Risma menatap jauh ke depan, dari balik jendela kamarnya, ia menatap taman bunga, begitu banyak kenangan indah bersama Ridwan terukir di sana, walau tujuannya menikah dengan Ridwan adalah harta, tapi ia sudah menjalani pernikahannya selama tiga puluh tahun dengan bahagia. Risma mengingat kembali waktu Abram, baru lahir, betapa Ridwan, sangat menyayangi Abram, tanpa mengetahui kebenarannya, dan sewaktu Alan lahir, ia pun semakin menyayangi Abram dan juga Alan, berbeda dengan dirinya, sejak Alan lehir, kasih sayang Risma, tertumpah pada Alan, karena ia tuhu, Alan lah darah daging Ridwan, jadi ia mendukung Alan, dan merencakan Alan sebagai penerus Ridwan, memimpin Wira Campany.Air mata Risma meleleh, saat ini ia dibutakan oleh keserakahan , hingga berbuat apapun agar tidak kehilangan sesuatu yang sudah diraihnya.FlasbackRisma, mengingat kembali, beberapa jam sebelum Ridwan meninggal. Malam itu, sekitar jam tujuh malam, Abram, datang dengan wajah menegang.“Mah,..aku tadi dari ke ka
Dua hari berlalu, Akhirnya polisi menetapkan Danu sebagai pelaku pelenyapan Ridwan, dengan bukti bercak darah di pagar adalah milik Danu, serta Danu tidak memliki alibi, dan juga terlihat oleh kamera dasbor mobil salah satu penguna jalan, melihat mobil Danu, terpakir 100 meter dari villa milik Ridwan. Berdasarkan penyelidikan itu akhirnya Danu ditanggkap, tapi sayang, Danu tidak mengungkap keterlibatan Risma dan Abram. Panangkapan Danu, dipublikasikan di media sosial dan televisi.Alan yang melihat hal itu menjadi geram, ia tidak menyangka, jika patner kerjanya adalah orang yang melenyapkan Ridwan dan juga ternyata ayah kandung dari Abram.“Zahira seharusnya kamu mengatakan tentang Pak Danu padaku, dari pada kamu menyebarkannya di media sosial,”tuduh Alan pada Zahira, yang saat itu sama –sama melihat berita di televisi.“Sudah aku bilang, aku memang menyuruh Kak Via, untuk menguntit Pak Danu, tapi aku tidak menyebarkan vidio dan foto itu Mas,”jawab kesal Zahira, yang terus dituduh Ala
Zahira sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit terdekat, disana ada beberapa korban lain yang dibawa ke rumah sakit juga, termasuk Abram.“Anda sudah sadar Pak Abram?”tanya perawat yang berdiri disamping brankar.“Di mana Zahira? Apa dia selamat?”tanya Abram, cemas, sambil berusaha bangkit dari tidurnya.“Tenang Pak Abram, tidak ada korban tewas dalam kebakaran hotel, Anda tak perlu cemas, hanya ada satu korban wanita yang keadaan sedikit mengkhawatirkan, untunglah bayi yang dikandungnya selamat,”jawab Perawat.“Zahira..”“Iya, korban yang perlu penanganan serius benama Zahira, saat ini ada di ruang khusus, karena ia juga dalam keadaan hamil,”jawab perawat.“Bisakan aku melihatnya?”“Bisa, tapi belum boleh masuk kamar, Anda bisa melihatnya lewat jendela kaca,”jawab perawatAbram, berjalan pelan, menuju kamar perawatan yang ditunjuk dokter, lalu berhenti di salah satu kamar dan menatap karah jendela kaca, terlihat Zahira saat ini memakai slang oksigen, dengan mata masih tertutup r
Zahira sudah membaik dan dokter memperbolehkan untuk pulang.Abram, menemui Zahira. Pria itu membawakan ponsel baru untuk Zahira.“Ponselmu rusak, akibat kebakaran, aku membelikan ponsel baru,”ucap Abram.“Kak Abram, tidak usah repot-repot, aku bisa membeli ponsel, sendiri.”“Kamu harus menerimanya, aku membeli ini bukan dari uang pribadiku tapi dari Wira Campany sebagai bentuk kepedulian, karena kamu dan karyawan lainnya terkena musibah.”Akhirnya Zahira tidak mau banyak berdebat , ia pun menerima ponsel baru dari Abram.“Zahira...aku akan mengantarmu pulang ke Jakarta,”ajak Abram“Tidak perlu, jika Kak Abram, masih saja berusaha mendekatiku, ini akan memperburuk hubunganku dengan Mas Alan, “sarkas Zahira.“Kamu masih saja, berharap akan rujuk dengannya, Alan bahkan sudah mempersiapkan gugatan cerai, dan kamu masih masih berkhayal, akan bersamanya,”tegas Abram.Dibalik pintu tangan Fatima gemetar mendengar pernyataan Abram, hingga splastik buah jatuh dan berhamburan di lantai.“Ala
Alan kembali ke Jakarta, sedangkan Zahira pergi ke rumah Fatima, untuk menyelesaikan jual beli tanah yang akan dijadikan kebun.“Apa kamu tidak mampir ke pondok pesanten Nyi Hanum, sudah sangat lama kamu nggak berkunjung,”suruh Fatima.“Iya, Hira, aku sudah dengar dari Bu Fatima, masalah rumah tanggamu, kamu jangan khawatir, jika kamu menjanda, Gus Rasid yang bersedia meminangmu,”celoteh Nina, dengan senyum.“Gus Rasid terlalu sempurna untukku, kenapa tidak teh Nina saja,”sahut Zahira membuat wanita di depannya langsung bersemu merah di pipinya.“Tapi Gus Rasyid, itu sukanya sama kamu Hira,”balas NinaZahira hanya mengulum senyum, waktu itu ia memang menaruh hati pada putra pemilik pesantren, tapi saat ini sudah berbeda, hatinya sudah tertawan pada Alan Wirasatya.Sementara itu,sesampainya di Jakarta, Alan langsung menuju rumah Risma, dengan langkah lebar mencari keberadaan Risma, kebetulan Risma sedang berada di taman samping rumah.“Alan..duduklah, ibu mau bicara denganmu,”Risma, t
Malam beranjak naik, jalanan macet di jam pulang kantor, Alan terjebak macet, matanya fokus ke depan, sambil sesekali melihat arloji di tanganya. Pikirannya melayang pada Zahira, beberapa bulan ini sungguh menyiksa batinnya, rasa cinta yang sudah mengusai hati dan pikirannya harus terhalang rasa marah dan egonya, masa lalu Zahira yang berkaitan dengan Abram, sungguh berat untuk diabaikan, ditambah Abram, yang masih mengharapkan Zahira.Sedangkan di tempat lain, Zahira sudah berada di rumah Alan, akhir –akhir ini ia malas ke dapur, karena rasa mual dan pening yang masih sering dirasakannya. kini kehamilannya menginjak bulan ketiga, perutnya sudah terlihat membuncit, dengan mengenakan daster berbahan katun, Zahira mengusap pelan perutnya dan tersenyum, walau sedih, karena sampai saat ini Alan belum mengakui janin dalam perutnya adalah anaknya, tapi ia mencoba untuk bahagia, demi anaknya, konon ibu yang bahagia, akan membuat perkembangan bayi menjadi baik dan sehat.Zahira tersenyum, s
“Apa kamu ingin aku mengantarmu ke bank untuk membuka brankas itu?”“Tidak sekarang , aku belum siap menerima apapun dari mendiang Papah Ridwan. Antarkan aku ke PT Wijaya, Mas...,aku ingin melihat perusahaan yang sekarang dipegang Amanda.Alan melajukan mobilnya menuju PT Wijaya, setelah sampai disebuah gedung berlantai dua, ia menghentikan laju mobilnya dan Zahirapun turun dari mobil, setelah itu, Alan kembali melaju kejalanan meninggalkan Zahira.Zahira berjalan memasuki gedung, ia berjalan mendekat ke arah resepsionis kantor.“Aku, ingin bertemu Amanda?”“Maaf, Bu Zahira, sekarang pemilik PT Wijaya bukan Bu Amanda lagi.”Zahira berubah serius.”Sejak kapan?”“Baru kemarin kami mengetahui, “jawab wanita resepsionisKaki Zahira terasa lemas, tanganya berpegangan pada meja resepsionis.Ia menatap kesekelilingg ruangan loby, ia memang tidak sering datang ke perusahan ayahnya, tapi ia ingat dimana moment sang Ayah begitu membanggakan perusahaan yang telah dirintis bersama, mendiang oran
Zahira mengakhiri pembicaraanya dengan sang ibu, sejenak ia bersandar di dinding, air matanya luruh dan diusapnya , sebelum melangkah masuk, Zahira menghembuskan napas pelan, dan mencoba tenang.Ceklek! Pintu dibukanya pelan, Wijaya menoleh ke arah pintu tatapannya nanar dan sedih, karena saat ini ia justru merepotkan Zahira, anak yang ditelantarkanya sejak bercerai dengan Fatima.Zahira kembali duduk di kursi samping brankar, dan menatap sang Ayah.“Yah, kita kembali ke kampung, menikahlah lagi dengan ibu Fatima,”pinta Zahira pelan“Zahira...kenapa kamu berpikir seperti itu.”“Ini keinginan Bu Fatima, waktu itu ayah menjatuhkan talak satu pada ibu, jadi kalian bisa rujuk dan menikah lagi, dengan begitu ibu bisa merawat ayah.”“Aku tidak mau dikasihani Fatima, aku telah berbuat tidak adil padanya, dulu waktu kakinya cacat akibat kecelakaan, aku menceraikannya, dan meninggalkan kalian, dan kini aku akan kembali dengan keadaan seperti ini,”Wijaya menangis air matanya deras mengalir, ra
Hari terus belalu, Zahira semakin menikmati kehidupannya. Fatima, mengajaknya untuk mengaji di pesantren, dan sedikit-demi sedikit Zahira mulai menjalan ibadah.“Zahira, jika ingatanmu pulih, ibu berharap, kamu tidak usah rujuk dengan Alan,”titah Bu Fatima“Kenapa?”“Karena selama kamu menjadi istrinya, kamu menderita, kamu tidak bahagia,”jawab Fatima“Tapi, Mas Alan adalah ayah kandung Rena. ““Rasid bisa menjadi ayah yang baik untuk Rena,”tegas FatimaZahira hanya terdiam.”Aku akan memutuskan, jika ingatanku sudah kembali,”jawab ZahiraZahira duduk di pendopo bersama santri wanita, ia dengan hikmat mendengarkan tausiah yang dibawakan Nyi Hanum, sekitar dua jam, selesai.“Zahira, bisa kita bicara?”ucap Nyi Hanum“Bisa Nyi Hanum.”Lalu keduanya berjalan kearah gazebo. Bagaimana kabarmu?”tanya Nyi Hanum“Baik, saya menjalani hipnoterapi oleh dokter Reha.”“Alhamdulilah, begitu banyak kejadian, yang menimpa kehidupanmu, aku senang kamu dapat melewatinya, satu minggu lagi, Rasid akan kem
Rita dan sang sopir yang mendengar suara tembakan saling pandang dan terkejut, lalu, tanpa berpikir panjang, kedua orang itu memberesi pakaiannya, dan pergi menyelinap, keluar dari vila, mereka tidak mau terlibat masalah hukum.“Cepat kita harus pergi, sebelum polisi datang,”ajak RitaTapi keduanya terlambat, polisi sudah sampai di pintu pagar dan menangkap kedua pasangan itu.Dua orang polisi bergegas masuk ke dalam vila, dan mereka menemukan tubuh pria yang tergeletak di lantai kamar tidur dengan darah mengucur deras.Zahira histeris”Nico!..teriaknya sambil menangis dan juga Rena ikut menangis dalam dekapan Zahira, sementara Alan masih terduduk menatap tubuh Abram, yang telah tewas.Polisi membawa Alan dan Zahira keluar kamar dan mengamankan TKP.Polisi wanita membawa Zahira yang masih ketakutan dan shock, kemudian Roy dan Santi terlihat berjalan ke arah halaman, keduanya bernapas lega mendapati Alan selamat walau telihat shock.“Syukurlah, Pak Alan berhasil menyelamatkan Bu Zahir
Tidak ada pemeriksaan yang ketat waktu memasuki halaman, keduanya turun dari mobil, disana terlihat Baron, sudah menunggu diambang pintu.“Kamu sudah siapkan uangnya ‘kan, untukku, aku ingin uang cash,”bisik Baron pada Santi.“Tentu saja, aku sudah siapkan, begitu kami selesai, Pak Baron bisa mengambil uang itu,”jawab Santi dengan tenang.Baron tersenyum, lalu mengajak Roy dan Santi memasuki villa mewah dan menuju ke sebuah studio, mata Santi mengedar ke semua ruangan.“Villa ini sangat klaisik dan indah,”ucap RoySeorang wanita turun menuruni tangga sambil mengendong anak kecil saat itu jaga Roy diam –diam mengarahkan ponselnya dan merekamnya.“Siapa wanita itu?”tanya Santi“Dia istri Tuan Nicolas, “jawab Baron, lalu membuka pintu studio dan ketiganya masuk, disana ada Abram, yang sudah menunggu.“Oh jadi ini Tuan Nicolas, suatu kehormatan bagi saya, bisa bertemu dengan pelukisnya langsung,”kata Roy“Aku bersedia untuk diwawancarai, tapi tidak berkenan, jika wajah di ekspos, cukup
Alan semakin geram, dentuman musik semakin keras, hingga Alan sudah tidak bisa mendengar percakapan Amanda dan Baron, tapi setidaknya ia tahu, jika Abram dan Zahira masih hidup, dan tinggal di vila puncak bukit, dengan segera, Alan melangkahkan kaki dan pergi keluar night klup.Alan sangat marah, jika benar Abram, selama ini menyembunyikan Zahira bahkan membuat Zahira hilang ingatan dengan obat –obat terlarang.Alan menaiki taksi yang masih menunggunya, dia sudah tak sabar untuk memastikan jika Zahira dan Abram, masih hidup. Setelah sampai di hotel, Alan memanggil Roy dan Santi ke dalam kamarnya.“Duduklah kalian,”suruh Alan dengan wajah serius, membuat kedua stafnya itu saling tatap dan takut.“Ada apa Pak Alan, apa kami membuat kesalahan?”tanya Roy“Tidak, ini bukan masalah pekerjaan, aku membutuhkan bantuan kalian,”balas Alan“Bantuan, apa, Pak?”tanya Santi penasaranAlan menghela napas sejenak, dan kembali serius.“Aku tidak sengaja, melihat Amanda, dan aku bertemu denganya. D
Semantar itu di viila, terlihat Amanda sedang berbicara serius dengan Abram“Apa kamu yakin itu Alan?”“Sangat yakin, tapi aku rasa dia ke Bali, karena urusan pekerjaan, karena Alan bersama dua stafnya,”ungkap Amanda“Tenanglah, mereka tidak akan sampai di pengunungan ini,”jawab Abram“Lebih baik kamu waspada, dan percepat pernikahanmu dengan Zahira, karena Zahira juga mulai meningat dirinya waktu kamu akan menodainya, ia bermminpi tentang itu,”jelas Amanda“Apa Zahira bercerita tentang itu padamu?”“Iya dia mengatakan jika bermimpi ada seorang pria yang mencoba menodainya dan menyayat dada pria itu dengan pisau.”Abram terdiam, ia berpikir tentang pagi ini kenapa Zahira menanyakan tentang luka di dadanya itu.“Kamu benar, aku segera akan mempercepat pernikahan, dan setelah itu pergi keluar negeri, setelah menikah,”jawab Abram serius“Baiklah , aku pergi dulu,”pamit Amanda.Malam semakin larut, Abram menuju kamar Zahira, setelah mengetuk pintu, Zahira membukakan pintu.“Nico,”“Ak
Zahiar telah siap, wanita itu semakin cantik, membuat Amanda semakin iri dengan saudari tirinya itu, ia sangat beruntung, dicintai dan digilai oleh dua orang pria.“Kamu cantik Zanet. Nicolas sangat beruntung memilikimu,”celoteh AmandaZahira hanya tersenyum, lalu keduanya berjalan menuju mobil Amanda, diikuti Abram.“Aku akan mengantar Zanet kembali ke sini,”ucap Amanda pada AbramAbram, hanya tersenyum, dan mengangguk, lalu Zahira dan Amanda memasuki mobil dan berlahan mobil pun keluar melewati pagar tinggi.“Amanda,seperti apa Nicolas waktu kuliah?”“Heumm...dia introvet,lebih senang menyendiri dan tak banyak memiliki teman, sebenarnya aku juga tidak dekat denganya,setelah lulus dari universiras, aku tidak tahu lagi kabarnya, dan bertemu, secara tak sengaja, di Bali, kerena aku ingin membeli karya lukisan,”Amanda berusaha mengarang cerita.Zahira tampak sedih. “kita akan pergi ke mana?”tanya Zahira“Aku dengar dari Nico, kalian akan melakukan pernikahan ulang ‘kan, jadi aku akan m
Alan menatap begitu lama villa mewah di atas bukit, area di dalam vila sudah tertutup korden, hingga tak terlihat apapun dari luar , ada dua penjaga yang terlihat di pintu gerbang masuk. Alan lalu menghela napas berat dan menurunkan teropongnya, kembali duduk di kursi, pikiran tertuju pada Zahira, diingantanya setiap moment yamg indah, bersama istri bercadarnya itu, berharap ada sebuah keajaiban yang terjadi.Malam semakin larut, Zahira sudah tertidur lelap di kamarnya, tiba-tiba ia berteriak.“Lepaskan!” lalu tersentak bangun dari tidurnya, keringat dingin mulai mengucur di dahinya padahal ruangan berACZahira mengusap wajahnya pelan. Ini ketiga kali aku mimpi yang sama, ada seorang lelaki yang ingin menodaiku, hingga aku melukainya dengan pisau di dadanya, apa ini sekedar mimpi, atau bagian dari masa laluku, batin Zahira.Semalaman Zahira tidak bisa tidur, ia duduk bersandar di pungung sandaran ranjang, memikirkan tentang mimpi yang sama, selama tiga hari ini. Semenjak ia tidak m
Sementara itu di vila lain, zahira sedang menatap wajahnya menyisir rambutnya dan menatap manik hitam yang mengkilat. Lalu terlihat Rita mengetuk pintu dan kemudian masuk“Nyonya Zanet, waktunya untuk mewarni rambut, lihat rambut Nyonya sudah terlihat menghitam.”“Aku tidak mau mewarni rambutku, aku ingin rambut alamiku yang hitam,” jawab Zahira sambil terus menyisir.“Tapi Nyonya , nanti Tuan Nico, marah.”Zahira menatap asistennya, aku yang akan bicara nanti, sekarang bersiap-siaplah, kita akan keluar jalan-jalan, aku sudah minta izin Nico,”suruh Zahira“Baiklah, “jawab RitaBeberapa saat kemudian Zahira telah rapi, kali ini ia mengenakan celana kain, dengan blouse warna pink lembut, lalu menuju keluar kamar“Kamu akan jalan-jalan?”tanya Abram“Iya, Nico, hanya tiga jam, saja,”ucap Zahira.“Hati-hati,”balas AbramLalu Zahira dan Rita yang mengendong Rena, keluar menuju mobilnya. Telihat sang sopir sudah menunggu, dan langsung menancap gas, begitu Rita dan Zahira masuk ke dalam mo
Kembali ke kota Jakarta, Alan sedang memimpin rapat di Wira Campany, semua antusias menyambut Alan, yang langsung menjabat CEO Wira Campany.“Sejak Bapak koma, akhirnya Pak Bagas memutuskan mengabungan projek PT Wirasatya di Wira Campany dan pembangunan pabrik farmasi suduh berjalan lancar,”salah satu team menjemen berucap.“Aku akan fokus pada Wira Campany, PT Wirasatya saya nyatakan bergabung dalam Wira Campany,”jawab Alan.“Ada beberapa projek yang suduh masuk, apa Pak Alan sudah siap membahasnya?”“Jelaskan saja, projek apa saja yang sudah masuk!”perintah Alan“Porjek pembangunan bendungan di Bandung, projek pembangunan sekolah di Semarang, dan projek pembangun hotel dan resort di Bali,”jelas stafAlan tampak berpikir sambil menatap berkas, ditanganya.“Kita bentuk tiga team, dan aku sendiri akan masuk dalam team, pembagunan hotel dan resort di Bali,”jawab Alan“Baik Pak, kami akan bentuk 3 team,untuk menyelesaikan ketiga projek kita,”jawab staf.Rapat pun berakhir, Alan kembali