin. Mereka sering duduk di paviliun taman, di bawah naungan pohon-pohon sakura yang sedang berbunga, kelopak-kelopaknya berjatuhan seperti salju merah muda. Shen Jin terlihat baik-baik saja, wajahnya tenang dan matanya berbinar, seakan tidak ada pengaruh dari kekuatan yang terkandung dalam buah anggur keabadian yang telah ia konsumsi."Bagaimana perasaanmu hari ini, Yang Mulia?" tanya Xiu Xianren dengan suara lembut, matanya yang tajam namun penuh perhatian menatap Shen Jin.Shen Jin tersenyum tipis, "Aku merasa baik, Tuan Xiu. Tidak ada perubahan yang berarti."Kaisar Yuan mengangguk pelan, wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran yang tersembunyi di balik ketenangannya. "Tetapi, k
Kaisar Yuan dan Shen Jin melangkah keluar dari aula istana utama, diikuti oleh Yueyin dan Pangeran Liu Jun. Angin malam yang sejuk menyapu wajah mereka, membawa aroma bunga melati yang mekar di taman istana. Langkah mereka terdengar lembut di atas lantai marmer yang dingin, menciptakan irama yang tenang di tengah keheningan malam.Sesampainya di kediaman Shen Jin, Kaisar Yuan segera berpamitan. "Shen Jin, aku akan pergi keluar sebentar. Istirahatlah dulu," ucapnya dengan lembut, suaranya seperti bisikan angin yang menenangkan. Shen Jin, yang duduk di atas tempat tidur dengan bantal sutra berwarna merah muda, mengangguk tegas sambil tersenyum lebar. Senyumnya memancarkan kehangatan yang membuat ruangan terasa lebih hidup.Kaisar Yuan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Yueyin yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Yueyin, jaga Permaisuri dengan baik," ucapnya dengan nada tegas namun penuh perhatian. Yueyin mengangguk paham, matanya menunjukkan kesungguhan dan kesetiaan.Dengan la
Kaisar Yuan beranjak dari kamarnya, diikuti oleh Pangeran Liu Jun. Langkah mereka terdengar mantap di sepanjang koridor istana yang megah, dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan indah dan lampu-lampu berkilauan. Sementara itu, Kaisar dan Permaisuri Agung tengah menunggu di aula utama dengan perasaan yang gelisah, wajah mereka menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.Beberapa menit kemudian, Kaisar Yuan dan Pangeran Liu Jun tiba di aula. Suasana tegang terasa di udara, seolah-olah setiap orang menahan napas menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Kau sudah datang?" ucap Permaisuri Agung seraya menghampiri Kaisar Yuan. Suaranya lembut namun penuh dengan kekhawatiran. "Kita duduk dulu," sambungnya, mengisyaratkan mereka untuk duduk di kursi-kursi yang telah disiapkan.Setelah mereka duduk berkumpul, Permaisuri Agung pun mulai menginterogasi Kaisar Yuan tentang kejadian aneh yang tengah melanda Kerajaan Bai Li Yuan. "Yua'er, Apa benar Shen Jin telah memakan buah pemberian
"Meskipun bunga es naga ini sudah di dapatkan, tapi aku tidak dapat menggunakannya selama kutukan itu belum terlepas dalam diriku," balasnya. Xiu Xianren dan Zhang Wei segera berlutut, memberikan hormat."Kami sangat merasa terhormat, ternyata selama ini kami melayani sang kaisar langit. Mohon ampuni kami yang tidak mengenali, Anda," sahut Xiu Xianren, yang menjadi guru sang kaisar. Ada perasaan senang dan bangga, namun juga perasaan bersalah karena tidak mengenali Kaisar yang agung."Guru, bangunlah. Jangan seperti itu," ucap Kaisar Yuan yang tengah berdiri. Dengan cepat, mereka bangun.****Langit mulai gelap, dan angin dingin menusuk tulang. Kaisar Yuan merasakan kutukan itu semakin menguasainya. Dia menatap bunga es naga di tangannya, bunga yang begitu indah, dengan kelopak berkilauan seperti kristal es. Aroma segarnya mengingatkan pada embun pagi di pegunungan tinggi. Namun, beban kutukan terasa semakin berat.Xiu Xianren dan Zhang Wei memandang kaisar dengan wajah penuh kekhawat
Xiu Xianren dan Zhang Wei sedikit terperangah saat melihat Shen Jin berada di sana. Keduanya saling pandang dengan ketegangan yang terasa di udara."Yang Mulia, bukankah permaisuri baru saja melahirkan? Kenapa permaisuri tidak pergi ke tempat yang aman bersama yang lainnya? Lalu, di mana anak kaisar dan permaisuri?" ucap Xiu Xianren dengan nada khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya."Orang-orang kepercayaan suamiku sudah membawanya pergi ke tempat yang aman," jawab Shen Jin dengan tegas, tatapan matanya menunjukkan tekad yang kuat.# Flashback #"Aku percayakan pada kalian keselamatan anakku. Jagalah dia sampai aku dan Yua'er kembali," lirih Shen Jin seraya memberikan bayi itu pada Yueyin, matanya penuh harap dan cemas.Setelah kepergian mereka, Shen Jin dengan cepat bergegas keluar. Langkah-langkahnya begitu cepat dan tegas, seolah setiap detik berharga untuk menghentikan Kaisar Yuan yang bersiap pergi ke medan perang. Sesampainya di sana, ia melihat Kaisar Yuan yang sedang be
Yueyin membantu Shen Jin berdiri, tangan hangatnya memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh Shen Jin. Aroma manis bunga-bunga di sekitar mereka semakin kuat, seolah-olah alam pun ikut menenangkan kegelisahan Shen Jin.Dengan langkah hati-hati, Yueyin membawa Shen Jin mendekati kedua wanita cantik tersebut. Shen Jin menatap mereka sejenak dengan mata yang masih dipenuhi kekhawatiran, kemudian beralih pada bayi laki-laki yang ada di pangkuannya. Bayi itu tertidur nyenyak, nafasnya pelan dan teratur, memberikan sedikit kedamaian di tengah kegaduhan hati Shen Jin."Yang Mulia, Yang Mulia Kaisar tidak berniat meninggalkan Anda," ujar salah satu wanita dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan. "Ia hanya ingin memastikan keselamatan Anda dan pangeran kecil ini. Kaisar telah mengatur segalanya demi melindungi kalian berdua."Shen Jin merasa air mata menggenang di matanya. Ia menatap kedua wanita tersebut, lalu kembali menatap bayi di pangkuannya. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus me
Namun, di wilayah yang sangat jauh, pasukan yang dikumpulkan oleh Bai Xiu Xue sudah berkumpul dengan persiapan yang sangat lengkap. Bai Xiu Xue bukan hanya merekrut kandidat dari kalangan siluman saja, bahkan para sekte yang pernah memperebutkan tentang Anggur Keabadian pun ikut bergabung dengannya.Bai Xiu Xue mengenakan jubah perangnya yang megah dan berdiri di depan para prajurit yang telah dikumpulkannya. Senyum sinis terbentuk di wajahnya, pandangan matanya tajam menatap ke depan, penuh dengan keyakinan akan kemenangan."Kalian adalah prajurit terbaik yang pernah ada," katanya dengan suara lantang dan penuh otoritas. "Hari ini, kita tidak hanya akan merebut kembali Anggur Keabadian, tetapi juga menguasai seluruh wilayah ini. Tidak ada yang bisa menghalangi kita."Para prajurit bersorak, semangat mereka berkobar-kobar mendengar pidato penuh motivasi dari Bai Xiu Xue. Mereka mempersiapkan diri dengan lebih mantap, mengetahui bahwa pertempuran besar menanti di depan mereka.Sebelumn
Saat berada di puncak Gunung Tianwu, Zhang Wei dan Xiu Xianren terperangah menyaksikan perubahan fenomenal di langit dan alam sekitarnya. Awan gelap berkumpul tiba-tiba, menciptakan suasana dramatis yang membuat mereka terdiam sejenak, menengadah memandang ke arah langit. Raut wajah mereka memancarkan perpaduan antara kebahagiaan dan kekhawatiran."Lebih baik kita segera mengambil bunga es naga itu, aku khawatir semuanya akan terlambat," ucap Xiu Xianren kepada Zhang Wei dan A Zhu dengan nada cemas."Baiklah!" jawab Zhang Wei tegas, sementara A Zhu hanya mengangguk setuju. Mereka yang berdiri di bibir gua Gunung Tianwu segera bergerak masuk dengan langkah cepat.Saat mereka memasuki goa, suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Mereka berhenti sejenak, mencoba menajamkan pendengaran mereka. "Sepertinya, sudah ada orang lain yang memasuki tempat ini, kita harus hati-hati," ucap pelan Xiu Xianren. Ternyata, suara itu berasal dari sekelompok penjaga istana dari wilayah lain yang sedang m
"Anak kita sudah lahir, dia sangat tampan seperti dirimu, Yua'er." Tiba-tiba, langit yang gelap mulai cerah kembali. Pelangi indah muncul di cakrawala, melambangkan awal yang baru dan penuh harapan bagi keluarga kecil mereka. Saat itu, angin berhenti dan suasana menjadi hening. Terdengar suara lembut yang datang dari langit, seakan-akan seluruh alam memberikan penghormatan kepada sang bayi yang baru lahir. Dari balik awan, muncul sosok-sosok bercahaya yang mengagumkan. Para dewa datang dengan senyuman penuh kebajikan, menyambut kelahiran bayi Shen Jin. Mereka membawa berkat dan harapan, membisikkan kata-kata yang hanya dapat didengar oleh hati yang tulus. "Akhirnya, bayi dari Yang Mulia Kaisar Naga langit, sudah terlahir." Raut wajah para dewa dan Dewi tersenyum sumringah. Detik kemudian, salah satu dewa yang terlihat sedikit tua, raut wajahnya berubah sendu. "Namun, artinya bencana itu akan segera terjadi." "Aku yakin, semua itu akan berakhir dengan kemenangan," imbuh san
Dalam ketenangan pagi itu, Shen Jin merasa hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Perlahan, dia mulai bercerita tentang impian-impian yang telah lama tersimpan dalam hatinya. Suara burung-burung yang berkicau lembut di sekitar mereka memberikan irama latar yang harmonis, seakan turut menyambut kisah-kisah mereka. Kaisar Yuan mengangguk dengan penuh pemahaman dan empati. "Aku ingin membangun dunia di mana anak kita dapat tumbuh dengan bebas dan damai, tanpa rasa takut atau kekurangan," katanya sambil memandang jauh ke depan. Shen Jin merasakan getaran semangat dan ketulusan dalam kata-kata suaminya, membuatnya semakin jatuh cinta pada pria itu. Matahari semakin tinggi di langit, memancarkan sinarnya yang hangat. Mereka melanjutkan percakapan dengan penuh gairah, berbagi mimpi-mimpi besar yang ingin mereka wujudkan bersama. Angin yang berhembus perlahan membawa harum bunga yang mekar di sekitar mereka, seakan memberikan keajaiban tambahan pada momen tersebut. Setelah beberapa saat
"Yueyin! Yueyin!" teriak Shen Jin dengan suara yang penuh kekhawatiran. Ia duduk di kursi sambil memegang perutnya yang besar, jelas terlihat betapa sulitnya bagi dia untuk bangun dari tempat duduknya. "Mendekati usia kehamilan tua sungguh membuatku kewalahan. Apakah aku mengandung anak kembar?" gumamnya dengan nada cemas sambil mengusap perutnya yang bulat. Shen Jin lalu memeriksa denyut nadinya sendiri, mencoba merasakan tanda-tanda kehidupan di dalam tubuhnya. Namun, ia hanya merasakan denyut nadi yang stabil dan satu detak jantung yang berdenyut lembut. Tidak ada tanda-tanda detak jantung kedua. "Hanya ada satu detak jantung, yang lainnya adalah detak jantungku sendiri," ujarnya pelan, sambil menghela napas karena merasa sedikit sesak. Kekhawatiran meliputinya, membuat jantungnya berdegup lebih cepat. "Dimana Yueyin? Sangat jarang sekali dia tidak muncul saat dipanggil seperti ini," gumamnya dengan nada penuh kekhawatiran yang semakin mendalam. Shen Jin mencoba bangun dari
"Sebaiknya, malam ini juga aku harus segera melarikan diri," ucapnya dengan tegas penuh penekanan. Suaranya bergetar dengan campuran tekad dan ketakutan. Mata Lie Hua menatap tajam ke sembarang arah, bayangan wajah Shen Jin yang begitu dibencinya terlintas di benaknya, menyulut api kemarahan dalam dirinya."Tunggu saja pembalasanku !"Malam itu, ketika cahaya bulan perlahan-lahan merangkak naik di langit gelap, Lie Hua bersiap-siap untuk melarikan diri. Dengan hati-hati, dia menggulung peta tersebut dan menyembunyikannya di balik pakaiannya. Ia memastikan tidak ada yang melihat saat dia melangkah keluar dari rumah kayunya yang sederhana.Udara malam begitu dingin, menusuk hingga ke tulang. Lie Hua merapatkan pakaiannya, berusaha mengusir rasa dingin yang menyergap. Suara langkah kakinya hampir tak terdengar saat ia menyusuri jalanan desa yang sepi. Para prajurit berjaga di pos-pos mereka, beberapa di antaranya tampak mengantuk dan tak waspada.Lie Hua berjalan dengan langkah cepat nam