Aneisha menatap resah, tapi dia tau apa yang harus dia jawab saat ini, jangan sampai jawaban ini, akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.Aneisha lalu menatap wajah Tuan Zu, yang saat ini sudah menatap wajahnya dengan tatapan elangnya.Sementara itu, ia menaruh attensinya ke arah wajah Arsen yang saat ini tengah menatap dirinya penuh dengan sebuah harapan akan cinta yang mereka miliki saat ini.Aneisha mulai bingung seketika, tapi dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tuan Zuan sudah mulai mengusik hatinya, iapun langsung memantaokan diri, untuk memberikan sebuah jawaban yang tak pernah dibayangkan oleh Arsen sebelumnya."Maafkan aku Arsen, kita memang pernah saling mencintai, dan pernah bersama, akan tetapi itu adalah bagian dari masa lalu kita. Takdir sialku, membawa aku dalam pernikahan yang memang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku disatukan dalam sebuah ikrar janji yang disaksikan oleh Tuhan. Maka dari itu, aku tak bisa menaruh cintaku kepadamu, meski ada yang sala
aneisha semakin kesal dengan Tuan Zu, ketika Tuan Zu semakin mengintimidasi dirinya saat ini.Aneisha tak mau mengungkapkan isi hatinya lagi. Ia tau bahwa percuma saja dia harus mengungkapkan isi hatinya, jika Tuan Zu selalu mengintimidasi dirinya, bahwa jawaban yang ia berikan harus benar-benar sesuai dengan apa kata hati Tuan Zu."Baguslah jika saat ini kau mengerti dengan apa yang aku katakan kepadamu, jangan pernah melakulan kesalahan Ana," ucap Tuan Zuan degan mengangkat dagu Aneisha dan mendekatkannya ke arah wajahnya.Aneisha seketika memalingkan wajahnya, entah mengapa pikirannya tentang Tuan Zuan, terkadang berubah-ubah saat ini.Terkadang dia menemukan sosok lelaki yang bisa membuat hatinya bergetar, terkadang dia menemukan sosok yang arogan dengan sikapnya yang penuh intimidasi.Aneisha hanya terdiam dan menundukkan kepalanya, ketika Tuan Zu mengatakan hal itu kepada Aneisha.Tuan Zu, lalu memeluk tubuh Aneisha dari belakang, merasakan aroma ceruk leher Aneisha."Ana.., ent
Setelah Tuan Zu melepaskan hasratnya, iapun segera pergi menuju ke kamar mandi dan langsung membersihkan tubuhnya.Sementara itu, terlihat Aneisha yang kini terbaring lemah, merasakan tubuhnya sudah tak memiliki tenaga, ketika Tuan Zu memberikan hukuman kepadanya saat ini."Ya Tuhan, tubuhku terasa sangat sakit saat ini, aku lelah dan aku sudah tak tahan lagi menerima semua hukuman yang Tuan Zu berikan kepadaku saat ini," gumam Aneisha dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Selang beberapa menit kemudian, Tuan Zu akhirnya keluar dari kamar mandi. Ia melilitkan handuk putihnya ke arah pinggangnya.Tuan Zu menatap wajah Aneisha yang saat ini terlihat murung, setelah Tuan Zu menjamah tubuhnya beberapa kali.Tuan Zu yang saat itu tengah menatap wajah Aneisha dengan tersenyum, membuat Aneisha semakin mual saat melihat tatapan Tuan Zu."Kau kenapa cemberut Ana? Apa kau tidak menikmati permainanku?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha penuh menggoda.Aneisha menggenggam erat
Merasa akan disudutkan oleh Tuan Zu, seketika Lilian mulai mengelak dengan apa yang dituduhkan Aneisha kepada dirinya dan kepada kedua istrinya."Tidak Tuan Zu, itu sama sekali tidaklah benar, bagaimana mungkin kami berani menyakiti adik ke empat? Benarkan adik kedua? Adik ke tiga?" tanya Lilian dengan menatap kedua madunya dengan tatapan nyalang."I-iya Tuan Zu, apa yang dikatakan oleh kakak pertama memang benar," sahut Cellyn dengan nada tergugup."Iya Tuan Zu, bagaimana kami memperlakukan adik ke empat dengan kejam, mungkin adik ke empat memang sedang mencari perhatian kepada Tuan Zu," Jenny menimpali.Tuan Zu langsung melirik ke arah mereka bertiga secara bergantian, ia menatap wajah ketiga istrinya satu persatu. Tuan Zu sedikit merasakan keanehan pada wajah ketiga istrinya, ketika ia menatap satu persatu wajah mereka. Ia yakin jika ketiga istrinya saat ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya."Benarkah apa yang kalian katakan saat ini? Jadi menurut kalian, Ana hanya berbohong
Betapa geramnya Tuan Zu, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Jenny, istri ke tiganya saat ini."Apa kau bilang? Lilian meminta kalian berdua untuk ikut dalam merencanakan semuanya ini?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik."Hehehe.., iya Tuan Zu, kakak pertama memang sangat cemburu kepadamu, yang tidak adil dalam memberikan perhatianmu kepada dirinya, begitu juga dengan diriku dan juga kakak ke dua. Kami sangat iri dengan adik ke empat yang selalu menjadi pusat perhatianmu Tuan Zu," ucapnya dengan nada sedih Tuan Zu lalu menyugar rambutnya ke belakang. Ia benar-benar sangat kesal, ketika Tuan Zu mendengar apa yang dikatakan oleh Jenny saat ini.Mereka tidak mengerti, bahwa pernikahan yang mereka jalani saat ini, adalah karena Tuan Zu terpaksa menerima pernikahannya karena sesuatu hal yang terjadi diantara mereka waktu itu."Kau harus ingat Jenny, aku menikahimu, karena aku dipaksa oleh Ayahku saat itu. Aku tidak pernah mencintaimu sepenuh hatiku, kau dan yang lainnya ada
Debaran jantung Aneisha, kian terasa berdegub dengan kencangnya. Tuan Zu, bahkan tau deguban jantung Aneisha saat ini."Jantungmu terdengar berdegub dengan kencang Ana," ucap Tuan Zu dengan merasakan deguban jantungnya yang kian lama kian terdengar degubannya.Ana semakin gugup dan salah tingkah, ketija Tuan Zu semakin lama semakin menatap dirinya penuh menggoda.Aneisha lalu berusaha untuk melepaskan diri, dari pelukan Tuan Zu, yang semakin lama semakin mengeratkan pelukannya."Aku tidak bisa bernafas Tuan, tolong sedikit longgarkan pelukanmu," protes Aneisha dengan mendorong tubuh Tuan Zu ke belakang."Aku akan memberikanmu nafas buatan, jika kau tidak bisa bernafas nantinya," balas Tuan Zu dengan mengeratkan pelukannya.Nafas Aneisha mulai tersengal-sengal, hingga membuat Tuan Zu langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Aneisha. Tuan Zu, memberikan nafas buatannya sebentar, setelah itu dia lepaskan bibirnya dari bibir ranum milik Aneisha.Tuan Zu, menyapu bibir Aneisha yang basah
Tuan Zu mulai mengedaratkan kedua rahangnya dan kini menatap nyalang ke arah Aneisha.Tuan Zu dengan kasarnya mencengkram lengan Aneisha dengan keras. Aneisha terlihat mulai mendesis, ketika cengkraman tangan Tuan Zu ia rasakan semakin lama, semakin keras."Ssssshhh, Sakit Tuan Zu," desis Aneisha dengan berusaha melepaskan cengkraman dari tangan Tuan Zu."Kau mau lebih sakit Ana?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha dengan tatapan nyalang.Aneisha menggelengkan kepalanya, ia terlihat menangis, ketika Tuan Zu, Kini mencengkram punggungnya yang saat itu masih membekas luka cambukan di sana."M-maafkan aku Tuan Zu, tolong jangan siksa aku lagi, hiks," mohon Aneisha dengan menangis.Aneisha terlihat mulai lemas, ketika Tuan Zu makin menekan tangannya pada punggung Aneisha yang masih terluka parah.Beberapa detik kemudian, Tuan Zu merasakan suatu cairan yang saat itu mulai merembes pada dress yang dikenakan oleh Aneisha.Tuan Zu lalu melepaskan tangannya, saat itulah Aneisha mulai k
Arsen menatap marah ke arah wajah Tuan Zu, karena dia tau saat ini Tuan Zu berusaha untuk memanas-manasinya saat ini.Tuan Zu menatap Aneisha yang saat itu terlihat sangat malu, ketika Tuan Zu, memangku tubuhnya di atas pangkuannya."Kenapa kau hanya terdiam saja, Ana? Cepat kau suapkan makakan itu ke dalam mulutku," perintah Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.Aneisha lalu mengambil sepotong daging, lalu perlahan dia masukkan potongan daging tersebut ke dalam mulutnya.Tuan Zuan tersenyum, lalu dia bergantian menyuapkan makanan itu ke dalam mulut Aneisha."Bagaimana rasanya Ana? Apakah makanan ini enak?" tanya Tuan Zu menatap wajah Aneisha.Aneisha menatap wajah Tuan Zuan sekilas, lalu diapun menganggukkan kepalanya.Tuan Zu terlihat menatap senang, ia kemudian melihat ke arah sudut bibir Aneisha, yang saat itu terlihat ada bekas sisa makanan dari mulutnya. Tuan Zu lalu mengambil sebuah tisu, lalu mengusapkannya tisu itu ke arah mulutnya dan membersihkan sisa makanan tersebut.
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk