Istri 100 Kilogram
Part 1
"Mas, aku udah siap nih." Terdengar suara Ayu–istriku yang menyapa ketika aku baru saja keluar dari kamar mandi.
"Kamu, mau kemana? Kok udah rapi?" tanyaku dengan nada bingung. Karena setahuku Ayu hanya pakai daster jika dirumah begini.
"Aku mau ikut kamu ke pesta lah, mau kemana lagi," jawabnya enteng lalu dengan cepat dia kembali melihat pantulan dirinya di cermin. Dia juga mulai mengolesi wajahnya dengan make up. Kuakui dia memang cantik, seperti namanya. Tapi, aku risih dengan berat badannya yang mencapai 100 kilogram. Lihatlah lemak ditubuhnya, di bagian perut, paha, juga tangan, belum lagi dagunya yang seperti ada dua. Aku bergidik ngeri membayangkan jika dia tiba-tiba jatuh di atas tubuhku.
"Maksud kamu apa sih? Aku nggak ngerti," tanyaku penasaran. Memang aku sedang akan bersiap-siap untuk datang kee resepsi teman kantor. Tapi aku sama sekali tidak mengajak Ayu untuk ikut denganku, aku tidak bisa membayangkan betapa malunya aku jika menggandeng wanita bulat seperti dia.
"Tadi Papa nelpon, katanya aku disuruh siap-siap. Ada pesta resepsi anaknya Manager yang di kantor, makanya aku langsung siap-siap. Papa nggak bisa pergi, soalnya Mama lagi sakit," jelasnya padaku yang sedang sibuk mengenakan pakaian.
"Kok kamu pakai itu sih, Mas? Pakai ini aja, biar sama warnanya dengan warna bajuku," rengeknya manja sambil menyodorkan baju kemeja yang coraknya sama dengan baju yang kini dia pakai. Aku tidak pernah mau memakai pakaian couple seperti itu, bikin malu saja. Ayu sangat sering membelikan baju untukku yang warnanya mirip dengan warna bajunya. Sok perhatian, padahal selama menikah dengannya tidak sekalipun aku menunjukkan rasa suka padanya. Bahkan sampai sekarang aku belum pernah menyentuhnya, aku tidak selera sama lemak. Aku juga tidak mau melanggar janjiku pada Claudia, untuk tidak menyentuh Ayu sedikitpun.
"Dengar ya, Ayu Pratama. Aku memang akan ke pergi ke pesta itu, tapi tidak dengan kamu. Lebih baik aku saja yang mewakili Papa kesana, kamu dirumah aja," bentakku menepis baju kemeja yang dia sodorkan. Dia kaget dan termenung sesaat, mungkin karena suaraku yang meninggi.
"Kamu ngebentak aku, Mas?" tanyanya gagap, air matanya mulai mengalir di pipinya yang mulus dan putih, ah aku lupa juga bulat. Aku benci lemak yang ada pada tubuhnya.
"Iya, asal kamu tau ya. Aku nggak bisa dan nggak akan pernah bisa cinta sama kamu. Harusnya kamu sadar kalau aku mau nikah sama kamu cuma untuk menyelamatkan perusahaan Papaku aja," jawabku dengan suara yang masih tinggi. Dia menutup mulut dengan tangannya, mungkin dia tidak menyangka jika aku menikahinya hanya demi harta.
Kami memang baru menikah seminggu yang lalu, Papa dan Mama memaksaku untuk menikahi wanita bertubuh bulat ini agar ada suntikan dana dari perusahaan Papa mertuaku yang kaya raya. Meskipun aku sudah bersikeras untuk menolak, tapi aku tidak kuasa melihat Mama yang mengancam akan bunuh diri.
"Kamu bercanda kan, Mas?" ucapnya sambil tersenyum paksa. Bahkan kini make up nya sudah luntur karena dia menangis.
"Nggak, aku serius," jawabku santai. Kemudian aku memakai jas dan tidak lupa menyemprotkan parfum agar aku selalu wangi. Claudia akan marah jika aku tidak memakai parfum yang dia belikan khusus untukku.
"Tapi, Mas. Bagaimana kamu bisa tega sama aku?" rengeknya lagi dengan tangis yang dari tadi membuat kepalaku pusing. Bahkan lemak di tubuhnya ikut bergoyang karena dia menangis. Sungguh aku jijik melihatnya seperti ini, jika dibandingkan dengan Claudia–pacarku bagaikan bumi dan langit.
"Jangan cengeng jadi perempuan, jangan bilang kalau kamu udah cinta sama aku. Karena dasar pernikahan kita cuma perjodohan," tegasku pada Ayu yang masih saja menangis.
"Kalau kamu gak suka sama aku, kenapa kamu menerima perjodohan ini?" tanya Ayu dengan menatap tajam kearahku.
"Gak usah aku bilang lah kalau itu, aku yakin kamu sudah tau jawabnya," jawabku acuh. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, aku sudah sangat telat untuk menjemput Claudia untuk pergi ke pesta. Segera aku sambar kunci mobil keluaran terbaru, hadiah dari Papa dan Mama mertua. Mereka sangat menyayangiku, karena aku sudah dengan suka rela menikahi putrinya yang hampir obesitas.
"Tunggu, Mas. Kamu gak bisa ninggalin aku dalam kondisi kayak gini. Kita selesaikan dulu masalah ini," teriak Ayu dari belakang saat aku sudah keluar dari kamar. Terpaksa aku hentikan langkahku karena Ayu menarik lenganku.
"Apa sih!" aku tidak sengaja menepis tangan Ayu dengan kuat hingga dia terjatuh di lantai.
"Au…." pekik Ayu, mungkin dia sakit karena tubuhnya jatuh.
"Makanya, gak usah pegang-pegang," ucapku gamang. Sebenarnya aku merasa bersalah karena aku dia sampai terjatuh seperti itu, tapi apa peduliku.
"Kamu tega banget sama aku, Mas," ucap Ayu sambil berdiri kembali, walaupun dia kesusahan karena bobotnya yang terlalu besar.
"Dengar, Ayu. Kita ini menikah bukan karena dasar cinta. Mengertilah, sudah ada wanita lain didalam hatiku. Dia hadir jauh sebelum kamu masuk kedalam kehidupanku," ucapku memberi pengertian padanya. Ayu masih saja menangis terisak, bahkan kini make upnya telah luntur semua. Pipinya yang putih menjadi hitam karena maskaranya luntur, juga lipstiknya sudah belepotan kemana-mana.
"Sudah, jangan memaksakan diri. Aku juga yakin kok, kalau kamu juga punya seseorang dimasa lalu," ucapku lagi dan segera melangkah menuju pintu keluar.
"Cuma kamu, Mas. Cuma kamu," gumamnya dalam tangis. Aku sempat menghentikan langkahku, dadaku terasa bergetar mendengar perkataannya barusan. Tapi aku memilih terus berjalan dan keluar dari rumah mewah ini. Rumah yang juga dibelikan oleh Papa mertua untuk kami tinggali.
*
"Kok kamu lama banget sih, Mas" rajuk Claudia saat kami sudah di dalam mobil menuju ketempat pesta.
"Iya, tadi ada urusan sedikit," jawabku seadanya. Karena aku tidak ingin meladeni Claudia yang merajuk, pikiranku melayang memikirkan perkataan Ayu tadi. Kenapa hanya aku, aku tidak ingin dicintai olehnya.
"Urusan sama si Obesitas itu?" ejek Claudia dengan senyum sinisnya.
"Iya, dia minta ikut pergi ke pesta," jawabku santai.
"Nggak tau malu banget sih dia, apa dia nggak sadar ya kalau kamu malu ngajak dia pergi-pergi," racau Claudia yang mampu membuatku tersenyum.
"Kenapa? Kamu cemburu ya?" godaku sambil menoel hidung mancungnya. Lihatlah Claudiaku, dia cantik, badannya terurus dan bagus.
"Aku? Cemburu sama si gajah itu, ya nggak lah. Beda jauh lah aku sama dia," ledek Claudia dengan mulut yang dibuat-buat.
"Ha-ha kamu ya, bisa aja," ujarku.
"Tapi, kamu sama dia belum ngapa-ngapain kan, Mas?" tuding Claudia padaku yang sedang fokus mengemudi.
"Aman, Sayang. Aku juga nggak selera kok sama dia," jawabku sambil tersenyum.
"Awas aja kalau kamu sampai khianati aku untuk kedua kalinya, aku ijinin kamu nikah sama dia juga karena Mama kamu ngancam mau bunuh diri," rajuk Claudia lagi.
"Iya-iya, kamu ih bawel," jawabku cepat agar dia tidak mengungkit-ungkit lagi masalah Ayu. Aku tidak ingin mengingatnya lagi, aku ingin menikmati pesta malam ini.
"Terus, kalau aku pengen, gimana dong?" tanyaku pada Claudia yang sedang merapikan make upnya. Kini kami sudah sampai di parkiran pesta, aku sengaja menanyakan hal itu pada Claudia. Karena selama ini dia tidak pernah mau ketika aku mengajaknya melaksanakan hubungan badan, alasannya karena kami belum menikah. Padahal kami sudah pacaran selama lima tahun, ketika aku masih kuliah dulu.
"Ya kamu tahan dulu, sampai kamu ceraikan si gajah itu dan menikah dengan aku," jawabnya santai.
"Tapi, aku pengennya sekarang," bisikku pas ditelinganya. Tanganku langsung merengkuh tubuh langsing itu kedalam pelukan, dan menghirup aroma rambutnya yang selalu wangi.
"Nikahi aku, Mas," jawab Claudia dengan mendoronh tubuhku. Terpaksa aku harus melepaskan pelukanku, aku mendengus kesal karena sikapnya selalu seperti ini.
"Aku nggak bisa nikahin kamu sekarang, Sayang. Kamu kan tau sendiri aku nikah sama si gajah baru seminggu," rajukku kesal.
"Kalau gitu kamu juga harus sabar, aku gak mau hamil tapi anakku tidak punya Ayah," ucap Claudia yang kembali merapikan rambutnya yang sempat teracak karena ulahku.
"Yaudah, kita masuk dulu ya. Nanti keburu pestanya selesai," ajakku pada Claudia. Kemudian kami langsung turun dari mobil dan segera masuk kedalam acara.
Acara ini sangat meriah, dan yang pasti di hadiri oleh orang-orang hebat. Jadi tidak mungkin aku pergi dengan si gajah bengkak kesini. Claudia lebih cocok menemaniku kesini ketimbang Ayu. Untung saja Papa dan Mama mertuaku tidak bisa hadir disini, jadi aku bisa dengan leluasa bergerak dengan Claudia.
"Eh, Pak Adam. Terimakasih sudah menyempatkan hadir di pesta resepsi anak saya," ucap Pak Bagas saat aku masuk. Dia sengaja berdiri di depan karena ingin menyambut tamu-tamu penting.
"Selamat ya Pak," ucapku sambil tersenyum kearahnya. Namun, setelah melihat siapa yang aku gandeng untuk pergi ke sini, wajah Pak Bagas sedikit bingung. Karena yang dia tau, aku adalah suami dari Ayu, anak atasannya.
"Kalau Pak Bagas tidak ingin turun jabatan, jangan bicara banyak ya," bisikku pada telinganya. Dia hanya mengangguk-angguk mengerti atas ucapanku. Dia pasti menuruti semuanya, karena saat ini yang memimpin perusahan Cipta Pratama Jaya adalah aku, menantu kesayangan Jaya Pratama.
Aku berjalan dengan menggandeng tangan Claudia. Kami juga sangat menikmati pesta ini, aku sengaja menyuruh Claudia mengabadikan momen kami. Karena sejak menjalin hubungan dari lima tahun yang lalu, aku tidak ingin melupakan momen indah bersamanya.
Walaupun Claudia wanita yang egois dan selalu ingin menang sendiri, tapi aku sangat mencintainya. Dia mampu membuatku rindu setengah mati.
"Hai, Mas. Kamu kok nggak nungguin aku?" ucap seseorang disertai tepukan lembut di bahuku. Aku menoleh kebelakang, dan ternyata ada sosok Ayu yang tengah tersenyum melihat kearahku.
Mataku melotot tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang, kenapa dia sangat egois. Kenapa dia tidak mengalah saja demi kebaikan rumah tangga yang sedang kami jalani.
"Kamu, ngapain disini?" gumamku sambil melihat kearahnya tajam.
"Kenapa dia disini sih, Mas?" tanya Claudia padaku dengan nada marah. Pasti sebentar lagi Claudia akan memutuskan hubungan denganku. Dia memang sering memutuskan hubungan sebelah pihak, dan kami akan tetap kembali lagi seperti sekarang.
"Yang pasti aku mau nemenin suamiku ke pesta," ucap Ayu dengan santai lalu menarik tangan Claudia yang menggandeng tanganku lalu menyentaknya dengan keras. Dan dengan segera Ayu menggantikan Claudia untuk menggandeng tanganku mesra.
Aku yang melihat itu hanya bisa terdiam kaku karena aku melihat Papa dan Mama mertua yang sedang disambut kedatangannya oleh Pak Bagas.
"Apa-apaan kamu, gajah bengkak?" maki Claudia karena merasa marah pada Ayu.
"Diam, Claudia. Ada mertuaku disana," ucapku lembut pada Claudia yang wajahnya sekarang memerah karena marah. Ku lihat sekilas Ayu tersenyum sinis melihat kearah Claudia.
Istri 100 KilogramPart 2Jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya, kaki dan tanganku terasa panas dingin saat Pak Bagas berbicara lama dengan Papa mertua. Aku takut jika Pak Bagas memberitahu kejadian tadi pada Papa."Gimana sih, tadi katanya Papa dan Mama kamu nggak bisa datang!" decakku marah pada Ayu yang masih berdiri menggandeng tanganku. Tapi kami tetap berbicara dengan suara yang sangat pelan, jangan sampai orang lain mendengar pertengkaran kami. Untung saja ada alunan musik yang mengiringi jalannya pesta ini. Jadi suara kami tidak akan jelas terdengar oleh tamu-tamu yang lain."Nanti aku jelaskan dirumah," jawabnya santai dan terus tersenyum kearah beberapa rekan kerja yang melihat kearah kami. Mungkin mereka kasihan melihatku di gandeng oleh gajah bengkak, seharusnya Claudia yang berdiri disampingku sekarang."Dasar gajah bengkak, kamu nggak sadar ya kalau nggak pernah dianggap," maki Claudia dengan suara rendah pada Ayu. Tapi Ayu hanya diam tidak menanggapi ucapk
Istri 100 KilogramPart 3"Kalau kamu punya uang itu cuma untuk memanjakan perut, tapi Claudia akan memanjakan tubuhnya yang indah. Dia akan menghabiskan semua uang yang aku berikan untuk ke salon dan membeli baju-baju mahal, agar dia menjadi lebih cantik, bukan seperti gajah," sindirku dengan tersenyum jumawa.Kulihat Ayu menghentikan aktivitasnya mengatur semua bahan makanan di kulkas. Dia juga terlihat meremas kedua tangannya yang putih tapi bulat-bulat. Dia cantik, tapi sayangnya dia tidak menyayangi dirinya sendiri."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Ayu yang kini sudah berdiri di depanku."Ternyata selain jelek, kamu juga bodoh ya. Kamu tau kenapa sampai detik ini aku tidak menyentuhmu? Itu karena aku tidak berselera melihat tubuh yang di dominasi oleh lemak."Ayu mulai terlihat meremas baju yang dipakai, matanya berembun seperti mau menangis. Tapi itu sama sekali tidak membuatku kasihan padanya, yang ada aku bertambah bosan melihatnya yang cengeng."Sini, biar aku perjelas," aku men
Istri 100 KilogramPart 3"Kalau kamu punya uang itu cuma untuk memanjakan perut, tapi Claudia akan memanjakan tubuhnya yang indah. Dia akan menghabiskan semua uang yang aku berikan untuk ke salon dan membeli baju-baju mahal, agar dia menjadi lebih cantik, bukan seperti gajah," sindirku dengan tersenyum jumawa.Kulihat Ayu menghentikan aktivitasnya mengatur semua bahan makanan di kulkas. Dia juga terlihat meremas kedua tangannya yang putih tapi bulat-bulat. Dia cantik, tapi sayangnya dia tidak menyayangi dirinya sendiri."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Ayu yang kini sudah berdiri di depanku."Ternyata selain jelek, kamu juga bodoh ya. Kamu tau kenapa sampai detik ini aku tidak menyentuhmu? Itu karena aku tidak berselera melihat tubuh yang di dominasi oleh lemak."Ayu mulai terlihat meremas baju yang dipakai, matanya berembun seperti mau menangis. Tapi itu sama sekali tidak membuatku kasihan padanya, yang ada aku bertambah bosan melihatnya yang cengeng."Sini, biar aku perjelas," aku men
ISTRI 100 KILOGRAMPart 5Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang melelahkan, akhirnya aku bisa istirahat didalam ruangan kantor. Dari tadi pagi sibuk melayani klien dan juga ada beberapa meeting diluar. Kulirik jam di pergelangan tangan, ternyata sudah pukul empat sore. Kembali aku merogoh ponsel di saku celana, aku berencana akan menghubungi Claudia. Dari tadi pagi dia menelponku, tapi aku tidak bisa mengangkat telpon darinya. Karena yang kujumpai hari ini semuanya adalah klien penting.Berkali-kali aku menghubungi nomornya, tapi tidak ada jawaban. Mungkin dia marah lagi karena aku tidak menghiraukannya tadi. Sudahlah, lebih baik aku pulang sekarang untuk bersiap-siap pergi nanti malam. Akan kubuat makan malam kami nanti menjadi makan malam terindah dan tidak bisa dilupakan oleh Claudia. Aku juga sudah memesan tempat khusus untuk makan malam kami nanti.Didalam perjalanan pulang, aku singgah ketempat orang yang menjual bunga di tepi jalan. Aku membeli sebuket bunga Lily sega
ISTRI 100 KILOGRAMPART 6Aku menguap berkali-kali setelah mencoba membuka mata yang masih terasa berat. Perutku terasa perih karena lapar, apalagi aku mencium aroma nasi goreng seafood yang sepertinya sedang dimasak oleh Ayu. Aku segera bangun dan segera melihat jam pada dinding kamar, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh. Segera aku bangun, tanpa mencuci muka aku menggunakan pakaian santai untuk keluar makan malam bersama Claudia.Setelah rapi, aku mengambil ponsel dan kunci mobil dan segera bergegas keluar. Aroma nasi goreng menguar ke seluruh ruangan, cacing di perutku seakan meronta-ronta meminta untuk diberi makan. Aku segera menuju kedapur untuk memgecek apa yang sedang dimasak oleh Ayu."Kamu sudah bangun, Mas?" tanya Ayu ketika melihatku datang."Iya, kamu masak apa?" tanyaku penasaran."Nasi goreng seafood, kari kambing dan juga gulai ayam. Aku mau kerumah Mama kamu," jawab Ayu tanpa menoleh ke arahku. Dia sibuk berkutat dengan dapur, aku melihat kearah makanan yang sudah
ISTRI 100 KILOGRAMPart 7Pov AyuMalam ini datang juga saat yang aku tunggu-tunggu, perasaan senang bercampur aduk dengan rasa penasaran. Aku akan segera bertemu dengan Dokter Danis– Dokter Spesialis Gizi. Sebenarnya aku ingin diet sendiri tanpa harus berkonsultasi dengan dokter. Tapi sudah beberapa minggu tidak ada hasil sama sekali, berat badanku tidak turun bahkan satu ons pun. Padahal aku sudah menguranginya jatah makan malam, juga mengurangi yang namanya ngemil. Tapi tetap saja tidak ada perubahan yang berarti.Tidak aku pedulikan lagi teriakan Mas Adam yang dari tadi memanggil namaku, dia mungkin marah karena aku mengambil mobil kesayangannya yang dihadiahkan oleh Papa. Mungkin selama ini aku mengalah karena ingin mempertahankan rumah tangga kami yang baru seumur jagung, tapi sekarang aku tidak mau pura-pura bodoh dan terus diam saja ketika fasilitas dipakai oleh Claudia.Untung saja aku mempunyai sahabat sebaik Talita, dia yang memperkenalkan aku dengan Dokter Danis. Sebenarny
ISTRI 100 KILOGRAMPart 8Brak!Ayu menutup pintu kamar dengan keras, aku sampai terlonjak kaget karena suara dentuman pintu. Saat ini aku baru saja pulang makan malam bersama Claudia, tapi rasanya tidak semanis dulu. Hubunganku dengan dia sangatlah hambar, mungkin ini karena dia terlalu cemburu dengan kehadirannya Ayu. Padahal aku sama sekali tidak menyentuhnya, bahkan aku selalu tidur terpisah dari Ayu. Dan sekarang, aku juga harus tidur di kamar tamu karena sepertinya Ayu mengunci pintu kamar dari dalam. Akhir-akhir ini sikap Claudia berubah, dia tidak lagi sehangat dulu.Dia juga tidak menyukai bunga Lily yang aku berikan, padahal selama ini dia menyukai bunga itu. Aku menggaruk kepala frustasi, hidupku sangat berantakan sekarang. Andai saja Papa tidak bangkrut, mungkin aku tidak harus menikah dengan si gendut itu. Jika saja teman-temanku tau jika aku memiliki istri seperti Ayu, habis sudah reputasiku.Dengan pelan aku langkahkan kakiku, rasanya kepalaku hampir pecah menghadapi ma
"Kamu mau kemana?" tanyaku penasaran."Kamu mau minggat? Jawab!" bentakku, karena tidak kutemukan jawaban apapun darinya."Iya, hanya dua bulan kok.""Dua bulan kamu bilang 'kok'? Aku nggak kasih ijin," ketusku marah. Entah mengapa, aku tidak rela jika Ayu pergi dari sini. Rumah sebesar ini tidak mungkin aku yang menguhinya sendirian."Ijin? Kamu lupa atau pikun, Mas? Kamu yang bilang jika aku kemana-mana nggak usah ijin dari kamu. Sekarang kenapa kamu ngelarang aku pergi?" sungutnya sambil menatap tajam kearahku. Aku hanya menelan air ludah yang terasa kering, skakmat! Aku kehabisan kata-kata sekarang."Aku cuma istri di atas kertas, aku hanya kamu nikahi agar Papa kamu mendapat suntikan dana dari Papaku!""Kenapa sekarang kamu diam, Mas? Aku yang salah atau kamu yang keliru?" teriaknya nyalang. Hatiku terasa bergemuruh hebat, dadaku berpacu cepat. Tenang, Adam. Kamu tidak boleh memperlihatkan bahwa kamu akan merasa kehilangan, kamu tidak boleh menjilat ludah kamu sendiri."Terserah
ISTRI 100 KILOGRAMPart 40Aku pulang dengan perasaan kacau, sepeti hatiku yang sedang berkecamuk. Ayah menyuruhku menikah dengan wanita pilihannya, tentu saja aku tolak mentah-mentah. Aku sudah memiliki Ayu, wanita yang paling istimewa setelah Ibu."Ayah nggak mau tahu, kamu tetap harus menikah dengan Jenni. Dia itu anak teman bisnis Ayah," perintah Ayah tadi saat aku masih berada dirumahnya."Nggak bisa, Ayah. Aku sudah tunangan, dan nggak mungkin aku menikah dengan perempuan lain lagi," tolakku cepat.Dengan wajah merah padam, Ayah bangkit dan menyalakan rokoknya. Aku tahu dia sangat marah, Ayah tidak suka penolakan."Siapa perempuan itu?" tanya Ayah datar."Namanya Ayu, dia baik dan lembut. Dia juga dari keluarga terhormat, Ayah tenang saja," terangku setenang mungkin, Ayah tidak boleh tau jika aku sedang gugup."Baik, beri Ayah waktu untuk berpikir. Karena sebelum kamu menikahi wanita itu, Ayah harus tau siapa orang tuanya terlebih dahulu," seru Ayah.Aku sedikit tenang setelah A
ISTRI 100 KILOGRAMPart 39Pov DanisSetelah meluapkan semua kekesalan yang tersimpan dalam hati, aku segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Adam yang masih terpaku mendengar penuturanku tadi. Dia pasti tidak menyangka jika aku sudah tau semuanya, bukan hanya aku, tapi juga Ayu.Ketika itu aku senang mengobrol dengan Papanya Ayu. Dia mengatakan jika seharunya pernikahanku dengan Ayu di percepat. Tentu saja itu berita yang membahagiakan bagiku, apalagi aku sudah tidak sabar untuk memiliki Ayu seutuhnya.Pak Pratama juga berjanji akan menjaga Ayu agar tidak lagi dekat dengan Adam. Dia telah menyewa beberapa orang untuk mengawasi gerak-gerik Adam. Pak Pratama juga tau, jika yang mendonorkan mata untuk Ayu adalah Mamanya Adam. Tapi itu sama sekali tidak membuat hati Pak Pratama luluh untuk menjodohkan Adam kembali dengan Ayu.Namun saat kami berbicara, Ayu ternyata sudah mendengar semuanya. Dia sangat marah dan kecewa pada kami berdua, bahkan sampai saat ini dia mengurung diri di da
ISTRI 100 KILOGRAMPart 38Pov Adam.Sudah tujuh bulan sejak kejadian itu aku tidak pernah kembali lagi ke sana, melihat wanitaku yang kini hampir sepenuhnya menjadi milik orang lain. Kutatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama wanita yang pernah melahirkanku. Wanita yang membesarkanku dengan kasih sayangnya. Mungkin, inilah titik terendah dalam hidupku saat ini.Tidak ada yang salah dengan keadaan ini, hanya saja waktu yang kurasa belum tepat. Kurasa, semua ini memang pantas kami terima setelah semua penghinaan dan cacian yang dulu pernah kami lontarkan padanya.Aku memilih untuk menetap disini, karena jika aku disini aku bisa lebih leluasa untuk menjenguk makam Mama. Tidak ada yang tau jika Mama sudah tiada, hanya aku dan Papa yang tau. Karena kondisi yang tidak memungkinkan serta satu dan lain hal, kami memilih memakamkan jenazah Mama di negeri orang."Bilang sama, Ayu. Mama minta maaf," lirih Mama waktu itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil menangis melihat kondisi Mama yang ti
ISTRI 100 KILOGRAMPart 37Pov Ayu."Mas Adam kabur dari rumah?" tanyaku lagi memastikan jika aku memang tidak salah dengar."Iya, Non. Mereka bertengkar hebat. Waktu Den Adam kabur dari rumah, Nyonya sama Bapak berusaha ngejar. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba Mbak dapat telepon dari rumah sakit mereka bertiga dirumah sakit karena kecelakaan.""Terus mereka kenapa sampai dibawa ke Singapura, aa?" tanyaku lagi. Inikah alasan Mas Adam tidak menemuiku ketika aku kecelakaan."Karena kondisi Nyonya parah, makanya Bapak bawa Nyonya kesana," jelasnya lagi.Aku kesini untuk mendapatkan jawaban atas semua kejadian yang menimpaku, tapi yang aku dapatkan malah teka-teki yang lebih besar.💜💜💜💜💜💜💜💜Setelah pulang dari rumahnya Mas Adam, kini aku baru menyadari jika banyak hal tentangnya yang belum aku ketahui.Dia bahkan menyembunyikan hal serumit ini padaku, apa sebenarnya Papa dan Mama tau masalah ini. Hanya saja mereka tidak mau memberitahu agar aku tidak salah kaprah.Masih tern
ISTRI 100 KILOGRAMPart 36Pov AyuAku terus berlari di antara ratusan tamu yang hadir, tujuanku adalah Mas Adam. Tidak apa jika dia meninggalkan aku, tidak apa jika dia menceraikan aku. Tapi dia harus menjelaskan kenapa dia tiba-tiba ingin berpisah seperti ini. Padahal sebelum kecelakaan, dia selalu memohon padaku agar aku tidak meninggalkan dia. Juga selalu meminta kesempatan kedua untuknya memperbaiki kesalahannya dulu."Ayu, tunggu." Itu suara Danis, aku yakin dia juga mengejarku. Tapi biarlah, aku hanya ingin mendapatkan sebuah penjelasan.Setelah lama mencari, tidak ada jejak Mas Adam. Dia menghilang lagi, menghindariku. Entah kemana dia, aku menopang kedua tanganku pada lutut. Nafasku sampai ngos-ngosan karena kelelahan mengejar Mas Adam. Aku tidak mungkin salah lihat, tadi Mas Adam turun menggunakan tongkat dan juga dibantu oleh orang lain."Kamu mau kemana?" tanya Danis saat dia sudah berada di sampingku. Dia juga terlihat sangat capek karena ikut berlari bersamaku."A-aku…."
ISTRI 100 KILOGRAMPart 35Pov Ayu.Aku memutar-mutar cincin dijari manisku, ini adalah cincin pengikat bahwa aku dan Danis sekarang bertunangan. Hatiku bertanya apakah aku sudah siap untuk kebangkitan menikah dan menjadi seorang istri.Pikiranku masih tertuju dengan pernikahanku dengan Mas Adam dulu. Aku tidak menyangka jika aku akan menikah dua kali, karena impianku dari dulu adalah menikah sekali seumur hidup.Tok Tok Tok!"Non, ada Den Danis di depan." Terdengar suara Mbok Darmi yang memanggilku dari luar. Hari ini aku akan datang ke pernikahannya Talita dan Anta. "Suruh tunggu aja, Mbok. Bilang aja aku lagi siap-siap," jawabku setengah berteriak agar Mbok Darmi dengar.Aku segera mengambil tas kecil dan memasukkan ponsel kedalamnya. Aku juga kembali mematut diri di depan cermin, memperhatikan penampilanku sekali lagi. Selama tujuh bulan aku mengalami kebutaan, berat badanku semakin turun. Terakhir aku menimbangnya di angka 55kilo.Tapi bukannya ini yang aku inginkan dari dulu? M
ISTRI 100 KILOGRAMPart 34Pov Ayu.Untuk kesekian kalinya aku mencium bau khas rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang terakhir aku ingat adalah ketika aku akan dibawa ke ruang operasi. Juga ingatan suara Mama dan Papa yang memberikanku semangat."Kamu sudah sadar, Sayang?" tanya Mama padaku. Aku belum bisa melihat wajah cantiknya, badanku rasanya susah untuk digerakkan."Eump." Hanya itu yang bisa aku ucapkan, pertanda memang aku suka sadar."Alhamdulillah, kata suster nanti perbannya udah bisa dibuka kalau Dokter bilang sudah bisa," ucap Mama dengan nada penuh syukur. Aku sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat menyayangiku. Mereka menjagaku siang dan malam, dari bayi hingga sekarang."Aku haus, Ma," ujarku meraba-raba ke arah Mama."Sebentar."Sesaat kemudian Mama menyodorkan aku air yang diminum melalui pipet. Aku meminumnya sedikit demi sedikit, rasanya tenggorokanku sudah kering berhari-hari."Papa mana, Ma?" tanyaku pada Mama."Papa ke kantor, Sayang. S
ISTRI 100 KILOGRAMPart 33Pov Ayu.Hari ini hujan kembali turun membasahi bumi, aku berdiri terpaku di jendela kamar yang terbuka. Aku sengaja membuka jendela kamar agar aku bisa merasakan air hujan yang masuk kedalam kamar diterpa angin."Sayang, kamu sudah siap?" tanya Mama yang mengejutkanku. Aku hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Mama."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mama yang melihatku memakai kebaya yang katanya berwarna ungu muda, warna kesukaanku.Hari ini tepat tujuh bulan setelah perceraianku dengan Mas Adam. Semuanya masih seperti mimpi untukku, dia datang dan pergi sesukanya. Ini sungguh tidak adil bagiku, karena sejak hari kecelakaan yang menimpaku dia tidak pernah lagi hadir.Bahkan dia menyuruh orang untuk menangani perceraian kami. Katanya, aku tidak usah hadir ke pengadilan agar proses perceraian kami berjalan dengan cepat.Papa dan Mama juga menyuruhku untuk diam saja dirumah, karena jika aku tidak hadir di dalam sidang perceraian maka sidang
ISTRI 100 KILOGRAMPart 32Pov Ayu"Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Mama padaku. Kata Dokter hari ini aku sudah boleh pulang, dan Mama sudah bersiap-siap dari tadi. Banyak barang yang harus dibereskan. Masalah administrasi diurus oleh Danis, dia selalu disini. Menemaniku setiap hari dan setiap malam, bahkan dia menyerahkan pada temannya permasalahan klinik kecantikannya."Sudah, Ma," jawabku sambil memutar-mutar cincin di jari manis ku. Cincin pernikahanku dengan Mas Adam, cincin yang tidak pernah lepas dari jariku.Tes!Air mataku kembali menetes, akhir-akhir ini aku sangat sering menangis. Entah apa yang aku tangisi, aku seperti orang yang sedang banyak pikiran tapi tidak tau apa yang aku pikirkan."Kamu nangis lagi?" tanya Mama yang tiba-tiba memegang pipiku yang basah. Cepat aku hapus air mata yang terus mengalir tanpa henti, aku tidak ingin membuat Mama kembali menangisi nasibku yang menyedihkan ini."Kamu masih memikirkan Adam?" tanya Mama lembut sambil mengelus rambutku yang se