Alan melajukan mobilnya menuju kota Jakarta, ia merasa kesal pada Zahira, kenapa tidak mau menuntaskan keraguannya dengan menjalani test DNA.Zahira pun bersikeras pada pendiriannya, ia hanya ingin Alan percaya padanya.Keduanya saling diam dan tenggelam pada pemikiran masing- masing. Hingga sampailah Alan di rumahnya, begitu Zahira turun dari mobil ia penasaran, karena pintu depan rumahnya terbuka“Mas, apa kamu memperkerjakan Mba Tami lagi, asisten paruh waktu?”“Tidak, barangkali Via yang datang, aku menyuruhnya mengerjakan proposal, kebetulan filenya ada di rumah, jadi aku memberikan kunci serep padanya,”jawab Alan“Lebih baik kamu, jangan memberi sembarang orang kunci rumah ini Mas,”Zahira terlihat tidak suka.“Kenapa, Via sudah lama bekerja denganku, bahkan sebelum aku menikahimu, aku sudah mengenalnya dan menjadi sekertarisku,”bantah Alan.“Ah..aku tidak mau berdebat, aku akan beristirahat.”Zahira berjalan memasuki rumah dan melihat Via yang sedang memasak di dapur.“Selamat
Setelah kepergian Risma, petugas memberitahukan pada Zahira, jika Risma, mencoba membuka brankas.“Seperti yang Nyonya Zahira minta, kami membiarkan nyonya Risma mencoba membukanya.“Terima kasih, dengan begitu aku tahu, siapa yang mencuri kunci lemari brankas.Zahira menarik napas lega, pagi tadi ia menyadari, jika kunci dan secarik kertas nomer sandi brankas hilang, maka segera ia menghungi pihak bank, untunglah Zahira sudah menganti nomer sandi brankas beberapa hari yang lalu. Dan ia sudah menduga, jika Risma, yang mencurinya.“Kapan mamah Risma, datang ke rumah ini, atau dia menyuruh Via?kunci dan nomor pasword hilang kemarin, dan hanya Via yang memasuki rumah ini. Aku harus berhati-hati dengan Via, ia ternyata bermuka dua,”gumam Zahira.Zahira yang saat ada di kampus, duduk termenung, di tengah jam kuliahnya, beberapa hari ini, ia tidak terlalu fokus dalan mengikiuti jam mata kuliah, apalagi kondisnya yang hamil muda. Ditambah lagi persoalan pernikahnya yang tak kunjung usai,
“Kita kemarin baru berkenalan di acara perikahan Bu Fatima dan Pak Wijaya, dan kini bertemu kembali,”lanjut Alan“Dunia memang sempit, dari laporan security, Anda adalah pengembang yang akan membangun, pabrik farmasi, disekitar perkebunanku,”ucap Rasid“Iya, aku datang untuk membicarakan itu,”jawab AlanRasid duduk di kursi tepat di depan Alan duduk, matanya menatap dengan tenang dan bibirnya tersenyum hangat“Aku sebenarnya sudah menolak perizinnya itu, waktu itu aku bertemu Pak Danu, karena proposal yang ia ajukan, tidak mencantumkan analisis dampak lingkungan , aku tidak mau mengambil risiko, “jelas Rasid.Alan menatap Via, seakan menunggu jawaban Via atas perkataan Rasid.“Maaf Pak Rasid, itu adalah kelalaian kami, Pak Danu dan team operasional, belum, mempelajari anasalis dampak lingkungan yang akan diakibatkan dengan adanya pembangunan pabrik farmasi,tunggulah beberapa waktu, kami akan mengerjakan analisis dampak lingkungan lagi,”jelas Via dengan tegas dan serius.“Baiklah, aku
Menit berlalu, Alan dan via sudah berada di kantor perkebunan milik Rasid, pagi tadi mereka mengadakan janji bertemu, di kantor perkebunan.Baru kali ini Alan, merasa gelisah menghadapi seseorang, setiap kali melihat Rasid, bayang Zahira muncul, dalam pikiran Alan. Rasid sangat cocok bersanding dengan Zahira, pasangan yang sama-sama paham tentang agama, dan sama –sama religius.Tampak Rasid memasuki ruang meeting, ia tersenyum, menyambut kedua tamunya.“Assalamualikum,”sapa Rasid“Waallaikumsalam,” sapa Alan dan Via bersamaan.Kemudian pembicaran mulai tampak serius, ketika Via mulai menjelaskan tentang projek pembangunan farmasi disertai analisis dampak lingkungan.Setelah Rasid, mendengarkan dengan cermat, ia pun berbicara pada Alan dan Via.“Aku rasa ini tetap akan beresiko untuk perkebunanku, limbah itu pasti mencemari sebagian perkebunan,”kata Rasid“Oleh karena itu kami berniat membeli, 100 meter dari tanah perkebunan, Pak Rasid,”jawab AlanRasid tampak terdiam, ia terlihat sed
Zahira mematikan ponsel, desahan pelan terdengar dari bibirnya, masalah datang silih berganti, terutama mengancam, pernikahanya, haruskah ia menyerah, dan membiarkan talak terjadi, Zahira memejamkan matanya, terus mengingat foto suaminya yang bertelanjang dada.Siapa yang telah mengirim foto itu, latar foto, adalah kamar Mas Alan, apa Mas Alan berselingkuh? batin Zahira.Tak terasa, perjalanan telah sampai, Zahira turun dari taksi lalu berjalan kerah pintu depan, waktu sudah malam, mobil Alan tidak ada, itu berarti Alan belum sampai ke rumah, Zahira membuka pintu dan masuk ke dalam rumah, lalu ia berhenti tepat di depan kamar Alan, dibukanya pelan kamar itu, lalu menyalakan lampu kamar, ia membuka kembali ponselnya dan mengamati gambar, memastikan jika foto itu diambil di kamar Alan.“Ini benar foto Mas Alan di dalam kamar ini, apa ini editan ya, aku harus memastikanya, “gumam Zahira pada dirinya sendiri.Zahira membuka lemari, deretan baju tertata rapi, lalu mata Zahira beralih d
Zahira yang mendengar perkataan Risma, menjadi heran, baru kali ini Zahira merasa sepemikiran dengan ibu mertuanya.“Aku setuju, dengan Mamah,”sela Zahira“Ada apa sih, dengan kalian, Via sangat setia padaku, dan perusahaanku, ia rela keluar dari Wira Campany, dan bergabung dengan PT Wirasatya dengan gaji jauh lebih kecil.”Alan tampak marah“Itu karena dia ada maunya,”timpal RismaTiba-tiba, Zahira meringis menahan sakit di perutnya“Aduh...Mas...perutku, kenapa jadi sakit..”rintih Zahira, sambil tanganya memegang perutnya, keringat dingin, memenuhi wajah Zahira yang berubah pucat. Dengan cepat Alan menghampiri Zahira.“Kanapa kamu?”“Aku tdiak tahu, tolong, Mas, cepat ke rumah sakit,”pinta Zahira.“Mamah, tolong Zahira , bawa ke mobil, aku akan bersiap-bersiap,”pinta AlanRisma, dengan terpaksa menolong Zahira, membantunya naik ke dalam mobil Alan.“Kamu sakit seperti ini tidak pura-pura ‘kan, untuk menggambil perhatian Alan?”tanya Risma“Nggak Mah, ini sakit sekali,”ucap Zahira pel
Alan dengan keadaan marah melangkah lebar keluar rumah Risma, lalu pergi dengan mobilnya. Ia sangat penasaran sekali kenapa Via, yang sudah dianggap saudara perempuan, tega secara diam-diam menghancurkan keluargaanya, ia juga tak habis pikir, memfitnah Zahira yang menyebarkan vidio skandal itu.Kepalan tangannya menghantam stir, satu lagi wanita terdekatnya, menghianati kepercayaannya.“Sial, kenapa wanita –wanita yang ada disekelilingku menghianatiku, Amanda, Zahira , mamah, dan kini Via,”gerutu kesal Alan.Mobil Alan menuju sebuah gedung apartemen sederhana milik Via. Alan harus menyelidiki dan mencari tahu, ada motif apa, Via diam-diam, bertindak, jahat padanya.Mobil pun berhenti di area parkir, lalu Alan menemui pengelola gedung.“Aku akan membayarmu, dalam jumlah banyak, asalkan kamu bisa membukakan unit apartemen milik Via!”perintah Alan, pada pengelola gedung.“Apa Anda akan mencuri sesuatu, aku tidak bisa melakukan itu,”timpal penjaga gedung.“Aku tidak mencuri, aku hanya i
Alan sudah diamankan security komplek, sedangkan Via juga sudah diamankan warga, mereka menunggu kedatangan polisi. Alan sibuk menghubungi Bagas, pergacaranya.“Hallo Pak Bagas, aku ada masalah serius, datanglah ke rumahku, sekarang!”perintah Alan.“Ada masalah apa?”“Nanti aku jelaskan, cepatlah, sebelum polisi datang.”Alan menutup ponsel, dan menunggu kedatangan Bagas, beberapa menit kemudian, bertepatan dengan kedatangan polisi , Bagas pun sampai di rumah Alan.Polisi, lalu mendengarkan Via berbicara melaporkan tindak asusila yang dilakukan Alan, warga yang tidak tahu menahu kejadian sebenarnya, menghujat Alan, bahkan ada warga sampai melempar batu hingga mengenai dahi Alan.Pletak!“Haduh...”pekik Alan, seketika darah mengucur, melihat warga yang tersulut emosi, Alan pun segera diamankan polisi.“Lebih baik Pak Alan ikut kami, dengan didampingi pengacara, kita akan melukukan pemerikasan dan investigasi di kantor polisi!”perintah polisi.“Polisi benar, kita tinggalkan tempat ini,