ISTRI 100 KILOGRAM
Part 5
Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang melelahkan, akhirnya aku bisa istirahat didalam ruangan kantor. Dari tadi pagi sibuk melayani klien dan juga ada beberapa meeting diluar. Kulirik jam di pergelangan tangan, ternyata sudah pukul empat sore. Kembali aku merogoh ponsel di saku celana, aku berencana akan menghubungi Claudia. Dari tadi pagi dia menelponku, tapi aku tidak bisa mengangkat telpon darinya. Karena yang kujumpai hari ini semuanya adalah klien penting.
Berkali-kali aku menghubungi nomornya, tapi tidak ada jawaban. Mungkin dia marah lagi karena aku tidak menghiraukannya tadi. Sudahlah, lebih baik aku pulang sekarang untuk bersiap-siap pergi nanti malam. Akan kubuat makan malam kami nanti menjadi makan malam terindah dan tidak bisa dilupakan oleh Claudia. Aku juga sudah memesan tempat khusus untuk makan malam kami nanti.
Didalam perjalanan pulang, aku singgah ketempat orang yang menjual bunga di tepi jalan. Aku membeli sebuket bunga Lily segar untuk Claudia, dia pasti sangat senang jika aku membelikan bunga ini untuknya. Karena sejak dulu kami masih berhubungan melalui dunia maya, dia sering mengatakan jika dia menyukai bunga Lily. Semoga saja dengan begini dia tidak akan marah lagi padaku.
*
"Pergi kamu dari sini atau aku akan memanggil satpam untuk menarikmu keluar."
Terdengar suara Ayu yang mengusir seseorang dari dalam, dengan siapa dia bertengkar hingga dia mengusir orang seperti itu. Apakan ada tamu yang membahayakan nyawanya, atau jangan-jangan ada pencuri. Aku segara bergegas masuk kedalam rumah setelah mendengar suara Ayu yang sedikit berteriak.
"Sebentar lagi juga aku akan menempati rumah ini, jangan sombong kamu Ayu."
Deg!
Itu suara Claudia, untuk apa dia kesini. Aku segera membuka sepatu dan menaruhnya di rak sepatu yang di sediakan diluar. Ayu sangat suka kebersihan, jadi sepatu yang di pakai diluar rumah tidak boleh di bawa masuk kedalam rumah.
"Claudia, kamu kenapa disini?" tanyaku pada Claudia saat aku sudah berada di dalam rumah.
Saat ini Ayu terlihat berdiri berhadapan dengan Claudia, wajahnya terlihat memerah karena marah. Sedangkan Claudia, dia terlihat lebih santai dari Ayu.
"Eh, Sayang. Kamu sudah pulang?" tanya Claudia yang menghampiriku dan segera menggandeng tanganku mesra, dia juga merebahkan kepalanya pada bahuku. Ayu terlihat membuang mukanya kearah lain, mungkin dia cemburu.
"Aku baru aja pulang, kamu ngapain disini?" aku menjawab pertanyaan Claudia seadanya karena aku penasaran kenapa dia sampai menyusulku kemari.
Jika Ayu marah dan melaporkan semuanya pada Papa dan Mama mertua bisa-bisa aku habis dimarahi oleh mereka. Atau jika Ayu tidak melaporkan aku, bisa saja Mama dan Papa kemari dan menemukan Claudia berada disini.
"Kok kamu nanyanya gitu sih, aku kan kangen sama kamu makanya aku kesini," rajuk Claudia manja. Dia seperti sengaja membuat suaranya menjadi manja seperti itu agar Ayu semakin marah dan cemburu. Aku melirik kearah Ayu, dia mencebikkan mulutnya marah, seperti menirukan apa yang Claudia katakan.
"Nggak gitu, aku kan udah janji bakalan jemput kamu nanti malam. Jadi kamu nggak harus kesini," jelasku. Seharusnya Claudia memang tidak perlu kesini, ini sama saja membuat amarah Ayu keluar. Memang di depan Ayu aku selalu mengatakan jika aku tidak keberatan jika kami bercerai, tapi sebenarnya aku sangat takut jika Ayu marah dan meminta cerai. Bisa jadi miskin aku kalau cerai beneran sama si Gajah ini.
"Kelamaan, kamu sih dari tadi pagi aku hubungin tapi nggak kamu respon," rengek Claudia lagi. Aku mencoba melepaskan gandengan tangan Claudia dari tanganku, karena dari tadi mata Ayu melotot kearahku.
"Iya, tadi ada meeting. Aku juga udah telpon balik tapi kamu nggak angkat," ujarku sambil melepaskan jas dan menaruh tas kerja di sofa.
Seperti biasa Ayu dengan sigap mengambil baju jas yang aku tanggalkan dan juga tas kerjanya. Melihat itu Claudia segera berjalan kearah Ayu dan merampas semua yang dipegang oleh Ayu.
"Sini, kamu itu nggak berhak tau nggak buat ngelayani Adam!" teriak Claudia.
Kulihat Ayu hanya tersentak kaget, tapi hanya sebentar. Karena setelah itu, ada senyum tipis yang terukir pada wajahnya.
"Aku lupa, kalau sekarang ada pembantu baru yang akan ngelayani semuanya dirumah ini," ucap Ayu santai.
"Maksud kamu apa? Kamu bilang aku pembantu?" tanya Claudia dengan suaranya yang meninggi. Aku hanya bisa menggaruk tenggkukku yang tidak gatal, ternyata jika perempuan ribut begini. Lebih baik aku diam, nanti jika mereka sudah cakar-cakaran baru aku bertindak.
"Aku nggak bilang gitu, mungkin kamu ngerasa aja kali," ucap Ayu sinis.
"Mas, kamu kok diam aja sih. Kamu nggak denger si gajah bengkak ini ngatain aku babu?" rajuk Claudia marah.
"Kamu sebaiknya pulang aja ya, nanti malam aku jemput," usirku lembut. Aku tidak ingin ada keributan dirumah ini, capek pulang kerja bukannya bisa istirahat malah makin capek.
"Kamu ngusir aku?" teriak Claudia kearahku.
"Orang dirumah ini nggak budeg, jangan teriak-teriak. Kalau mau teriak sana di jalanan," maki Ayu dengan nada kesal yang membuat Claudia makin marah.
"Diam kamu, Ayu. Kamu denger ya, sebentar lagi juga rumah ini bakalan jadi rumahku. Aku akan meminta Adam agar segera menikahiku," ucap Claudia pongah.
"Bener kamu bakalan nikahin dia, Mas?" tanya Ayu padaku.
"Tentu saja, lagian kamu nggak usah cemburu gitu. Lagian selama ini juga kita nggak lebih dari suami istri di atas kertas kan?" jawabku jujur. Memang selama ini aku tidak pernah menganggapnya istri, dia hanya orang lain yang kebetulan dijodohkan denganku karena keadaan yang darurat. Jika saja Mama tidak mengancam akan bunuh diri, tentunya aku tidak akan menikah dengan dia.
"Kamu dengar itu gajah bengkak," ejek Claudia.
"Stop manggil aku gajah bengkak, kalian tau. Bukan inginku memiliki tubuh seperti ini. Bukan inginku juga jika harus menjalani hidup seperti ini!" teriak Ayu tepat di depan wajah Claudia.
Aku tercengang mendengar penuturan dan sikap Ayu barusan. Aku tidak pernah melihat dia semarah ini, kadang jika dia marah padaku dia hanya akan menangis dan mengurung diri di kamarnya. Atau dia akan menghabiskan semua makanan yang ada di dapur juga di dalam kulkas.
"Kamu jangan marah dong, yang aku bilang kan fakta," ucap Claudia lagi memanas-manasi Ayu.
"Oke, kalau kalian memang mau menikah silahkan. Tapi silahkan kalian keluar dari rumah ini."
Deg!
Jantungku seakan berhenti berdetak, Ayu mengusirku dari rumah ini. Itu berarti aku tidak akan ada lagi tempat tinggal, karena Mama dan Papa pasti tidak akan menerimaku.
"Hei, sadar! Rumah ini milik Adam. Kamu yang seharusnya keluar dari sini," ucap Claudia lagi.
Dengan cepat, aku menarik tangannya Claudia keluar. Walaupun dia terkejut melihat sikapku yang tiba-tiba, tapi aku tidak perduli. Sekarang yang terpenting, Claudia jangan sampai tau jika rumah ini sebenarnya milik Ayu. Jika Claudia sampai tau jika aku sudah jatuh miskin, dia pasti akan meninggalkan aku. Sedangkan aku tidak ingin kehilangannya, walaupun sikapnya sekarang sangat jauh berbeda dengan sikapnya dulu saat kami masih berhubungan di dunia maya. Tapi aku tidak ingin memutuskan hubungan dengannya, aku tidak suka banyak orang asing yang hadir dalam hatiku.
"Kamu kenapa sih, Mas?" tanya Claudia saat kami sudah berada diluar rumah. Aku menyentak tangan Claudia kasar, karena aku tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi.
"Dengar, Claudia. Aku tidak ingin kamu kesini lagi, karena bagaimanapun Ayu itu tetap istriku," jelasku.
"Apa, Mas? Tau nggak kamu gimana sakitnya hati aku saat kamu bilang seperti barusan?" marah Claudia dengan menatapku tajam.
"Nggak gitu maksudnya, tapi aku cuma nggak mau kalau kamu di cap pelakor oleh orang lain," jelasku lagi.
"Kalau gitu, kamu nikahin aku," sungut Claudia yang membuatku menelan ludah yang terasa kering.
"Kenapa kamu diam, Mas? Bukankah selama ini kamu maksa buat kita nikah siri, sekarang ayo kita nikah," sambung Claudia lagi marah karena tidak mendapatkan jawaban dariku.
"Oke, nanti aku akan atur waktunya. Karena aku akan meminta ijin juga dari orang tuaku."
"Kalau gitu, antar aku pulang," ucapnya yang langsung masuk kedalam mobilku, dan menutup keras pintu mobil.
"Kalau kamu mau pergi untuk mengantarkan dia, jangan bawa mobilku, Mas!" teriak Ayu dari depan pintu rumah. Aku sedikit terkejut karena sepertinya Ayu sudah berada disitu sejak tadi. Apakah dia mendengar semua pembicaraanku dengan Claudia tadi.
"Tapi, ini juga mobilku," tolakku cepat. Enak saja main perintah-perintah, ini juga mobilku walaupun Papa mertua yang membelikannya.
"Aku akan menelpon, Papa." Ayu terlihat mengeluarkan ponselnya dan mengusap-usap layar pada benda pipih tersebut.
"Oke-oke, cerewet banget!" gerutuku kesal. Terpaksa aku membuka kembali pintu mobil yang sudah dinaiki oleh Claudia.
"Sayang, kayaknya aku nggak bisa anterin kamu deh. Soalnya, perutku sakit banget," aku mencoba membuat alasan agar Claudia tidak marah karena aku menolak permintaannya.
"Kamu jangan bohong, Mas. Barusan kamu baik-baik aja kok," ucap Claudia yang melihat sinis kearahku.
"Beneran, Sayang. Perutku sakit banget," aku memegang perutku dan pura-pura meringis kesakitan.
"Yaudah, aku minta uang buat pulang naik taksi." Akhirnya Claudia keluar dari dalam mobil dan menyentakkan kakinya di lantai.
"Ini, Sayang," aku memberikan beberapa lembar uang merah padanya. Sengaja aku lebihkan, agar dia tidak merajuk.
"Nanti malam kamu jangan telat," ucap Claudia sebelum pergi.
"Siap, Tuan Putri," aku memberikan tanda hormat padanya, karena aku tau dia suka jika aku memprioritaskan dia.
Setelah memastikan Claudia menaiki taksi, aku langsung masuk kedalam rumah. Meskipun tadi Mang Maman melihatku dengan pandangan aneh, aku biarkan saja. Toh, dia hanya satpam disini, akulah yang menggajinya.
Aku segera melangkahkan kaki kedalam kamar, lebih baik aku mandi dan istirahat sebentar. Karena satu jam lagi aku akan kembali menjemput Claudia untuk makan malam. Setelah membersihkan diri, aku mengenakan pakaian rumahan.
"Mas, kamu mau minum apa?" tanya Ayu saat masuk kedalam kamar.
"Nggak usah!"
"Tapi aku udah buatin kamu Cappucino cincau," ucap Ayu sambil menyodorkan satu gelas minuman kesukaanku. Selalu begini, dia selalu tau tentang apa yang aku suka dan apa yang aku tidak suka. Bahkan sepertinya Ayu lebih tahu aku dibanding Claudia yang sudah bertahun-tahun berada disisiku. Jika aku bersama Ayu, aku akan merasa di hormati. Aku merasa dimanja dan juga diperhatikan, dia memperlakukan aku seperti bayi besar. Sebaliknya jika dengan Claudia, aku akan berada di posisi Ayu untuk memperhatikan Claudia.
"Makasih," ucapku mengambil gelas yang disodorkan oleh Ayu.
"Nggak terlalu manis kok," ucapnya lagi yang mampu membuatku tersenyum, dia tau jika aku tidak suka manis.
"Hhmm," jawabku sok cuek.
"Aku nanti malam mau keluar, kalau kamu juga mau keluar silahkan."
"Nggak, Mas. Aku dirumah aja," jawab Ayu, lalu dia langsung keluar.
Aku meneguk minuman kesukaanku dengan cepat, enak sekali, aku sudah lama tidak minum minuman seperti ini. Jika bersama Claudia, dia akan melarangku meminum minuman seperti ini. Katanya akan membuat tubuh cepat gemuk, tapi sepertinya sekali-kali tidak masalah.
Setelah menghabiskan setengah gelas minuman, kepalaku langsung terasa berat. Rasanya mataku sangat berat, aku sangat ngantuk. Dengan hati-hati aku menaruh gelas pada nakas, dan tanpa sadar aku naik ke atas tempat tidur, setelah itu kesadaranku hilang.
ISTRI 100 KILOGRAMPART 6Aku menguap berkali-kali setelah mencoba membuka mata yang masih terasa berat. Perutku terasa perih karena lapar, apalagi aku mencium aroma nasi goreng seafood yang sepertinya sedang dimasak oleh Ayu. Aku segera bangun dan segera melihat jam pada dinding kamar, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh. Segera aku bangun, tanpa mencuci muka aku menggunakan pakaian santai untuk keluar makan malam bersama Claudia.Setelah rapi, aku mengambil ponsel dan kunci mobil dan segera bergegas keluar. Aroma nasi goreng menguar ke seluruh ruangan, cacing di perutku seakan meronta-ronta meminta untuk diberi makan. Aku segera menuju kedapur untuk memgecek apa yang sedang dimasak oleh Ayu."Kamu sudah bangun, Mas?" tanya Ayu ketika melihatku datang."Iya, kamu masak apa?" tanyaku penasaran."Nasi goreng seafood, kari kambing dan juga gulai ayam. Aku mau kerumah Mama kamu," jawab Ayu tanpa menoleh ke arahku. Dia sibuk berkutat dengan dapur, aku melihat kearah makanan yang sudah
ISTRI 100 KILOGRAMPart 7Pov AyuMalam ini datang juga saat yang aku tunggu-tunggu, perasaan senang bercampur aduk dengan rasa penasaran. Aku akan segera bertemu dengan Dokter Danis– Dokter Spesialis Gizi. Sebenarnya aku ingin diet sendiri tanpa harus berkonsultasi dengan dokter. Tapi sudah beberapa minggu tidak ada hasil sama sekali, berat badanku tidak turun bahkan satu ons pun. Padahal aku sudah menguranginya jatah makan malam, juga mengurangi yang namanya ngemil. Tapi tetap saja tidak ada perubahan yang berarti.Tidak aku pedulikan lagi teriakan Mas Adam yang dari tadi memanggil namaku, dia mungkin marah karena aku mengambil mobil kesayangannya yang dihadiahkan oleh Papa. Mungkin selama ini aku mengalah karena ingin mempertahankan rumah tangga kami yang baru seumur jagung, tapi sekarang aku tidak mau pura-pura bodoh dan terus diam saja ketika fasilitas dipakai oleh Claudia.Untung saja aku mempunyai sahabat sebaik Talita, dia yang memperkenalkan aku dengan Dokter Danis. Sebenarny
ISTRI 100 KILOGRAMPart 8Brak!Ayu menutup pintu kamar dengan keras, aku sampai terlonjak kaget karena suara dentuman pintu. Saat ini aku baru saja pulang makan malam bersama Claudia, tapi rasanya tidak semanis dulu. Hubunganku dengan dia sangatlah hambar, mungkin ini karena dia terlalu cemburu dengan kehadirannya Ayu. Padahal aku sama sekali tidak menyentuhnya, bahkan aku selalu tidur terpisah dari Ayu. Dan sekarang, aku juga harus tidur di kamar tamu karena sepertinya Ayu mengunci pintu kamar dari dalam. Akhir-akhir ini sikap Claudia berubah, dia tidak lagi sehangat dulu.Dia juga tidak menyukai bunga Lily yang aku berikan, padahal selama ini dia menyukai bunga itu. Aku menggaruk kepala frustasi, hidupku sangat berantakan sekarang. Andai saja Papa tidak bangkrut, mungkin aku tidak harus menikah dengan si gendut itu. Jika saja teman-temanku tau jika aku memiliki istri seperti Ayu, habis sudah reputasiku.Dengan pelan aku langkahkan kakiku, rasanya kepalaku hampir pecah menghadapi ma
"Kamu mau kemana?" tanyaku penasaran."Kamu mau minggat? Jawab!" bentakku, karena tidak kutemukan jawaban apapun darinya."Iya, hanya dua bulan kok.""Dua bulan kamu bilang 'kok'? Aku nggak kasih ijin," ketusku marah. Entah mengapa, aku tidak rela jika Ayu pergi dari sini. Rumah sebesar ini tidak mungkin aku yang menguhinya sendirian."Ijin? Kamu lupa atau pikun, Mas? Kamu yang bilang jika aku kemana-mana nggak usah ijin dari kamu. Sekarang kenapa kamu ngelarang aku pergi?" sungutnya sambil menatap tajam kearahku. Aku hanya menelan air ludah yang terasa kering, skakmat! Aku kehabisan kata-kata sekarang."Aku cuma istri di atas kertas, aku hanya kamu nikahi agar Papa kamu mendapat suntikan dana dari Papaku!""Kenapa sekarang kamu diam, Mas? Aku yang salah atau kamu yang keliru?" teriaknya nyalang. Hatiku terasa bergemuruh hebat, dadaku berpacu cepat. Tenang, Adam. Kamu tidak boleh memperlihatkan bahwa kamu akan merasa kehilangan, kamu tidak boleh menjilat ludah kamu sendiri."Terserah
ISTRI 100 KILOGRAMPart 9"Mas, kamu ngundang Ayu juga kesini?" tanya Claudia melihat kearahku dengan tatapan yang sulit aku artikan."Mana mungkin aku sebodoh itu, kalau aku undang dia juga ngapain aku ajak kamu kesini," ketusku kesal. Mataku terus saja mengawasi tingkahnya Ayu didepan Danis, dasar sok kecantikan. Dia padahal melihatku dengan Claudia berdiri disini, tapi dia bersikap seperti tidak mengenalku."Kamu mau terus liatin mereka atau mau ikut aku masuk kedalam," sindir Claudia yang mencubit lenganku."Eh, i-iya. Kita masuk aja, lagian acaranya juga mau dimulai kok," jawabku serta menarik tangan Claudia menuntunnya menuju kedalam. Di dalam terlihat begitu banyak para tamu undangan yang sudah datang, mereka semua tampaknya membawa pasangannya masing-masing. Jelas saja, di kartu undangan Danis sengaja membuat tulisan jika datang harus membawa pasangannya. Sekalian promosi katanya, karena banyak sekali kulihat para wanita yang sedang mencoba beberapa skincare yang juga di jual
ISTRI 100 KILOGRAMPart 10POV AyuAku tergugu melihat tingkah Mas Adam yang semakin menjadi, tapi bolehkah aku jujur jika aku masih sangat mencintainya. Pernikahan ini adalah pernikahan yang paling aku impikan selama ini. Apalagi aku menikah dengan laki-laki yang mampu mencuri hatiku selama bertahun-tahun. Dia masih bertahta di sana bahkan sampai kapanpun.Aku tau, jika Mas Adam mungkin masih bingung dan pusing karena dijodohkan secara tiba-tiba. Tapi tidak bisakah dia melihatku sekali saja, dia bahkan tidak membelaku saat Claudia menghina dan mencaci maki diriku.Sekarang, dia malah mengunci pintu kamar dari dalam. Seharusnya dia minta maaf padaku atas kejadian tadi di acaranya Dokter Danis. Untung saja tadi ada Talita juga Dokter Danis yang mengantarku pulang. Padahal sudah ku tolak tawarannya itu. Tapi dia tetap kekeuh ingin mengantarku karena dia merasa bersalah."Ck"Aku berdecih sendiri di ruang keluarga, orang lain saja perhatian padaku. Sedangkan suamiku sendiri, malah semaki
ISTRI 100 KILOGRAMPart 11POV Ayu"Kenapa, Mas? Kamu bingung kan mau jawab apa! Sudahlah, minggir. Jangan menghalangiku," cercaku pada Mas Adam. Orang yang aku tanya hanya diam tanpa suara, dia malah merenggangkan genggamannya di koperku. Claudia tersenyum sinis melihat kearahku, dia menang lagi kali ini."Pergilah, jangan pernah kembali kesini lagi," ejek Claudia padaku. Aku melihatnya dengan tatapan jijik, mengingat semua usaha jahatnya mendapatkan Mas Adam."Claudia, sebaiknya kamu juga pulang sekarang. Aku ingin sendiri," ucap Mas Adam tanpa menoleh kearah Claudia. Sekarang giliranku yang tersenyum mengejek kearah Claudia."Nggak bisa gitu dong, Mas. Aku mau disini, aku pengen ngerawat kamu," rengek Claudia manja, tapi kulihat Mas Adam masih bergeming ditempanya."Claudia, aku mohon. Please!" tegas Mas Adam lagi. Claudia terlihat menyentakkan kakinya di lantai karena marah di usir, aku tidak tau apa yang membuat Mas Adam tiba-tiba berubah baik padaku. Semoga saja ini bukan rencan
ISTRI 100 KILOGRAMPart 12Tok Tok Tok!"Pak Adam."Terdengar suara teriakan dari luar memanggil namaku, ah rasanya masih terlalu pagi untukku harus bangun. Badanku rasanya remuk, mungkin karena aku baru sembuh dari sakit. Makanya aku merasakan pegal di seluruh tubuhku, ini pasti karena aku terus tidur sepanjang hari. Saat aku membuka mata, hal pertama yang aku lihat adalah koper yang berada di dekat lemari.Deg!Kosong, artinya Ayu benar-benar pergi meninggalkan aku. Aku segera bangkit dari tempat tidur dan langsung berjalan kearah luar. Pantas saja dari tadi tidak ada yang membukakan pintu, ternyata Ayu sudah pergi.Klek!"Maaf, Pak Adam. Kami mengganggu," ucap Mang Maman. Ternyata yang dari tadi memanggil namaku adalah Mang Maman dan istrinya Mbok Darmi. Mungkin mereka baru saja sampai, makanya tidak bisa masuk karena pintu terkunci. "Iya, tidak apa-apa." Setelah mengatakan itu, aku langsung masuk lagi ke kamar. Setelah menutup pintu kamar, aku melihat sekeliling. Ternyata Ayu tid
ISTRI 100 KILOGRAMPart 40Aku pulang dengan perasaan kacau, sepeti hatiku yang sedang berkecamuk. Ayah menyuruhku menikah dengan wanita pilihannya, tentu saja aku tolak mentah-mentah. Aku sudah memiliki Ayu, wanita yang paling istimewa setelah Ibu."Ayah nggak mau tahu, kamu tetap harus menikah dengan Jenni. Dia itu anak teman bisnis Ayah," perintah Ayah tadi saat aku masih berada dirumahnya."Nggak bisa, Ayah. Aku sudah tunangan, dan nggak mungkin aku menikah dengan perempuan lain lagi," tolakku cepat.Dengan wajah merah padam, Ayah bangkit dan menyalakan rokoknya. Aku tahu dia sangat marah, Ayah tidak suka penolakan."Siapa perempuan itu?" tanya Ayah datar."Namanya Ayu, dia baik dan lembut. Dia juga dari keluarga terhormat, Ayah tenang saja," terangku setenang mungkin, Ayah tidak boleh tau jika aku sedang gugup."Baik, beri Ayah waktu untuk berpikir. Karena sebelum kamu menikahi wanita itu, Ayah harus tau siapa orang tuanya terlebih dahulu," seru Ayah.Aku sedikit tenang setelah A
ISTRI 100 KILOGRAMPart 39Pov DanisSetelah meluapkan semua kekesalan yang tersimpan dalam hati, aku segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Adam yang masih terpaku mendengar penuturanku tadi. Dia pasti tidak menyangka jika aku sudah tau semuanya, bukan hanya aku, tapi juga Ayu.Ketika itu aku senang mengobrol dengan Papanya Ayu. Dia mengatakan jika seharunya pernikahanku dengan Ayu di percepat. Tentu saja itu berita yang membahagiakan bagiku, apalagi aku sudah tidak sabar untuk memiliki Ayu seutuhnya.Pak Pratama juga berjanji akan menjaga Ayu agar tidak lagi dekat dengan Adam. Dia telah menyewa beberapa orang untuk mengawasi gerak-gerik Adam. Pak Pratama juga tau, jika yang mendonorkan mata untuk Ayu adalah Mamanya Adam. Tapi itu sama sekali tidak membuat hati Pak Pratama luluh untuk menjodohkan Adam kembali dengan Ayu.Namun saat kami berbicara, Ayu ternyata sudah mendengar semuanya. Dia sangat marah dan kecewa pada kami berdua, bahkan sampai saat ini dia mengurung diri di da
ISTRI 100 KILOGRAMPart 38Pov Adam.Sudah tujuh bulan sejak kejadian itu aku tidak pernah kembali lagi ke sana, melihat wanitaku yang kini hampir sepenuhnya menjadi milik orang lain. Kutatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama wanita yang pernah melahirkanku. Wanita yang membesarkanku dengan kasih sayangnya. Mungkin, inilah titik terendah dalam hidupku saat ini.Tidak ada yang salah dengan keadaan ini, hanya saja waktu yang kurasa belum tepat. Kurasa, semua ini memang pantas kami terima setelah semua penghinaan dan cacian yang dulu pernah kami lontarkan padanya.Aku memilih untuk menetap disini, karena jika aku disini aku bisa lebih leluasa untuk menjenguk makam Mama. Tidak ada yang tau jika Mama sudah tiada, hanya aku dan Papa yang tau. Karena kondisi yang tidak memungkinkan serta satu dan lain hal, kami memilih memakamkan jenazah Mama di negeri orang."Bilang sama, Ayu. Mama minta maaf," lirih Mama waktu itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil menangis melihat kondisi Mama yang ti
ISTRI 100 KILOGRAMPart 37Pov Ayu."Mas Adam kabur dari rumah?" tanyaku lagi memastikan jika aku memang tidak salah dengar."Iya, Non. Mereka bertengkar hebat. Waktu Den Adam kabur dari rumah, Nyonya sama Bapak berusaha ngejar. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba Mbak dapat telepon dari rumah sakit mereka bertiga dirumah sakit karena kecelakaan.""Terus mereka kenapa sampai dibawa ke Singapura, aa?" tanyaku lagi. Inikah alasan Mas Adam tidak menemuiku ketika aku kecelakaan."Karena kondisi Nyonya parah, makanya Bapak bawa Nyonya kesana," jelasnya lagi.Aku kesini untuk mendapatkan jawaban atas semua kejadian yang menimpaku, tapi yang aku dapatkan malah teka-teki yang lebih besar.💜💜💜💜💜💜💜💜Setelah pulang dari rumahnya Mas Adam, kini aku baru menyadari jika banyak hal tentangnya yang belum aku ketahui.Dia bahkan menyembunyikan hal serumit ini padaku, apa sebenarnya Papa dan Mama tau masalah ini. Hanya saja mereka tidak mau memberitahu agar aku tidak salah kaprah.Masih tern
ISTRI 100 KILOGRAMPart 36Pov AyuAku terus berlari di antara ratusan tamu yang hadir, tujuanku adalah Mas Adam. Tidak apa jika dia meninggalkan aku, tidak apa jika dia menceraikan aku. Tapi dia harus menjelaskan kenapa dia tiba-tiba ingin berpisah seperti ini. Padahal sebelum kecelakaan, dia selalu memohon padaku agar aku tidak meninggalkan dia. Juga selalu meminta kesempatan kedua untuknya memperbaiki kesalahannya dulu."Ayu, tunggu." Itu suara Danis, aku yakin dia juga mengejarku. Tapi biarlah, aku hanya ingin mendapatkan sebuah penjelasan.Setelah lama mencari, tidak ada jejak Mas Adam. Dia menghilang lagi, menghindariku. Entah kemana dia, aku menopang kedua tanganku pada lutut. Nafasku sampai ngos-ngosan karena kelelahan mengejar Mas Adam. Aku tidak mungkin salah lihat, tadi Mas Adam turun menggunakan tongkat dan juga dibantu oleh orang lain."Kamu mau kemana?" tanya Danis saat dia sudah berada di sampingku. Dia juga terlihat sangat capek karena ikut berlari bersamaku."A-aku…."
ISTRI 100 KILOGRAMPart 35Pov Ayu.Aku memutar-mutar cincin dijari manisku, ini adalah cincin pengikat bahwa aku dan Danis sekarang bertunangan. Hatiku bertanya apakah aku sudah siap untuk kebangkitan menikah dan menjadi seorang istri.Pikiranku masih tertuju dengan pernikahanku dengan Mas Adam dulu. Aku tidak menyangka jika aku akan menikah dua kali, karena impianku dari dulu adalah menikah sekali seumur hidup.Tok Tok Tok!"Non, ada Den Danis di depan." Terdengar suara Mbok Darmi yang memanggilku dari luar. Hari ini aku akan datang ke pernikahannya Talita dan Anta. "Suruh tunggu aja, Mbok. Bilang aja aku lagi siap-siap," jawabku setengah berteriak agar Mbok Darmi dengar.Aku segera mengambil tas kecil dan memasukkan ponsel kedalamnya. Aku juga kembali mematut diri di depan cermin, memperhatikan penampilanku sekali lagi. Selama tujuh bulan aku mengalami kebutaan, berat badanku semakin turun. Terakhir aku menimbangnya di angka 55kilo.Tapi bukannya ini yang aku inginkan dari dulu? M
ISTRI 100 KILOGRAMPart 34Pov Ayu.Untuk kesekian kalinya aku mencium bau khas rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang terakhir aku ingat adalah ketika aku akan dibawa ke ruang operasi. Juga ingatan suara Mama dan Papa yang memberikanku semangat."Kamu sudah sadar, Sayang?" tanya Mama padaku. Aku belum bisa melihat wajah cantiknya, badanku rasanya susah untuk digerakkan."Eump." Hanya itu yang bisa aku ucapkan, pertanda memang aku suka sadar."Alhamdulillah, kata suster nanti perbannya udah bisa dibuka kalau Dokter bilang sudah bisa," ucap Mama dengan nada penuh syukur. Aku sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat menyayangiku. Mereka menjagaku siang dan malam, dari bayi hingga sekarang."Aku haus, Ma," ujarku meraba-raba ke arah Mama."Sebentar."Sesaat kemudian Mama menyodorkan aku air yang diminum melalui pipet. Aku meminumnya sedikit demi sedikit, rasanya tenggorokanku sudah kering berhari-hari."Papa mana, Ma?" tanyaku pada Mama."Papa ke kantor, Sayang. S
ISTRI 100 KILOGRAMPart 33Pov Ayu.Hari ini hujan kembali turun membasahi bumi, aku berdiri terpaku di jendela kamar yang terbuka. Aku sengaja membuka jendela kamar agar aku bisa merasakan air hujan yang masuk kedalam kamar diterpa angin."Sayang, kamu sudah siap?" tanya Mama yang mengejutkanku. Aku hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Mama."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mama yang melihatku memakai kebaya yang katanya berwarna ungu muda, warna kesukaanku.Hari ini tepat tujuh bulan setelah perceraianku dengan Mas Adam. Semuanya masih seperti mimpi untukku, dia datang dan pergi sesukanya. Ini sungguh tidak adil bagiku, karena sejak hari kecelakaan yang menimpaku dia tidak pernah lagi hadir.Bahkan dia menyuruh orang untuk menangani perceraian kami. Katanya, aku tidak usah hadir ke pengadilan agar proses perceraian kami berjalan dengan cepat.Papa dan Mama juga menyuruhku untuk diam saja dirumah, karena jika aku tidak hadir di dalam sidang perceraian maka sidang
ISTRI 100 KILOGRAMPart 32Pov Ayu"Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Mama padaku. Kata Dokter hari ini aku sudah boleh pulang, dan Mama sudah bersiap-siap dari tadi. Banyak barang yang harus dibereskan. Masalah administrasi diurus oleh Danis, dia selalu disini. Menemaniku setiap hari dan setiap malam, bahkan dia menyerahkan pada temannya permasalahan klinik kecantikannya."Sudah, Ma," jawabku sambil memutar-mutar cincin di jari manis ku. Cincin pernikahanku dengan Mas Adam, cincin yang tidak pernah lepas dari jariku.Tes!Air mataku kembali menetes, akhir-akhir ini aku sangat sering menangis. Entah apa yang aku tangisi, aku seperti orang yang sedang banyak pikiran tapi tidak tau apa yang aku pikirkan."Kamu nangis lagi?" tanya Mama yang tiba-tiba memegang pipiku yang basah. Cepat aku hapus air mata yang terus mengalir tanpa henti, aku tidak ingin membuat Mama kembali menangisi nasibku yang menyedihkan ini."Kamu masih memikirkan Adam?" tanya Mama lembut sambil mengelus rambutku yang se