Setelah kepergian Risma, petugas memberitahukan pada Zahira, jika Risma, mencoba membuka brankas.“Seperti yang Nyonya Zahira minta, kami membiarkan nyonya Risma mencoba membukanya.“Terima kasih, dengan begitu aku tahu, siapa yang mencuri kunci lemari brankas.Zahira menarik napas lega, pagi tadi ia menyadari, jika kunci dan secarik kertas nomer sandi brankas hilang, maka segera ia menghungi pihak bank, untunglah Zahira sudah menganti nomer sandi brankas beberapa hari yang lalu. Dan ia sudah menduga, jika Risma, yang mencurinya.“Kapan mamah Risma, datang ke rumah ini, atau dia menyuruh Via?kunci dan nomor pasword hilang kemarin, dan hanya Via yang memasuki rumah ini. Aku harus berhati-hati dengan Via, ia ternyata bermuka dua,”gumam Zahira.Zahira yang saat ada di kampus, duduk termenung, di tengah jam kuliahnya, beberapa hari ini, ia tidak terlalu fokus dalan mengikiuti jam mata kuliah, apalagi kondisnya yang hamil muda. Ditambah lagi persoalan pernikahnya yang tak kunjung usai,
“Kita kemarin baru berkenalan di acara perikahan Bu Fatima dan Pak Wijaya, dan kini bertemu kembali,”lanjut Alan“Dunia memang sempit, dari laporan security, Anda adalah pengembang yang akan membangun, pabrik farmasi, disekitar perkebunanku,”ucap Rasid“Iya, aku datang untuk membicarakan itu,”jawab AlanRasid duduk di kursi tepat di depan Alan duduk, matanya menatap dengan tenang dan bibirnya tersenyum hangat“Aku sebenarnya sudah menolak perizinnya itu, waktu itu aku bertemu Pak Danu, karena proposal yang ia ajukan, tidak mencantumkan analisis dampak lingkungan , aku tidak mau mengambil risiko, “jelas Rasid.Alan menatap Via, seakan menunggu jawaban Via atas perkataan Rasid.“Maaf Pak Rasid, itu adalah kelalaian kami, Pak Danu dan team operasional, belum, mempelajari anasalis dampak lingkungan yang akan diakibatkan dengan adanya pembangunan pabrik farmasi,tunggulah beberapa waktu, kami akan mengerjakan analisis dampak lingkungan lagi,”jelas Via dengan tegas dan serius.“Baiklah, aku
Menit berlalu, Alan dan via sudah berada di kantor perkebunan milik Rasid, pagi tadi mereka mengadakan janji bertemu, di kantor perkebunan.Baru kali ini Alan, merasa gelisah menghadapi seseorang, setiap kali melihat Rasid, bayang Zahira muncul, dalam pikiran Alan. Rasid sangat cocok bersanding dengan Zahira, pasangan yang sama-sama paham tentang agama, dan sama –sama religius.Tampak Rasid memasuki ruang meeting, ia tersenyum, menyambut kedua tamunya.“Assalamualikum,”sapa Rasid“Waallaikumsalam,” sapa Alan dan Via bersamaan.Kemudian pembicaran mulai tampak serius, ketika Via mulai menjelaskan tentang projek pembangunan farmasi disertai analisis dampak lingkungan.Setelah Rasid, mendengarkan dengan cermat, ia pun berbicara pada Alan dan Via.“Aku rasa ini tetap akan beresiko untuk perkebunanku, limbah itu pasti mencemari sebagian perkebunan,”kata Rasid“Oleh karena itu kami berniat membeli, 100 meter dari tanah perkebunan, Pak Rasid,”jawab AlanRasid tampak terdiam, ia terlihat sed
Zahira mematikan ponsel, desahan pelan terdengar dari bibirnya, masalah datang silih berganti, terutama mengancam, pernikahanya, haruskah ia menyerah, dan membiarkan talak terjadi, Zahira memejamkan matanya, terus mengingat foto suaminya yang bertelanjang dada.Siapa yang telah mengirim foto itu, latar foto, adalah kamar Mas Alan, apa Mas Alan berselingkuh? batin Zahira.Tak terasa, perjalanan telah sampai, Zahira turun dari taksi lalu berjalan kerah pintu depan, waktu sudah malam, mobil Alan tidak ada, itu berarti Alan belum sampai ke rumah, Zahira membuka pintu dan masuk ke dalam rumah, lalu ia berhenti tepat di depan kamar Alan, dibukanya pelan kamar itu, lalu menyalakan lampu kamar, ia membuka kembali ponselnya dan mengamati gambar, memastikan jika foto itu diambil di kamar Alan.“Ini benar foto Mas Alan di dalam kamar ini, apa ini editan ya, aku harus memastikanya, “gumam Zahira pada dirinya sendiri.Zahira membuka lemari, deretan baju tertata rapi, lalu mata Zahira beralih d
Zahira yang mendengar perkataan Risma, menjadi heran, baru kali ini Zahira merasa sepemikiran dengan ibu mertuanya.“Aku setuju, dengan Mamah,”sela Zahira“Ada apa sih, dengan kalian, Via sangat setia padaku, dan perusahaanku, ia rela keluar dari Wira Campany, dan bergabung dengan PT Wirasatya dengan gaji jauh lebih kecil.”Alan tampak marah“Itu karena dia ada maunya,”timpal RismaTiba-tiba, Zahira meringis menahan sakit di perutnya“Aduh...Mas...perutku, kenapa jadi sakit..”rintih Zahira, sambil tanganya memegang perutnya, keringat dingin, memenuhi wajah Zahira yang berubah pucat. Dengan cepat Alan menghampiri Zahira.“Kanapa kamu?”“Aku tdiak tahu, tolong, Mas, cepat ke rumah sakit,”pinta Zahira.“Mamah, tolong Zahira , bawa ke mobil, aku akan bersiap-bersiap,”pinta AlanRisma, dengan terpaksa menolong Zahira, membantunya naik ke dalam mobil Alan.“Kamu sakit seperti ini tidak pura-pura ‘kan, untuk menggambil perhatian Alan?”tanya Risma“Nggak Mah, ini sakit sekali,”ucap Zahira pel
Alan dengan keadaan marah melangkah lebar keluar rumah Risma, lalu pergi dengan mobilnya. Ia sangat penasaran sekali kenapa Via, yang sudah dianggap saudara perempuan, tega secara diam-diam menghancurkan keluargaanya, ia juga tak habis pikir, memfitnah Zahira yang menyebarkan vidio skandal itu.Kepalan tangannya menghantam stir, satu lagi wanita terdekatnya, menghianati kepercayaannya.“Sial, kenapa wanita –wanita yang ada disekelilingku menghianatiku, Amanda, Zahira , mamah, dan kini Via,”gerutu kesal Alan.Mobil Alan menuju sebuah gedung apartemen sederhana milik Via. Alan harus menyelidiki dan mencari tahu, ada motif apa, Via diam-diam, bertindak, jahat padanya.Mobil pun berhenti di area parkir, lalu Alan menemui pengelola gedung.“Aku akan membayarmu, dalam jumlah banyak, asalkan kamu bisa membukakan unit apartemen milik Via!”perintah Alan, pada pengelola gedung.“Apa Anda akan mencuri sesuatu, aku tidak bisa melakukan itu,”timpal penjaga gedung.“Aku tidak mencuri, aku hanya i
Alan sudah diamankan security komplek, sedangkan Via juga sudah diamankan warga, mereka menunggu kedatangan polisi. Alan sibuk menghubungi Bagas, pergacaranya.“Hallo Pak Bagas, aku ada masalah serius, datanglah ke rumahku, sekarang!”perintah Alan.“Ada masalah apa?”“Nanti aku jelaskan, cepatlah, sebelum polisi datang.”Alan menutup ponsel, dan menunggu kedatangan Bagas, beberapa menit kemudian, bertepatan dengan kedatangan polisi , Bagas pun sampai di rumah Alan.Polisi, lalu mendengarkan Via berbicara melaporkan tindak asusila yang dilakukan Alan, warga yang tidak tahu menahu kejadian sebenarnya, menghujat Alan, bahkan ada warga sampai melempar batu hingga mengenai dahi Alan.Pletak!“Haduh...”pekik Alan, seketika darah mengucur, melihat warga yang tersulut emosi, Alan pun segera diamankan polisi.“Lebih baik Pak Alan ikut kami, dengan didampingi pengacara, kita akan melukukan pemerikasan dan investigasi di kantor polisi!”perintah polisi.“Polisi benar, kita tinggalkan tempat ini,
“Itu yang aku pikirkan, sejak semalam, dan sejak vidio skandalmu tersebar, oleh karena itu, jika kita beruntung, kejadian semalam di kamar juga terekam kamera tersembunyi, jika kamera masih terpasang di kamarmu, kita harus mencarinya, aku semalam juga sudah meminta security komplek, untuk menganti kunci rumah Mas Alan,”jelas Zahira.“Zahira, aku berjanji tidak akan meragukan kamu lagi, aku minta maaf atas perlakuanku yang buruk selama ini,”Alan meraih telapak tangan Zahira dan mengenggamnya erat.Zahira menarik gengaman, tangan Alan, lalu menatap dalam wajah tampan pria yang masih berstatus suami.“Aku memaafkanmu, tapi aku ragu, jika Mas Alan telah mempercayaiku. saat ini, Mas Alan hanya mengimbangi kepercayaanku pada Mas Alan, tapi untuk mempercayaiku sepenuhnya, rasanya aku belum yakin.”“Zahira...beri aku kesempatan,”mohon Alan“Aku sudah memberi banyak kesempatan, dan aku sangat kecewa padamu, saat meminta dokter secara diam-diam, melakukan test DNA pada bayiku ini,”ungkap Zahi
Hari terus belalu, Zahira semakin menikmati kehidupannya. Fatima, mengajaknya untuk mengaji di pesantren, dan sedikit-demi sedikit Zahira mulai menjalan ibadah.“Zahira, jika ingatanmu pulih, ibu berharap, kamu tidak usah rujuk dengan Alan,”titah Bu Fatima“Kenapa?”“Karena selama kamu menjadi istrinya, kamu menderita, kamu tidak bahagia,”jawab Fatima“Tapi, Mas Alan adalah ayah kandung Rena. ““Rasid bisa menjadi ayah yang baik untuk Rena,”tegas FatimaZahira hanya terdiam.”Aku akan memutuskan, jika ingatanku sudah kembali,”jawab ZahiraZahira duduk di pendopo bersama santri wanita, ia dengan hikmat mendengarkan tausiah yang dibawakan Nyi Hanum, sekitar dua jam, selesai.“Zahira, bisa kita bicara?”ucap Nyi Hanum“Bisa Nyi Hanum.”Lalu keduanya berjalan kearah gazebo. Bagaimana kabarmu?”tanya Nyi Hanum“Baik, saya menjalani hipnoterapi oleh dokter Reha.”“Alhamdulilah, begitu banyak kejadian, yang menimpa kehidupanmu, aku senang kamu dapat melewatinya, satu minggu lagi, Rasid akan kem
Rita dan sang sopir yang mendengar suara tembakan saling pandang dan terkejut, lalu, tanpa berpikir panjang, kedua orang itu memberesi pakaiannya, dan pergi menyelinap, keluar dari vila, mereka tidak mau terlibat masalah hukum.“Cepat kita harus pergi, sebelum polisi datang,”ajak RitaTapi keduanya terlambat, polisi sudah sampai di pintu pagar dan menangkap kedua pasangan itu.Dua orang polisi bergegas masuk ke dalam vila, dan mereka menemukan tubuh pria yang tergeletak di lantai kamar tidur dengan darah mengucur deras.Zahira histeris”Nico!..teriaknya sambil menangis dan juga Rena ikut menangis dalam dekapan Zahira, sementara Alan masih terduduk menatap tubuh Abram, yang telah tewas.Polisi membawa Alan dan Zahira keluar kamar dan mengamankan TKP.Polisi wanita membawa Zahira yang masih ketakutan dan shock, kemudian Roy dan Santi terlihat berjalan ke arah halaman, keduanya bernapas lega mendapati Alan selamat walau telihat shock.“Syukurlah, Pak Alan berhasil menyelamatkan Bu Zahir
Tidak ada pemeriksaan yang ketat waktu memasuki halaman, keduanya turun dari mobil, disana terlihat Baron, sudah menunggu diambang pintu.“Kamu sudah siapkan uangnya ‘kan, untukku, aku ingin uang cash,”bisik Baron pada Santi.“Tentu saja, aku sudah siapkan, begitu kami selesai, Pak Baron bisa mengambil uang itu,”jawab Santi dengan tenang.Baron tersenyum, lalu mengajak Roy dan Santi memasuki villa mewah dan menuju ke sebuah studio, mata Santi mengedar ke semua ruangan.“Villa ini sangat klaisik dan indah,”ucap RoySeorang wanita turun menuruni tangga sambil mengendong anak kecil saat itu jaga Roy diam –diam mengarahkan ponselnya dan merekamnya.“Siapa wanita itu?”tanya Santi“Dia istri Tuan Nicolas, “jawab Baron, lalu membuka pintu studio dan ketiganya masuk, disana ada Abram, yang sudah menunggu.“Oh jadi ini Tuan Nicolas, suatu kehormatan bagi saya, bisa bertemu dengan pelukisnya langsung,”kata Roy“Aku bersedia untuk diwawancarai, tapi tidak berkenan, jika wajah di ekspos, cukup
Alan semakin geram, dentuman musik semakin keras, hingga Alan sudah tidak bisa mendengar percakapan Amanda dan Baron, tapi setidaknya ia tahu, jika Abram dan Zahira masih hidup, dan tinggal di vila puncak bukit, dengan segera, Alan melangkahkan kaki dan pergi keluar night klup.Alan sangat marah, jika benar Abram, selama ini menyembunyikan Zahira bahkan membuat Zahira hilang ingatan dengan obat –obat terlarang.Alan menaiki taksi yang masih menunggunya, dia sudah tak sabar untuk memastikan jika Zahira dan Abram, masih hidup. Setelah sampai di hotel, Alan memanggil Roy dan Santi ke dalam kamarnya.“Duduklah kalian,”suruh Alan dengan wajah serius, membuat kedua stafnya itu saling tatap dan takut.“Ada apa Pak Alan, apa kami membuat kesalahan?”tanya Roy“Tidak, ini bukan masalah pekerjaan, aku membutuhkan bantuan kalian,”balas Alan“Bantuan, apa, Pak?”tanya Santi penasaranAlan menghela napas sejenak, dan kembali serius.“Aku tidak sengaja, melihat Amanda, dan aku bertemu denganya. D
Semantar itu di viila, terlihat Amanda sedang berbicara serius dengan Abram“Apa kamu yakin itu Alan?”“Sangat yakin, tapi aku rasa dia ke Bali, karena urusan pekerjaan, karena Alan bersama dua stafnya,”ungkap Amanda“Tenanglah, mereka tidak akan sampai di pengunungan ini,”jawab Abram“Lebih baik kamu waspada, dan percepat pernikahanmu dengan Zahira, karena Zahira juga mulai meningat dirinya waktu kamu akan menodainya, ia bermminpi tentang itu,”jelas Amanda“Apa Zahira bercerita tentang itu padamu?”“Iya dia mengatakan jika bermimpi ada seorang pria yang mencoba menodainya dan menyayat dada pria itu dengan pisau.”Abram terdiam, ia berpikir tentang pagi ini kenapa Zahira menanyakan tentang luka di dadanya itu.“Kamu benar, aku segera akan mempercepat pernikahan, dan setelah itu pergi keluar negeri, setelah menikah,”jawab Abram serius“Baiklah , aku pergi dulu,”pamit Amanda.Malam semakin larut, Abram menuju kamar Zahira, setelah mengetuk pintu, Zahira membukakan pintu.“Nico,”“Ak
Zahiar telah siap, wanita itu semakin cantik, membuat Amanda semakin iri dengan saudari tirinya itu, ia sangat beruntung, dicintai dan digilai oleh dua orang pria.“Kamu cantik Zanet. Nicolas sangat beruntung memilikimu,”celoteh AmandaZahira hanya tersenyum, lalu keduanya berjalan menuju mobil Amanda, diikuti Abram.“Aku akan mengantar Zanet kembali ke sini,”ucap Amanda pada AbramAbram, hanya tersenyum, dan mengangguk, lalu Zahira dan Amanda memasuki mobil dan berlahan mobil pun keluar melewati pagar tinggi.“Amanda,seperti apa Nicolas waktu kuliah?”“Heumm...dia introvet,lebih senang menyendiri dan tak banyak memiliki teman, sebenarnya aku juga tidak dekat denganya,setelah lulus dari universiras, aku tidak tahu lagi kabarnya, dan bertemu, secara tak sengaja, di Bali, kerena aku ingin membeli karya lukisan,”Amanda berusaha mengarang cerita.Zahira tampak sedih. “kita akan pergi ke mana?”tanya Zahira“Aku dengar dari Nico, kalian akan melakukan pernikahan ulang ‘kan, jadi aku akan m
Alan menatap begitu lama villa mewah di atas bukit, area di dalam vila sudah tertutup korden, hingga tak terlihat apapun dari luar , ada dua penjaga yang terlihat di pintu gerbang masuk. Alan lalu menghela napas berat dan menurunkan teropongnya, kembali duduk di kursi, pikiran tertuju pada Zahira, diingantanya setiap moment yamg indah, bersama istri bercadarnya itu, berharap ada sebuah keajaiban yang terjadi.Malam semakin larut, Zahira sudah tertidur lelap di kamarnya, tiba-tiba ia berteriak.“Lepaskan!” lalu tersentak bangun dari tidurnya, keringat dingin mulai mengucur di dahinya padahal ruangan berACZahira mengusap wajahnya pelan. Ini ketiga kali aku mimpi yang sama, ada seorang lelaki yang ingin menodaiku, hingga aku melukainya dengan pisau di dadanya, apa ini sekedar mimpi, atau bagian dari masa laluku, batin Zahira.Semalaman Zahira tidak bisa tidur, ia duduk bersandar di pungung sandaran ranjang, memikirkan tentang mimpi yang sama, selama tiga hari ini. Semenjak ia tidak m
Sementara itu di vila lain, zahira sedang menatap wajahnya menyisir rambutnya dan menatap manik hitam yang mengkilat. Lalu terlihat Rita mengetuk pintu dan kemudian masuk“Nyonya Zanet, waktunya untuk mewarni rambut, lihat rambut Nyonya sudah terlihat menghitam.”“Aku tidak mau mewarni rambutku, aku ingin rambut alamiku yang hitam,” jawab Zahira sambil terus menyisir.“Tapi Nyonya , nanti Tuan Nico, marah.”Zahira menatap asistennya, aku yang akan bicara nanti, sekarang bersiap-siaplah, kita akan keluar jalan-jalan, aku sudah minta izin Nico,”suruh Zahira“Baiklah, “jawab RitaBeberapa saat kemudian Zahira telah rapi, kali ini ia mengenakan celana kain, dengan blouse warna pink lembut, lalu menuju keluar kamar“Kamu akan jalan-jalan?”tanya Abram“Iya, Nico, hanya tiga jam, saja,”ucap Zahira.“Hati-hati,”balas AbramLalu Zahira dan Rita yang mengendong Rena, keluar menuju mobilnya. Telihat sang sopir sudah menunggu, dan langsung menancap gas, begitu Rita dan Zahira masuk ke dalam mo
Kembali ke kota Jakarta, Alan sedang memimpin rapat di Wira Campany, semua antusias menyambut Alan, yang langsung menjabat CEO Wira Campany.“Sejak Bapak koma, akhirnya Pak Bagas memutuskan mengabungan projek PT Wirasatya di Wira Campany dan pembangunan pabrik farmasi suduh berjalan lancar,”salah satu team menjemen berucap.“Aku akan fokus pada Wira Campany, PT Wirasatya saya nyatakan bergabung dalam Wira Campany,”jawab Alan.“Ada beberapa projek yang suduh masuk, apa Pak Alan sudah siap membahasnya?”“Jelaskan saja, projek apa saja yang sudah masuk!”perintah Alan“Porjek pembangunan bendungan di Bandung, projek pembangunan sekolah di Semarang, dan projek pembangun hotel dan resort di Bali,”jelas stafAlan tampak berpikir sambil menatap berkas, ditanganya.“Kita bentuk tiga team, dan aku sendiri akan masuk dalam team, pembagunan hotel dan resort di Bali,”jawab Alan“Baik Pak, kami akan bentuk 3 team,untuk menyelesaikan ketiga projek kita,”jawab staf.Rapat pun berakhir, Alan kembali