Shen Jin duduk di kursi santai seraya menopang dagu dengan raut wajah yang terlihat kesal. Shen Jin kesal ketika mengingat dirinya sudah berada di tempat tidur sang Kaisar."Huff, bagaimana bisa aku bisa berada di tempat tidur? apakah semalam dia melakukan sesuatu padaku? tapi aku tidak merasakan apa-apa dan pakaian yang aku kenakan masih lengkap. semoga saja dia tidak berbuat macam-macam," gerutunya. Diasaat dirinya yang tengah kesal, tiba-tiba saja Yueyin masuk dengan langkah yang melesat tanpa ia kontrol, sehingga ia hampir saja menabrak Shen Jin. "Yueyin, bisakah kau lebih berhati-hati? hampir saja kau menabrak ku," ucap Shen Jin dengan nada ketus hingga ia sampai beranjak dari duduknya takut, Yueyin menabrak dirinya. Yueyin sang siluman kucing memang kadang suka melakukan hal ceroboh, bukan tanpa alasan ia melakukan hal seperti itu tetapi karena ada hal yang sangat mendesak."Maafkan hamba Tuan Putri," sahut Yueyi dengan nafas tersengal-sengal, ia pun meletakan nampan yang berisi
Di kerajaan Ruyi, hadiah yang di pilih secara langsung oleh kaisar untuk keluarga kerajaan Ruyi, kini sudah sampai di tempat tujuan. Karena pengiriman hadiah dari kerajaan Bai Li Yuan sekitar pukul 03.00 dini hari, mereka baru sampai pagi ini. Penjaga di gerbang utama sontak saja terkejut, melihat kedatangan rombongan dari kerajaan Bai Li Yuan. Utusan kerajaan Bai Li Yuan datang dengan kereta kuda. Ada lima kereta kuda tengah berbaris di depan orang yang menunggang seekor kuda, dan kelima kereta kuda itu adalah kereta barang. Utusan dari kerajaan Bai Li Yuan pun berhenti di depan gerbang utama kerajaan Ruyi, dia langsung mengeluarkan tanda pengenal pada para penjaga di depan gerbang. "Kami adalah utusan dari kerajaan Bai Li Yuan, beritahukan rajamu agar dia menyambut kedatangan Yang Mulia Kaisar pagi ini. Tapi sebelum itu yang mulia Kaisar memerintahkan kami untuk memberikan hadiah ini kepada raja Ruyi!" seru orang yang yang ada di atas kuda. Dengan cepat salah satu prajurit yan
Hadiah yang di kirimkan oleh istana kerajaan Bai Li Yuan, di kumpulkan di depan halaman Aula utama kediaman raja Ruyi. Keluarga kediaman raja Ruyi tercengang ketika melihat hadiah yang sudah di letakan di halaman kediaman raja Ruyi hampir memenuhi satu halaman kediaman raja Ruyi. "A-apa ini?" ucap Ratu Yuhe tergagap. Dia menutup sedikit mulutnya yang ternganga karena terkejut. "Ibu, apa semua hadiah ini dari kaisar kejam itu?" celetuk Xionglue yang berdiri di samping Ratu Yuhe."Ini memang barang dari kerajaan Bai Li Yuan, ukiran ular putih yang ada di peti-peti itu adalah lambang dari kerajaan itu," imbuh raja Ruyi. Disaat mereka tengah sibuk mengamati hadiah-hadiah yang dikirimkan oleh kerajaan Bai Li Yuan, tiba-tiba seorang pengawal yang berjaga di gerbang utama berlari dan langsung bersujud. "Lapor Yang Mulia, kereta rombongan kerajaan Bai Li Yuan sudah ada di depan gerbang. Mereka meminta Yang Mulia raja beserta keluarga, secara langsung menyambut mereka," lapornya. Raja Ru
Raja Ruyi, Ratu Yuhe dan Putri Xionglue menengadah dan memandang ke arah suara tersebut. Melihat siapa yang ada di balik Shen Jin, semuanya langsung bersujud memberi hormat. Tubuh mereka terlihat sedikit gemetar dan keluar keringat dingin dari pelipis. Kaisar Yuan melangkah menghampiri Shen Jin. Matanya yang tadi terlihat teduh, langsung menajam melihat orang-orang yang sudah menghina istri kecilnya itu."Bangunlah!" Raja Ruyi dan yang lainnya perlahan berdiri dengan kepla masih menunduk. Mereka tidak berani untuk bersitatap langsung dengan Kaisar. "Seperti inikah kalian menyambut kedatangan tamu? Bukankah sebelumnya sudah aku peringatkan, dalam tiga hari aku akan datang kembali bersama istriku dan saat itu juga aku tidak ingin melihat kejadian waktu itu terulang kembali, tetapi sepertinya peringatanku itu kalian anggap sebaga bualan belaka saja," ujar Kaisar Yuan. Raja Ruyi, Ratu Yuhe, dan Putri Xionglue bersamaan menengadah melihat ke arah Kaisar Yuan."Kaisar Yuan, mohon ampuni h
Mereka pun beranjak dari sana dan berjalan menuju ke rumah yang ada di tengah sawah. Sudah sangat lama sekali ShenJin tidak menikmati pemandangan alam yang indah seperti itu. Karena di zamannya, sudah jarang sekali di temukan area pesawahan atau taman kota yang indah seperti di zaman kuno saat ini. Shen Jin, berjalan dengan begitu riang dan bahagia sekali di temani oleh Yueyin, seakan tidak merasakan beban apapu. Shen Jin terkadang bercanda dan menggoda Yueyin yang terlihat sangat caggung. Kaisar Yuan yang berjalan di belakangnya memandang Shen Jin dengan begitu bahagia. Baru kali ini ia merasakan getaran aneh dalam hatinya, entah apa yang ia rasakan jika setiap kali ia berada dekat dengan Shen Jin jantungnya selalu berdebar kencang.Tanpa terasa, mereka pun samapai di rumah yang terlihat sudah sangat tua dan hampir bobrok itu. Shen Jin dan yang lainnya begitu miris melihat keadaanya. Suasana rumah itu tampak sepi bagai tak berpenghuni. Disaat tengah memperhatikan keadaan rumah y
Selesai makan di tempat selir Yi, Shen Jin dan yang lainnya beranjak dari istana dingin, bergegas menuju ke istana Ruyi. Shen Jin yang berniat untuk membawa selir Yi keluar dari istana Dingin, ia langsung mengehentikan langkahnya."Ada apa, ibu?" tanya Shen Jin terheran. Raut wajah selir Yi terlhat sangat ketakutan saat kakinya yang hendak melankah keluar pintu gerbang istana Dingin. " Ibu tidak bisa pergi sebelum Yang Mulia sendiri yang memberikan perintah," ucap Selir Yi. Shen Jin hampir saja melupakan kalau selir Yi yang tengah di asingkan. Kemudian, diapun teringat akan janji yang pernah di ucapkannya pada raja Ruyi sebelum dia menerima pernikahannya dengan kaisar Yuan."Baiklah. Ibu tunggulah disini. Aku akan pergi menghadap si tua bangka itu untuk menagih janji yang sudah di sepakati," ucap Shen Jin seraya menampilkan senyum manisnya. Selir Yi tidak pernah mengetahui tentang perjanjian yang di sepakati di atara raja Ruyi dan Shen Jin. Seli Yi terdiam dan tanpa sadar Shen Jin
Shen Jin dan Kaisar Yuan terkejud dengan keberadaan mereka yangentah sejakkapan sudah berada disana, mungkin sudah sangat lama dan mendengar pembicaraan Shen dengan Raja Ruyi sampai mereka selesai. Ratu Yuhe dan Putri Xionglue menjadi kikuk, sementara Shen Jin dan Kaisa Yuan serta Raja Ruyi malah saling memandang satu sama lain, sampai ada suara yang membuat mereka tersadar dan bangun dari bawah kaki Shen Jin."Sepertinya, kalian memang sudah saatnya berlutut di bawah kakiku," ucap Shen Jin dengan nada mengejek. Cepat-cepat, Ratu Yuhe dan Putri Xionglue bangun dan merapikan penampilan mereka yang sedikit terlihat acak-acakan. "Jangan berharap aku akan melakukannya. Kau pikir dirimu siapa, hanya wanita rendahan yang tidak pernah di akui," seru putri Xionglue yang begitu sombongnya. Mendengar kata-kata merendahkan dari mulut Putri Xionglue, membuat Kaisar Yuan menjadi murka. Kaisar Yuan menatap tajam Putri Xionglue yang seharusnya menjadi istrinya saat ini. Tetapi, Karana mendengar r
Semilir angin menerpa wajah Shen Jin yang tengah terduduk sendiri di depan tangga depan kamarnya. Shen Jin menopang wajahnya yang menengadah ke langit menatap bulan yang bersinar terang. Malam ini entah kenapa Shen Jin merasakan hatinya sunyi. Sambil menatap bulan purnama yang bersinar terang, Shen Jin menghela nafas panjang."Apakah bulan di zaman ini akan sama bentuknya di duniaku berada? Aku sangat merindukan semuanya," monolognya. Tanpa Shen Jin sadari, kaisar Yuan sudah berdiri di belakangnya dan mendengar semua yang di ucapkan Shen Jin."Apa yang sedang kau lakukan, duduk sendiri di sini?" tanyanya. Shen Jin dengan malas sedikit menengok kan kepalanya malas. "Tidak ada. Aku hanya merasa jenuh saja." Kaisar Yuan ikut duduk di samping Shen Jin."Apa kau masih merindukan tempatmu? Apa yang kau lakukan di tempatmu saat malam hari?" Shen Jin menegakkan tubuhnya dan kembali menatap bulan purnama yang bersinar begitu terang. "Tentu saja aku merindukan tempatku berasal," Shen Jin meng
Fajar menyingsing dengan lembut, memercikkan warna emas pucat ke langit yang masih membayang abu-abu. Kabut tipis menggantung di atas tanah, seperti selendang gaib yang enggan dilepas oleh malam. Di tengah hutan yang sunyi, pepohonan kuno berdiri tegak, setiap helai daun mereka tampak menyala karena cahaya pertama matahari.Angin pagi membawa aroma tanah basah dan bunga liar yang baru mekar, bercampur dengan desau lembut sungai kristal yang mengalir di kejauhan. Di atasnya, burung-burung kecil dengan sayap berkilauan seperti permata beterbangan, menciptakan harmoni dari kicauan mereka.Dari balik bayangan pepohonan, seekor rusa bertanduk perak melangkah perlahan, matanya bersinar lembut seperti bulan. Jejak kakinya meninggalkan cahaya redup di atas rerumputan yang berkilauan. Tak jauh darinya, sepasang peri kecil dengan sayap serupa kelopak mawar saling berkejaran, tertawa lembut seperti lonceng angin.Di atas bukit, sebuah desa kecil terbangun perlahan. Pondok-pondok dengan atap jera
Kabut pagi yang menyelimuti penginapan di kedai teh Senja perlahan tersibak, memperlihatkan siluet lima sosok yang bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Jin Yu, dengan jubah putihnya yang berkibar tertiup angin, memeriksa pedang pusakanya, . Di sampingnya, Shen Zhibai, sang tabib muda dengan aura tenang, menata ulang ramuan-ramuan di dalam tas kainnya. He Shen, sang pendekar berbadan tegap, mengencangkan sabuk pedangnya, matanya yang tajam mengawasi sekeliling, merasakan riak-riak energi spiritual yang samar.Di belakang mereka, Xiu Juan dan Rouyue, dua gadis muda dengan wajah yang masih menyimpan sisa-sisa ketakutan, berdiri berdampingan. Perjalanan ini, yang semula hanya misi pengawalan biasa, telah berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya. Sebelum ketiga pria itu terjun ke dalam pusaran intrik dan rahasia yang mengancam dunia persilatan, mereka harus memastikan keselamatan kedua gadis itu dengan mengantarkan mereka ke Kerajaan Dayue."Kita harus segera berangkat," ucap Jin
#warning 21+#Di kerajaan istana Bai Li Yuan, keheningan terasa begitu pekat, hanya dipecah oleh suara ketukan pena yang ritmis di atas meja marmer. Shen Jin, dengan tatapan menerawang, duduk termenung di balik meja kerjanya yang dipenuhi gulungan perkamen. Di seberangnya, di balik tumpukan dokumen kerajaan yang menggunung, Kaisar Yuan terbenam dalam kesibukan. "Kenapa wajahnya tidak asing?" gumam Shen Jin, suaranya nyaris tak terdengar, seperti bisikan angin malam.Kaisar Yuan, tanpa mengangkat kepala, menyahut dengan suara bariton yang tegas, "Wajah siapa yang membuatmu penasaran, Shen Jin?" Suara itu bergema di ruangan luas itu.Shen Jin menghela napas panjang, matanya menerawang jauh, seolah mencoba menangkap bayangan masa lalu. "Putri Ling Xian," jawabnya, suaranya kini lebih jelas, "gadis yang dipermalukan oleh Putri Yuqing di depan umum. Wajahnya... seperti seseorang yang pernah kulihat, tapi di mana?"Kaisar Yuan akhirnya mengangkat kepalanya, sorot matanya tajam menembus k
Perjalanan ke selatan membawa rombongan Jin Yu menyusuri jalur pegunungan yang berliku. Kabut tebal menyelimuti lembah, menyembunyikan pemandangan di sekitarnya. Suara gemerisik dedaunan dan desiran angin menciptakan suasana sunyi namun mencekam.Jin Yu, dengan indra kultivator nya yang tajam, merasakan sesuatu yang aneh. "Berhenti," perintahnya, suaranya menggema di antara tebing-tebing batu.Rombongan itu berhenti, kuda-kuda mereka meringkik gelisah. Shen Zhibai dan He Shen mengeluarkan pedang mereka, bersiap menghadapi kemungkinan bahaya. Rouyue dan Xiu Juan menatap sekeliling dengan cemas."Ada jejak energi pedang di sini," kata Jin Yu, matanya menelusuri kabut. "Pertempuran terjadi belum lama ini."Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, mengikuti jejak energi pedang yang samar. Semakin jauh mereka masuk ke dalam lembah, semakin jelas tanda-tanda pertempuran. Pohon-pohon tumbang, batu-batu hancur, dan tanah dipenuhi bekas luka tebasan pedang.Tiba-tiba, mereka menemukan s
Setelah beberapa hari perjalanan mereka tertunda, melihat kondisi Xiu Juan yang sudah semakin membaik, mereka pun memutuskan untuk melanjutkan kembali perjalanan yang tertunda karena sebuah insiden. Rute yang mereka ambil kali ini lebih memilih yang strategis, karena tidak mau insiden sebelumnya kembali terjadi."Sebaiknya kita ambil jalan ke selatan saja," ucap Jin Yu dengan tegas, matanya memandang ke arah peta yang terbentang di atas meja. "Meskipun jaraknya sedikit jauh, tapi sekiranya perjalanan kita aman dari bahaya."He Shen menggelengkan kepala. "Bukankah perjalanan kita akan lebih jauh? Kenapa kita tidak mengambil jalur timur saja? Jika kita lewat jalur sana, kita hanya membutuhkan satu hari perjalanan menuju kerajaan Dayue."Shen Zhibai memandang He Shen dengan mata yang tajam. "Sepertinya, kau memang belum jera mendapat pelajaran disana? Apakah kali ini kau akan sukarela mengantarkan nyawa?" Jin Yu dan Shen Zhibai menatap dingin He Shen seraya berpangku tangan di dada.He S
"Rouyue, Shen Zhibai, He Shen, jangan ganggu aku," ucapnya singkat namun tegas. Ruangan itu menjadi hening, hanya terdengar suara angin yang berbisik lembut melalui celah-celah jendela tua.Mata Jin Yu tertutup rapat. Ia merasakan tarikan lembut, seperti jaring tak terlihat yang membawanya ke dimensi lain—ke dalam dunia bawah sadar Xiu Juan. Cahaya putih yang menyilaukan menyambutnya, lalu seketika berubah menjadi bayangan kelabu. Di hadapannya terbentang hamparan padang tanpa batas, kosong dan sunyi. Angin di tempat itu membawa rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang.“Xiu Juan!” serunya, suaranya menggema di padang luas itu. Tidak ada jawaban. Jin Yu terus berjalan, kakinya seperti tenggelam dalam kabut tipis yang menggulung-gulung di tanah. Ia tahu, di tempat yang sunyi dan dingin ini, Xiu Juan terjebak. Di kejauhan, ia melihat sosok perempuan duduk dengan kepala tertunduk. Rambut panjangnya menutupi wajahnya, dan tubuhnya terlihat rapuh, hampir transparan seperti bayangan. Jin
Di pondok tua yang dikelilingi embun pagi yang masih menempel pada dedaunan, Jin Yu berdiri termenung di depan kamar rawat Xiu Juan. Matanya tak lepas dari pintu kayu yang terlihat kusam dan penuh goresan. Dari dalam ruangan, terdengar suara Rouyue yang terus berceloteh, suaranya sedikit serak karena emosi.“Xiu Juan, apa kau tidak lelah terus berbaring seperti ini? Apa kau akan melupakan tekadmu untuk meluluhkan hati Selir Lin Hua, agar kau diakui sebagai anaknya? Bangunlah... Huhuhu.” Tangisnya terdengar seperti melodi yang terputus-putus, menggetarkan keheningan di pondok itu.Jin Yu menarik napas panjang, aromanya bercampur antara bau tanah basah dan aroma lembut ramuan obat dari dalam kamar. Sebelum ia sempat melangkah, suara langkah kaki lembut mendekat di belakangnya.“Jin Yu, kenapa kau tidak masuk?” Shen Zhibai berkata sambil menepuk pundaknya. Sentuhan itu mengejutkannya, seperti menyadarkan Jin Yu dari lamunannya.Tanpa banyak bicara, He Shen segera membuka pintu kamar. Cic
Di sebuah pondok tua yang terletak di desa Teratai Putih, Xiu Juan telah terbaring tak sadarkan diri selama dua hari. Panah yang dilesatkan oleh salah satu bandit gunung yang menargetkan Jin Yu telah dilumuri racun yang sangat mematikan. Jin Yu, sejak sampai di pondok tua hingga saat ini, tidak pernah sedikitpun beranjak dari sisi Xiu Juan. Meskipun Rouyue sudah memintanya untuk istirahat, Jin Yu tetap tidak mau meninggalkan Xiu Juan.Melihat kekhawatiran yang ditunjukkan oleh Jin Yu pada Xiu Juan, ada kekhawatiran dalam benak Rouyue. "Pangeran Jin Yu terlihat begitu khawatir. Jika sampai pangeran jatuh cinta pada Xiu Juan, ini akan menjadi masalah besar," gumam Rouyue dalam hati, sambil menatap Jin Yu dengan mata yang tajam.Rouyue yang tengah termenung, terlonjak saat tiba-tiba Jin Yu beranjak dari duduknya. Ia memandang dingin Rouyue, membuat Rouyue menelan ludahnya sendiri. Suhu udara di ruangan itu mendadak mencekam."Aku akan pergi keluar sebentar, kau jaga Nona mu dengan baik,"
Setelah dentingan senjata tak lagi terdengar, keheningan yang mencekam. Xiu Juan dan Rouyue, yang sebelumnya bersembunyi di dalam kereta, saling bertukar pandang penuh keraguan sebelum akhirnya memberanikan diri keluar. Dengan langkah hati-hati, mereka melangkah menghampiri Jin Yu yang berdiri tegap di depan kereta kuda, masih di atas kudanya yang menginjak-injak tanah dengan resah."Tuan, apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Xiu Juan dengan nada lembut, hampir seperti bisikan yang menguap ke dalam malam. Angin dingin menyapu helaian rambutnya, menambah dramatis suasana.Tanpa banyak kata, Jin Yu melompat turun dari kudanya dengan gerakan yang begitu cepat dan penuh percaya diri. Ia kini berdiri tegap di hadapan Xiu Juan, tatapannya setajam pisau."Semuanya sudah terkendali. Kalian tidak perlu merasa takut lagi," ujarnya dengan nada yang dingin namun tegas, seperti lapisan baja yang menyembunyikan sesuatu di dalamnya. Kalimatnya tegas, tetapi menyimpan kesan tak terbantahkan bahwa