"Itu Bai Li Yuan," monolognya dengan suara yang hampir tak terdengar, penuh harap. "Bai Li Yuan, tolong aku."Kaisar Bai Li Yuan mengibaskan tangan lembutnya, gerakan yang tampak sederhana namun penuh kekuatan magis. Dalam sekejap, sihir yang memancar dari tangannya membuat Shen Jin seperti tertidur, lalu tersadar kembali. Shen Jin membuka mata dengan cepat, pandangannya langsung tertuju ke arah suara yang memanggilnya."Bai Li Yuan, kenapa kau lama sekali," ucap Shen Jin dengan nada penuh kerinduan dan sedikit kesal. Ia bangkit dari posisi berbaringnya dan segera melompat ke dalam pelukan Kaisar Yuan. Kaisar Yuan memeluk Shen Jin begitu erat, seolah tak ingin melepaskannya lagi. Shen Jin menangis tersedu-sedu, air matanya mengalir deras membasahi jubah Kaisar Yuan."Maaf, Shen Jin, aku terlambat," ucap Kaisar dengan lembut, suaranya penuh penyesalan. "Sebaiknya kita cepat-cepat pergi dari tempat ini," lanjutnya dengan nada mendesak.Shen Jin perlahan melepaskan pelukannya, lalu menat
Ketika Shen Jin dan Bai Xiu Xue sudah berada di ruangan tempat Xiao Nian Jie berada, Bai Xiu Xue dengan hati-hati membaringkan tubuh Shen Jin di samping peti kristal es yang memancarkan cahaya dingin. Suasana ruangan itu terasa mencekam, dengan dinding-dinding batu yang dingin dan lantai yang berkilauan oleh pantulan cahaya kristal."Bai Xiu Xue, apa yang akan kau lakukan? Lepaskan aku!" teriak Shen Jin dengan suara penuh kepanikan. Namun, semua itu sia-sia, karena tubuh Shen Jin tidak bisa digerakkan sama sekali. Ia merasa seolah-olah terikat oleh kekuatan tak terlihat yang menahan setiap gerakannya.Bai Xiu Xue tidak menghiraukan teriakan Shen Jin. Dengan langkah mantap, ia berjalan ke tengah-tengah ruangan dan berdiri di sana. Bai Xiu Xue mulai memejamkan mata, kedua tangannya direntangkan ke samping, seolah-olah merasakan energi yang mengalir di sekitarnya. Perlahan, tutup peti kristal es Xiao Nian Jie terbuka dengan sendirinya, mengeluarkan suara berderit yang menggema di seluruh
Bai Xiu Xue kembali menggerakkan tangannya dengan gerakan yang anggun namun penuh kekuatan. Perlahan, darah yang mengalir di dada Shen Jin pun ikut terangkat dan membentuk bola kecil sebesar kelereng. Warna darah itu terlihat merah terang, berkilauan di bawah cahaya redup ruangan.Namun, seketika warna darah itu berubah menjadi merah keunguan dengan kombinasi hijau serta hitam. Bai Xiu Xue yang mencoba mengambilnya, merasakan keanehan pada dirinya sendiri. Energi yang mencoba untuk mengambil darah jantung Shen Jin malah tersedot dan sulit untuk dihentikan."Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa menghentikannya?" gumamnya pelan, suaranya penuh dengan kepanikan yang tersembunyi. Dia berusaha menarik tangannya dan menghentikan ritual tersebut, tetapi tidak bisa. Energi dan kekuatan yang ada dalam tubuh Bai Xiu Xue terus terhisap ke dalam darah jantung Shen Jin.Dengan gerakan yang rumit, Bai Xiu Xue akhirnya berhasil memutuskan aliran energi tersebut. Seketika, tubuhnya ambruk dan lema
"YUA'ER!" teriak Shen Jin seraya membuka mata dengan cepat. Keringat dingin mengalir deras di dahinya, menetes perlahan ke pelipisnya.Ruangan tempat Shen Jin terbaring adalah kamar tidur kerajaan yang megah. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan indah dan tirai sutra berwarna emas yang menjuntai dari langit-langit tinggi. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela besar yang terbuka, memantulkan kilauan lembut pada lantai marmer yang dingin. Aroma bunga melati yang segar tercium samar-samar, menambah suasana tenang dan damai.Kaisar Bai Li Yuan, yang telah menunggu Shen Jin dengan sabar sejak tadi, duduk di sampingnya dengan senyum bahagia yang menghiasi wajahnya saat melihat Shen Jin tersadar. Matanya yang tajam namun penuh kasih sayang menatap Shen Jin dengan cemas."Shen Jin, akhirnya kau sadar. Bagaimana perasaanmu? Apakah ada yang tidak nyaman? Katakan di mana kamu merasa tidak nyaman?" ucap Kaisar Yuan dengan nada cemas, memberondong tanpa jeda dalam ucap
Setelah kejadian penculikan waktu itu, Shen Jin yang sebelumnya ceria, kini lebih banyak merenung. Bukan karena masalah penculikannya, tetapi mimpi yang terus menghantuinya, membuat Shen Jin takut akan kehilangan Kaisar Yuan. Ruangan tempat Shen Jin berada adalah kamar pribadinya yang luas dan megah, dengan dinding-dinding berlapis sutra merah dan emas. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela besar yang terbuka, menerangi perabotan kayu jati yang diukir dengan indah. Tirai-tirai sutra berwarna merah muda bergoyang lembut tertiup angin, menciptakan suasana yang tenang namun penuh dengan kekhawatiran. "Apakah aku harus menceritakannya pada Yua'er? Tapi, apakah dia akan percaya dengan yang aku ceritakan? Sebaiknya aku coba dulu," gumam Shen Jin dalam hati. Ia menghela napas panjang, mencoba bangun dari posisi berbaringnya di atas ranjang yang empuk dengan seprai sutra. Namun, saat Shen Jin hendak bangun, Kaisar Yuan datang secara tiba-tiba dan langsung menghentikannya.
Kaisar Yuan tersenyum tipis melihat tingkah Shen Jin yang menggemaskan. "Baiklah, aku akan memerintahkan seseorang untuk mengambilkannya untukmu," jawabnya lembut.Shen Jin menggeleng pelan, "Tidak, aku ingin kita pergi bersama. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu di sana."Kaisar Yuan terdiam sejenak, lalu mengangguk setuju. "Baiklah, mari kita pergi."Mereka berdua berjalan keluar dari kediaman, melewati taman yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni yang harum semerbak. Angin sepoi-sepoi menyapu wajah mereka, membawa aroma segar dedaunan. Shen Jin menggandeng tangan Kaisar Yuan, merasakan kehangatan dari genggamannya.Setibanya di hutan belakang, Shen Jin menunjuk ke arah pohon anggur yang tumbuh subur. Buah-buahnya yang berwarna ungu tua menggantung berat di dahan, memancarkan kilauan lembut di bawah sinar matahari yang menyelinap di antara dedaunan."Lihat, di sana," katanya dengan mata berbinar, suaranya penuh antusiasme.Kaisar Yuan mengernyitkan dahi saat melihat buah anggur
Melihat Shen Jin yang dengan tergesa-gesa memakan buah anggur keabadian tanpa memikirkan risiko yang akan dialaminya, Kaisar Yuan segera membawa Shen Jin ke kediaman gurunya. Angin yang dingin menyapu wajah mereka saat mereka bergegas melalui jalan setapak yang diterangi cahaya bulan. Tak berselang lama, mereka berdua pun sampai di kediaman Xiu Xianren, sebuah rumah kayu sederhana yang dikelilingi oleh taman bunga yang harum.Xiu Xianren yang baru saja keluar dari kediamannya, sedikit terkejut saat melihat kedatangan Kaisar Yuan dan Shen Jin. Matanya yang tajam menatap mereka dengan penuh perhatian. Meskipun Xiu Xianren terlihat santai dengan senyum tipis di wajahnya, namun dalam hatinya, ia merasakan ada sesuatu yang terjadi pada Kaisar. "Salam Yang Mulia, Permaisuri. Apa yang membawa kalian kemari?" tanyanya dengan suara lembut namun penuh kewaspadaan.Kaisar Yuan menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Shen Jin telah memakan buah anggur keabadian, tolong guru periksa, istriku
Sudah tiga hari Shen Jin dan Kaisar Yuan tinggal di kediaman Xiu Xianren. Kediaman itu terletak di tengah kota yang sibuk, namun begitu memasuki gerbangnya, suasana berubah menjadi tenang dan damai, seolah-olah terpisah dari hiruk-pikuk dunia luar. Kaisar Yuan dan Xiu Xianren terus memantau kondisi Shen Jin. Mereka sering duduk di paviliun taman, di bawah naungan pohon-pohon sakura yang sedang berbunga, kelopak-kelopaknya berjatuhan seperti salju merah muda. Shen Jin terlihat baik-baik saja, wajahnya tenang dan matanya berbinar, seakan tidak ada pengaruh dari kekuatan yang terkandung dalam buah anggur keabadian yang telah ia konsumsi."Bagaimana perasaanmu hari ini, Yang Mulia?" tanya Xiu Xianren dengan suara lembut, matanya yang tajam namun penuh perhatian menatap Shen Jin.Shen Jin tersenyum tipis, "Aku merasa baik, Tuan Xiu. Tidak ada perubahan yang berarti."Kaisar Yuan mengangguk pelan, wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran yang tersembunyi di balik ketenangannya. "Tetapi, k
Setelah dentingan senjata tak lagi terdengar, keheningan yang mencekam. Xiu Juan dan Rouyue, yang sebelumnya bersembunyi di dalam kereta, saling bertukar pandang penuh keraguan sebelum akhirnya memberanikan diri keluar. Dengan langkah hati-hati, mereka melangkah menghampiri Jin Yu yang berdiri tegap di depan kereta kuda, masih di atas kudanya yang menginjak-injak tanah dengan resah."Tuan, apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Xiu Juan dengan nada lembut, hampir seperti bisikan yang menguap ke dalam malam. Angin dingin menyapu helaian rambutnya, menambah dramatis suasana.Tanpa banyak kata, Jin Yu melompat turun dari kudanya dengan gerakan yang begitu cepat dan penuh percaya diri. Ia kini berdiri tegap di hadapan Xiu Juan, tatapannya setajam pisau."Semuanya sudah terkendali. Kalian tidak perlu merasa takut lagi," ujarnya dengan nada yang dingin namun tegas, seperti lapisan baja yang menyembunyikan sesuatu di dalamnya. Kalimatnya tegas, tetapi menyimpan kesan tak terbantahkan bahwa
Pagi hari tiba membawa cahaya keemasan yang memancar dari ufuk timur. Udara segar dan dingin menyentuh kulit. Suara burung-burung berkicau di taman istana, mengiringi langkah kaki yang melangkah keluar dari aula utama. Aroma teh hijau panas dan roti kukus manis memenuhi udara, membuat perut keroncongan. Cahaya matahari yang lembut memancar melalui celah jendela menerangi ruangan yang masih sunyi. Di luar, suara air yang mengalir dari kolam istana dan suara lonceng yang berbunyi di menara kota menambahkan kesan alami pada pagi hari yang cerah. Pohon-pohon bambu yang tinggi dan lurus berdiri di sekitar , membentuk sebuah pagar alami yang indah. Batu-batu granit yang berwarna abu-abu terhampar di jalan kota membentuk sebuah jalan yang luas dan megah. Di desa Daiyang, pangeran Jin yu dan yang lainnya tengah menikmati kudapan pagi yang di sediakan oleh penginapan tersebut. Jin yu tampak sedikit murung setelah kejadian malam itu, saat dia dan Xiu menikmati sinar bulan. Begitu pun denga
Di kamar Xiu Juan dan Rouyue, setelah selesai membersihkan diri, keduanya tengah duduk menikmati makan malam sederhana yang disajikan oleh penginapan. Aroma sup ayam yang hangat dan nasi putih yang baru matang memenuhi udara, menciptakan suasana yang menenangkan.Setelah selesai makan, Rouyue yang sudah kelelahan memilih untuk pergi tidur. "Xiu Juan, aku sudah mengantuk. Aku mau pergi tidur dulu," ucap Rouyue seraya menguap panjang, matanya setengah tertutup."Baiklah. Kau pergi tidur saja dulu. Aku akan membersihkan ini semua," jawab Xiu Juan sambil tersenyum lembut. Rouyue mengangguk seraya melangkah ke arah tempat tidur, matras bambu yang empuk dan selimut sutra yang hangat menantinya.Sementara itu, Xiu Juan membereskan piring dan mangkuk kotor yang ada di atas meja. Dengan hati-hati, ia memindahkan piring dan mangkuk kotor itu ke luar kamarnya dan meletakkannya di atas meja kecil yang sudah tersedia di samping pintu kamarnya.Setelah selesai, ia tidak langsung masuk ke kamar mela
Jarak tempuh antara kerajaan Bai Li Yuan memakan waktu kurang lebih satu minggu. Mereka baru menempuh perjalanan selama tiga hari dan telah sampai di kota Shangxi. Kota ini penuh dengan keramaian dan hiruk pikuk, jalan-jalannya dipenuhi oleh pedagang yang menawarkan dagangan mereka, dan aroma rempah-rempah yang kuat menyelimuti udara."Kita mencari penginapan di desa ini saja," ucap Shen Zhibai lembut. Jin Yu dan He Shen mengangguk, lalu mereka turun dari kuda saat melihat sebuah bangunan besar di depan mereka. Bangunan itu terbuat dari kayu jati yang kokoh, dengan lentera merah menggantung di pintunya, memberi kesan hangat dan mengundang.Jin Yu yang berdiri di samping kereta kuda, mengetuk jendelanya dengan pelan. Xiu Juan sedikit menyingkap tirai jendelanya, matanya yang tajam mengamati sekitar."Nona, malam ini kita istirahat di penginapan saja. Besok pagi kita akan melanjutkan perjalanan kembali," ucap Jin Yu dengan nada dingin namun terdengar lembut. Suaranya mengalun seperti an
Xiu Juan dan Rouyue kini berada di depan istana kuning yang megah, kediaman kaisar Yuan dan permaisuri Shen Jin. Di bawah sinar matahari yang lembut, mereka berdiri di atas jalan setapak berbatu yang berkilauan dengan hiasan ukiran naga dan burung hong. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga melati dari taman istana, menciptakan suasana yang tenang namun penuh dengan keagungan. Dengan hati yang berat, mereka berniat untuk berpamitan pulang ke kerajaan Dayue."Salam Yang Mulia Kaisar, Permaisuri, Pangeran. Saya ingin berpamitan pulang dan mengucapkan terima kasih karena sudah mengizinkan saya bermalam di sini," ucap Xiu Juan dengan sopan, suaranya lembut namun penuh ketulusan."Tidak perlu sungkan, Putri. Anggap saja seperti di rumahmu sendiri. Aku sangat senang bisa berbincang denganmu, aku merasa seperti sudah memiliki menantu," balas Shen Jin dengan nada riang, senyumnya begitu tulus hingga matanya berkerut.Jin Yu dan Xiu Juan menjadi saling menatap. Dalam tatapan mata mereka, ada p
Setelah kejadian di malam pesta penyambutan Shen Jinyulong, kini penjagaan istana kekaisaran dijaga ketat, seolah-olah setiap sudutnya memiliki mata yang waspada. Portal yang menghubungkan antara dunia manusia dan siluman kembali ditutup, menghilangkan satu-satunya jalur komunikasi di antara mereka.Putri Ling Xian, yang masih berada di istana kerajaan Bai Li Yuan, terlihat gelisah. Ia mondar-mandir di kamarnya yang megah dengan hiasan sutra merah dan emas, sesekali melihat ke luar jendela dengan pemandangan taman kerajaan yang tenang, seperti sedang menunggu seseorang."Di mana Rouyue? Sejak semalam dia menghilang begitu saja," gumam Ling Xian dengan suara lembut, hampir seperti bisikan yang tertiup angin. Menit kemudian, samar-samar ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah kamarnya. Ling Xian mengarahkan pandangan tajam ke arah pintu yang masih tertutup rapat, jantungnya berdetak kencang seperti genderang perang, sedangkan tangannya meremas baju sutra halusnya.Suara langkah
Pesta kembali berjalan lancar setelah ada sedikit insiden yang hampir mengacaukan acara tersebut. Para tamu sudah berkumpul di aula istana utama, ruangan megah yang dihiasi lampu kristal berkilauan dan lantai marmer yang memantulkan cahaya. Aroma bunga peony segar yang ditempatkan di setiap sudut ruangan menyebar ke seluruh aula, menciptakan suasana yang elegan dan mewah.Kaisar Yuan dan Shen Jin duduk di singgasananya yang tinggi dan berlapis emas, memperlihatkan kekuasaan dan kemegahan mereka. Mereka menyaksikan hiburan yang sedang berlangsung di hadapan mereka, di mana para penari dengan kostum tradisional dinasti Han bergerak lincah mengikuti irama musik yang dimainkan oleh orkestra istana. Hiburan malam itu mencakup pertunjukan opera Peking yang menggambarkan kisah-kisah legenda, tarian naga yang menggetarkan, serta akrobat udara yang memukau. Cahaya lentera merah yang berayun lembut dari langit-langit menambah atmosfer magis ke dalam ruangan.Putri Ling Xian, duduk di samping Pa
"Pengawal!" serunya dengan suara menggelegar, seolah-olah setiap getaran nadanya mampu mengguncang dinding aula istana. "Bawa kedua wanita ini," perintah Pangeran Liu dengan sorot mata yang tajam seperti pedang. Wajahnya memerah, menampakkan amarah yang tak dapat ia sembunyikan, melihat sikap istrinya dan putrinya yang telah memancing perhatian seluruh tamu.Para pengawal, dengan langkah yang mantap dan tanpa keraguan, segera membawa Yunqing dan Xiaonglue keluar dari kerumunan. Kedua wanita itu berusaha menahan emosi mereka, tetapi ketegangan yang tergambar di wajah mereka jelas terbaca oleh siapa pun yang melihat.Setelah memastikan kedua wanita itu disingkirkan dari pandangan, Pangeran Liu melangkah maju. Sepatu kulitnya mengeluarkan bunyi langkah yang tegas di atas lantai batu marmer, menciptakan keheningan sekejap di antara para tamu. Dia berhenti di hadapan Kaisar Yuan dan Shen Jin, lalu membungkuk dalam-dalam dengan penuh hormat."Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri," katan
Kaisar Yuan melangkah dengan anggun ke arah Shen Jin dan berdiri di sampingnya. Putri Liu Yuqing, yang berdiri tak jauh, membelalakkan mata ketika melihat kedekatan yang begitu jelas antara Kaisar Yuan dan Shen Jinyulong. Namun, meskipun rasa penasaran menggelitiknya, dia masih belum mampu memahami sepenuhnya hubungan yang begitu erat antara keduanya.Xiaonglue, dengan usaha keras, membantu putrinya untuk berdiri. Meskipun dia berada di hadapan Kaisar Yuan, sikap keras kepala dan ketidaksopanan masih terlihat jelas di wajahnya. "Yi Xiuying," teriak Xiaonglue dengan nada garang yang memecah keheningan, "jika bukan karena kau menggantikan posisiku untuk menikahi pria kejam ini, hidupmu mungkin tidak akan seberuntung ini."Shen Jin menatap Xiaonglue dengan mata yang penuh kebencian dan penghinaan. Kedalaman amarah yang tersembunyi di balik tatapannya seolah membakar jiwa Xiaonglue. Dia merasakan ketegangan di udara saat tatapan tajam Shen Jin menembus dirinya, membuatnya merasa seolah d