ISTRI 100 KILOGRAM
PART 6
Aku menguap berkali-kali setelah mencoba membuka mata yang masih terasa berat. Perutku terasa perih karena lapar, apalagi aku mencium aroma nasi goreng seafood yang sepertinya sedang dimasak oleh Ayu. Aku segera bangun dan segera melihat jam pada dinding kamar, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh. Segera aku bangun, tanpa mencuci muka aku menggunakan pakaian santai untuk keluar makan malam bersama Claudia.
Setelah rapi, aku mengambil ponsel dan kunci mobil dan segera bergegas keluar. Aroma nasi goreng menguar ke seluruh ruangan, cacing di perutku seakan meronta-ronta meminta untuk diberi makan. Aku segera menuju kedapur untuk memgecek apa yang sedang dimasak oleh Ayu.
"Kamu sudah bangun, Mas?" tanya Ayu ketika melihatku datang.
"Iya, kamu masak apa?" tanyaku penasaran.
"Nasi goreng seafood, kari kambing dan juga gulai ayam. Aku mau kerumah Mama kamu," jawab Ayu tanpa menoleh ke arahku. Dia sibuk berkutat dengan dapur, aku melihat kearah makanan yang sudah di masak oleh Ayu. Liurku seakan mau menetes membayangkan betapa lezatnya makanan ini. Tanpa sadar tanganku mencomot daging kambing, baru satu suapan aku sudah merasakan kenikmatan, Ayu memang jago masak.
"Kamu ngapain kerumah Mama malam-malam begini?" tanyaku lagi, tanganku terus saja mencomot daging kambing yang dimasak kari.
"Kamu mimpi?" tanya Ayu yang menoleh ke arahku, bahkan dia tertawa ketika melihatku.
"Maksud kamu apa?" sewotku, aku tidak suka ditertawakan begitu.
"Kamu mau ke kantor dengan pakaian seperti itu?" tanya Ayu lagi sambil menunjuk kearahku menggunakan centong.
"Aku mau makan malam sama Claudia, aku pergi dulu," sungutku kesal, dengan cepat aku mencuci tangan di wastafel lalu melangkah pergi keluar rumah.
Ketika aku membuka pintu utama, mataku melotot melihat pemandangan di depan. Jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya, kakiku terasa kaku dan lidahku terasa kelu.
"Ayuuuuuuuuuu!" aku berteriak menyebut nama Ayu dengan keras. Segara aku berbalik untuk menemuinya di dapur, saat sampai di dapur aku melihat Ayu sudah terduduk dilantai sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kamu mau kemana, Mas?" tanya Ayu lagi sambil tertawa. Dia menertawakan aku sampai air matanya mengalir di pipi.
"Kenapa kamu nggak bangunin aku semalam, ini udah pagi Yu. Pagiii!" bentakku kesal. Habis sudah hubunganku dengan Claudia kali ini, aku bahkan tidak berani memeriksa ponselku.
"Ha-ha-ha… aku pikir kamu nggak jadi makan malamnya. Kamu tidurnya pulas banget kayak orang mati," ucap Ayu yang masih menertawakan aku.
"Istri durhaka memang kamu, suami linglung masih ditertawakan," sungutku kesal. Tawa Ayu langsung hilang, berganti senyuman yang sulit aku artikan. Dia pun bangun dari duduknya lalu berdiri dan menghadap kearah ku.
"Kamu nganggap aku istri, Mas?" tanya Ayu yang melihat tulus kearah mataku. Aku menjadi salah tingkah setelah Ayu menanyakan hal barusan, aku kecoplosan saat mengatakan jika dia istri durhaka.
"Kamu jangan salah sangka, kamu memang istriku. Istri diatas kertas!" ketusku. Wajah Ayu yang semula berseri seketika berubah menjadi murung. Aku sedikit merasa bersalah, tapi sudahlah apa peduliku.
Ayu kembali sibuk dengan aktivitasnya, dia mengambil rantang untuk mengisinya dengan makanan yang telah dia masak tadi.
"Kamu beneran mau kerumah, Mama?" tanyaku.
"Hhmm."
"Aku lapar, sisakan sedikit makanan untukku," ucapku pelan ketika melihat Ayu memasukkan semua makanan ke dalam rantang tanpa menyisakan sedikit saja untukku. Padahal aku sudah sangat lapar, dan harus segera ganti baju untuk ke kantor. Permasalahan dengan Claudia biar ku selesaikan saja nanti, setelah pulang ke kantor aku akan segera menemuinya.
Tanpa menjawab Ayu terlihat cekatan memisahkan makanan untukku, aku segera kembali ke kamar untuk mandi dan memakai pakaian kantor. Ini sudah sangat telat, untung saja hari ini aku tidak ada meeting penting. Sekembalinya aku ke dapur, Ayu terlihat membersihkan semua peralatan masak yang digunakan tadi. Biasanya akan ada Mbok Darmi yang akan membersihkannya.
"Aku ijin ke rumah Mama ya. Tadi Mama telpon katanya mau ketemu," ucap Ayu sambil membilas wajan.
"Mama kamu atau Mamaku?" tanyaku.
"Mama kamu," jawab Ayu singkat.
"Jangan ngadu yang bukan-bukan," ketusku setelah menghabiskan semua makanan yang disiapkan oleh Ayu.
"Hhmm."
"Mau sebaik apapun kamu, nggak akan ngerubah keadaan dan situasi kita, ingat itu!" selorohku lagi sambil beranjak pergi. Aku harus segera ke kantor, ada beberapa dokumen yang belum akan tanda tangan. Ponselku terus bergetar dari tadi, dan aku yakin jika itu panggilan dari Claudia.
Setelah bersiap-siap, aku tidak mendapati Ayu lagi di dapur. Entah dimana dia, suami berangkat kerja bukannya mempersiapkan semua kebutuhanku, ini malah pergi entah kemana.
Terpaksa aku mengambil sendiri sepatu dan tas kerja, seharusnya bersyukur Ayu punya suami seperti aku. Udah tampan, keren, bahkan semua wanita menginginkan untuk menjadi istriku. Tapi sayangnya hatiku sudah aku serahkan pada 'Lady rose' alias Sarah Claudia.
*
Tok Tok Tok
"Masuk!"
"Maaf, Pak Adam. Ada yang mencari bapak," ucap Suci Sekretarisku di kantor. Saat ini aku memang sedang tidak sibuk, tapi aku juga sedang malas menerima tamu. Karena takutnya yang datang adalah Claudia atau Ayu, jadi sebaiknya aku istirahat saja. Aku juga sebenarnya sudah lelah menghadapi tingkah Claudia, tapi aku masih mencintainya.
"Siapa? Bilang saja saya lagi sibuk," tegasku pada Suci.
"Tapi dia maksa mau masuk, Pak. Katanya penting," ujar Suci lagi.
"Laki-laki atau perempuan?" tanyaku memastikan. Karena jika laki-laki mungkin masih bisa dipertimbangkan.
"Laki-laki, Pak. Namanya Danis," jawab Suci menjelaskan siapa tamu yang datang. Seketika senyumku berkembang, tentu saja aku senang, karena yang datang adalah sahabatku sejak SMA. Tapi dia lebih memilih meneruskan pendidikannya di luar negeri. Dia memang sangat ingin menjadi seorang dokter profesional.
"Suruh dia masuk," jawabku sambil tersenyum.
"Baik, Pak." Suci pun keluar dari ruangan kerjaku, tidak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka dari luar. Seorang laki-laki dengan tinggi badan 175cm, pemain basket terkenal pada masanya. Hidung mancung serta kulit yang putih bersih, siapa yang menyangka jika seorang Danis yang dulunya kumal karena selalu bermain di bawa terik matahari sekarang menjelma bak seorang model.
"Hai, Bro. Apa kabar?" tanyaku sumringah sambil berjalan mendekatinya.
"Baik-baik, Lo apa kabar?" ujarnya sambil berjabat tangan lalu kami sedikit berpelukan. Karena sudah hampir 5 tahun kami tidak pernah lagi bertemu, dia sempat kuliah di universitas yang sama denganku. Tapi entah mengapa tiba-tiba dia keluar dan lebih memilih kuliah di luar negeri.
"Lo kapan pulang ke Indo coba? Tiba-tiba datang kesini, bikin gue syok tau nggak?" tanyaku sambil menyuruhnya duduk di sofa ruangan.
"Gue udah seminggu disini, karena ada panggilan khusus," jawabnya.
"Lo keren banget sekarang, udah nggak dekil kayak dulu. Ha-ha-ha."
"Lo bisa aja, yang ada itu Lo yang keren. Udah jadi direktur aja," kelakarnya sambil menunjuk pada papan namaku yang bertengger di atas meja.
"Gue emang udah keren dari dulu," candaku lagi. Kemudian kami larut dalam pembahasan tentang kenangan masa lalu, juga tentang Danis yang meneruskan kuliah di luar negeri. Ternyata dia mengambil jurusan kedokteran, Dokter Ahli Gizi. Dan dia juga pulang kesini karena ada pekerjaan.
"Eh, btw Lo udah nikah ya." Tiba-tiba Danis menanyakan tentang statusku, seketika aku terdiam dan bingung mau menjawab apa. Karena tidak mungkin aku mengatakan jika aku memiliki istri gendut 100 kilo. Bisa jatuh harga diriku jika Danis tau, dia bisa saja menertawakan aku karena seleraku yang jelek. Padahal aku menikah dengan Ayu karena terpaksa.
"Eh, kok bengong sih. Gue nanya, Lo udah nikah? Sama siapa, Claudia?" tanya Danis penasaran. Tanpa sadar aku mengangguk mengiyakan pernyataan dari nya, mungkin aku harus berbohong kali ini. Lagian nanti setelah bercerai dengan Ayu, aku juga akan menikahi Claudia. Jadi apa salahnya jika aku mengakui jika Claudia lah yang menjadi istriku, bukan Ayu si gajah bengkak.
"I-iya, sama siapa lagi coba? Lady Rose gue kan cuma dia seorang," selorohku sambil tertawa kecil.
"Langgeng ya, Lo sama dia. Gue pikir cuma cinta monyet biasa."
"Enak aja ganteng gini dikatain monyet, nyet Lo!"
"Ha-ha-ha, canda kali, Bro."
"Jadi apa rencana Lo selanjutnya?" tanyaku pada Danis.
"Gue akan menetap disini dulu sementara, setelah pekerjaan selesai, gue balik lagi ke Korsel," jawabnya menjelaskan.
"Sip, nanti kalau ada waktu kita sekali-kali reuni. Mereka semua mesti melihat perubahan seorang Danis," gurauku yang disambut tawa oleh Danis.
"Apaan, gue sibuk disini. Waktu gue cuma dua bulan, ini aja nanti malam gue harus ketemuan dulu sama klien."
Setelah bercerita panjang lebar, akhirnya Danis pamit pulang. Katanya dia juga sedang buru-buru, aku juga sudah bisa langsung pulang. Karena sudah tidak ada kegiatan penting lainnya, biarlah Suci saja yang mengurus semuanya. Aku segera pulang agar bisa bersiap-siap untuk makan malam bersama dengan Claudia.
Tadi siang aku sudah menghubunginya dan meminta maaf, dan syukurnya dia tidak marah padaku. Bunga yang kemarin sempat aku belikan untuknya sudah aku buang di tong sampah rumah. Aku akan membelikannya cincin saja, sebagai bukti jika aku benar-benar serius dengannya.
*
"Kamu mau kemana?" tanyaku pada Ayu yang sedang merias wajahnya.
"Aku mau keluar," jawabnya singkat.
"Jangan bilang kalau kamu mau ikutin aku sama Claudia untuk makan malam," aku menarik tangannya agar menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arahku. Aku tidak suka jika ada orang yang berbicara denganku tapi orang itu tidak melihat kearahku.
"Lepas!" ucap Ayu sambil menyentak tanganku yang memegangnya. Matanya merah, tidak seperti biasanya dia bersikap seperti ini.
"Oke, aku juga nggak peduli kamu mau kemana. Asalkan jangan ganggu acara makan malamku dengan Claudia," tegasku dengan menunjuk ke arahnya. Karena selama ini dia selalu berusaha agar aku jauh dari Claudia.
Aku segera memakai baju dan bersiap-siap akan berangkat menjemput Claudia. Tidak lupa aku mengambil kotak cincin yang aku beli tadi, sebagai hadiah untuk Claudia.
"Kunci mobilku dimana?" tanyaku pada Ayu yang juga siap untuk pergi.
"Di dalam laci."
"Maksud kamu yang ini?" tanyaku menenteng kunci mobilku yang dulu. Sudah lama sekali aku tidak memakai mobil ini. Biasanya Ayu yang menggunakannya kemanapun dia pergi, karena aku sudah mempunyai mobil hadiah dari Papa mertua.
"Iyalah, itukan kunci mobil kamu," ucapnya lalu berjalan mendahuluiku. Mau dia dandan secantik apapun juga, gajah ya tetap saja gajah.
"Maksudku kunci mobil yang biasanya aku pakai mana?" teriakku ketika dia sudah berada di luar kamar. Terpaksa aku mengejarnya sampai di ruang keluarga, mendengar pertanyaanku dia berhenti dan membalikkan badannya.
"Yang ini? Ini mobilku, dan mobilku ini tidak bisa menerima penumpang ular," jawabnya sinis lalu langsung pergi dari hadapanku. Aku berusaha mengejarnya, enak saja dia mau pergi memakai mobilku.
"Heh, dengar. Ini juga mobilku, sini kuncinya!" bentakku berusaha merampas kunci mobil dari tangannya.
"Jangan macam-macam, Mas. Ingat, kamu akan miskin jika kamu ketahuan selingkuh!" ancamnya marah. Ayu yang biasanya lembut, sekarang berubah menjadi pembangkang. Mendengar penuturannya barusan, aku beringsut mundur kebelakang. Sebaiknya aku harus bersabar, sampai keuangan Papa membaik.
Ddrrtt!
Ponsel Ayu berdering beberapa kali, kemudian dengan cepat dia mengambil ponselnya di dalam tas kecilnya itu.
"Halo, Dokter Danis. Jadi, saya sedang kesana," ucapnya berbicara dengan telepon.
"Kamu pergi dengan laki-laki?" tanyaku penasaran.
"Bukan urusan kamu!"
Setelah itu Ayu langsung pergi dengan mobil kesayangan ku, terpaksa aku harus menjemput Claudia dengan mobil jadulku dulu.
ISTRI 100 KILOGRAMPart 7Pov AyuMalam ini datang juga saat yang aku tunggu-tunggu, perasaan senang bercampur aduk dengan rasa penasaran. Aku akan segera bertemu dengan Dokter Danis– Dokter Spesialis Gizi. Sebenarnya aku ingin diet sendiri tanpa harus berkonsultasi dengan dokter. Tapi sudah beberapa minggu tidak ada hasil sama sekali, berat badanku tidak turun bahkan satu ons pun. Padahal aku sudah menguranginya jatah makan malam, juga mengurangi yang namanya ngemil. Tapi tetap saja tidak ada perubahan yang berarti.Tidak aku pedulikan lagi teriakan Mas Adam yang dari tadi memanggil namaku, dia mungkin marah karena aku mengambil mobil kesayangannya yang dihadiahkan oleh Papa. Mungkin selama ini aku mengalah karena ingin mempertahankan rumah tangga kami yang baru seumur jagung, tapi sekarang aku tidak mau pura-pura bodoh dan terus diam saja ketika fasilitas dipakai oleh Claudia.Untung saja aku mempunyai sahabat sebaik Talita, dia yang memperkenalkan aku dengan Dokter Danis. Sebenarny
ISTRI 100 KILOGRAMPart 8Brak!Ayu menutup pintu kamar dengan keras, aku sampai terlonjak kaget karena suara dentuman pintu. Saat ini aku baru saja pulang makan malam bersama Claudia, tapi rasanya tidak semanis dulu. Hubunganku dengan dia sangatlah hambar, mungkin ini karena dia terlalu cemburu dengan kehadirannya Ayu. Padahal aku sama sekali tidak menyentuhnya, bahkan aku selalu tidur terpisah dari Ayu. Dan sekarang, aku juga harus tidur di kamar tamu karena sepertinya Ayu mengunci pintu kamar dari dalam. Akhir-akhir ini sikap Claudia berubah, dia tidak lagi sehangat dulu.Dia juga tidak menyukai bunga Lily yang aku berikan, padahal selama ini dia menyukai bunga itu. Aku menggaruk kepala frustasi, hidupku sangat berantakan sekarang. Andai saja Papa tidak bangkrut, mungkin aku tidak harus menikah dengan si gendut itu. Jika saja teman-temanku tau jika aku memiliki istri seperti Ayu, habis sudah reputasiku.Dengan pelan aku langkahkan kakiku, rasanya kepalaku hampir pecah menghadapi ma
"Kamu mau kemana?" tanyaku penasaran."Kamu mau minggat? Jawab!" bentakku, karena tidak kutemukan jawaban apapun darinya."Iya, hanya dua bulan kok.""Dua bulan kamu bilang 'kok'? Aku nggak kasih ijin," ketusku marah. Entah mengapa, aku tidak rela jika Ayu pergi dari sini. Rumah sebesar ini tidak mungkin aku yang menguhinya sendirian."Ijin? Kamu lupa atau pikun, Mas? Kamu yang bilang jika aku kemana-mana nggak usah ijin dari kamu. Sekarang kenapa kamu ngelarang aku pergi?" sungutnya sambil menatap tajam kearahku. Aku hanya menelan air ludah yang terasa kering, skakmat! Aku kehabisan kata-kata sekarang."Aku cuma istri di atas kertas, aku hanya kamu nikahi agar Papa kamu mendapat suntikan dana dari Papaku!""Kenapa sekarang kamu diam, Mas? Aku yang salah atau kamu yang keliru?" teriaknya nyalang. Hatiku terasa bergemuruh hebat, dadaku berpacu cepat. Tenang, Adam. Kamu tidak boleh memperlihatkan bahwa kamu akan merasa kehilangan, kamu tidak boleh menjilat ludah kamu sendiri."Terserah
ISTRI 100 KILOGRAMPart 9"Mas, kamu ngundang Ayu juga kesini?" tanya Claudia melihat kearahku dengan tatapan yang sulit aku artikan."Mana mungkin aku sebodoh itu, kalau aku undang dia juga ngapain aku ajak kamu kesini," ketusku kesal. Mataku terus saja mengawasi tingkahnya Ayu didepan Danis, dasar sok kecantikan. Dia padahal melihatku dengan Claudia berdiri disini, tapi dia bersikap seperti tidak mengenalku."Kamu mau terus liatin mereka atau mau ikut aku masuk kedalam," sindir Claudia yang mencubit lenganku."Eh, i-iya. Kita masuk aja, lagian acaranya juga mau dimulai kok," jawabku serta menarik tangan Claudia menuntunnya menuju kedalam. Di dalam terlihat begitu banyak para tamu undangan yang sudah datang, mereka semua tampaknya membawa pasangannya masing-masing. Jelas saja, di kartu undangan Danis sengaja membuat tulisan jika datang harus membawa pasangannya. Sekalian promosi katanya, karena banyak sekali kulihat para wanita yang sedang mencoba beberapa skincare yang juga di jual
ISTRI 100 KILOGRAMPart 10POV AyuAku tergugu melihat tingkah Mas Adam yang semakin menjadi, tapi bolehkah aku jujur jika aku masih sangat mencintainya. Pernikahan ini adalah pernikahan yang paling aku impikan selama ini. Apalagi aku menikah dengan laki-laki yang mampu mencuri hatiku selama bertahun-tahun. Dia masih bertahta di sana bahkan sampai kapanpun.Aku tau, jika Mas Adam mungkin masih bingung dan pusing karena dijodohkan secara tiba-tiba. Tapi tidak bisakah dia melihatku sekali saja, dia bahkan tidak membelaku saat Claudia menghina dan mencaci maki diriku.Sekarang, dia malah mengunci pintu kamar dari dalam. Seharusnya dia minta maaf padaku atas kejadian tadi di acaranya Dokter Danis. Untung saja tadi ada Talita juga Dokter Danis yang mengantarku pulang. Padahal sudah ku tolak tawarannya itu. Tapi dia tetap kekeuh ingin mengantarku karena dia merasa bersalah."Ck"Aku berdecih sendiri di ruang keluarga, orang lain saja perhatian padaku. Sedangkan suamiku sendiri, malah semaki
ISTRI 100 KILOGRAMPart 11POV Ayu"Kenapa, Mas? Kamu bingung kan mau jawab apa! Sudahlah, minggir. Jangan menghalangiku," cercaku pada Mas Adam. Orang yang aku tanya hanya diam tanpa suara, dia malah merenggangkan genggamannya di koperku. Claudia tersenyum sinis melihat kearahku, dia menang lagi kali ini."Pergilah, jangan pernah kembali kesini lagi," ejek Claudia padaku. Aku melihatnya dengan tatapan jijik, mengingat semua usaha jahatnya mendapatkan Mas Adam."Claudia, sebaiknya kamu juga pulang sekarang. Aku ingin sendiri," ucap Mas Adam tanpa menoleh kearah Claudia. Sekarang giliranku yang tersenyum mengejek kearah Claudia."Nggak bisa gitu dong, Mas. Aku mau disini, aku pengen ngerawat kamu," rengek Claudia manja, tapi kulihat Mas Adam masih bergeming ditempanya."Claudia, aku mohon. Please!" tegas Mas Adam lagi. Claudia terlihat menyentakkan kakinya di lantai karena marah di usir, aku tidak tau apa yang membuat Mas Adam tiba-tiba berubah baik padaku. Semoga saja ini bukan rencan
ISTRI 100 KILOGRAMPart 12Tok Tok Tok!"Pak Adam."Terdengar suara teriakan dari luar memanggil namaku, ah rasanya masih terlalu pagi untukku harus bangun. Badanku rasanya remuk, mungkin karena aku baru sembuh dari sakit. Makanya aku merasakan pegal di seluruh tubuhku, ini pasti karena aku terus tidur sepanjang hari. Saat aku membuka mata, hal pertama yang aku lihat adalah koper yang berada di dekat lemari.Deg!Kosong, artinya Ayu benar-benar pergi meninggalkan aku. Aku segera bangkit dari tempat tidur dan langsung berjalan kearah luar. Pantas saja dari tadi tidak ada yang membukakan pintu, ternyata Ayu sudah pergi.Klek!"Maaf, Pak Adam. Kami mengganggu," ucap Mang Maman. Ternyata yang dari tadi memanggil namaku adalah Mang Maman dan istrinya Mbok Darmi. Mungkin mereka baru saja sampai, makanya tidak bisa masuk karena pintu terkunci. "Iya, tidak apa-apa." Setelah mengatakan itu, aku langsung masuk lagi ke kamar. Setelah menutup pintu kamar, aku melihat sekeliling. Ternyata Ayu tid
ISTRI 100 KILOGRAMPart 13POV AyuTidak terasa, dua bulan sudah aku menjalani diet bersama dengan Dokter Danis. Disini hidupku sepenuhnya diatur oleh dia, mulai dari makan pagi sampai makan malam. Aku sarapan pagi dengan buah juga telur rebus, karena aku memang tidak diperbolehkan lagi mengkonsumsi karbohidrat. Siangnya juga begitu, selesai melakukan yoga di pagi hari. Aku diseduhkan makan siang dengan tiga butir telur rebus plus satu buah pisang.Hari pertama sampai satu minggu aku menjalani diet, aku hampir saja mati karena menahan lapar. Bukan hanya perutku yang perih, tapi kepalaku juga terasa berat. Aku berkali-kali mual hampir muntah karena perutku yang biasanya terisi penuh dengan makanan sekarang harus kosong melompong.Hampir saja aku melarikan diri dari sini, tapi kata-kata hinaan Claudia dan Mas Adam terus saja terngiang-ngiang di ingatan. Mereka selalu menyebutku gajah bengkak, setelah ini akan kusumpal mulut mereka.Selama satu bulan disini, aku tidak pernah menyentuh ma
ISTRI 100 KILOGRAMPart 40Aku pulang dengan perasaan kacau, sepeti hatiku yang sedang berkecamuk. Ayah menyuruhku menikah dengan wanita pilihannya, tentu saja aku tolak mentah-mentah. Aku sudah memiliki Ayu, wanita yang paling istimewa setelah Ibu."Ayah nggak mau tahu, kamu tetap harus menikah dengan Jenni. Dia itu anak teman bisnis Ayah," perintah Ayah tadi saat aku masih berada dirumahnya."Nggak bisa, Ayah. Aku sudah tunangan, dan nggak mungkin aku menikah dengan perempuan lain lagi," tolakku cepat.Dengan wajah merah padam, Ayah bangkit dan menyalakan rokoknya. Aku tahu dia sangat marah, Ayah tidak suka penolakan."Siapa perempuan itu?" tanya Ayah datar."Namanya Ayu, dia baik dan lembut. Dia juga dari keluarga terhormat, Ayah tenang saja," terangku setenang mungkin, Ayah tidak boleh tau jika aku sedang gugup."Baik, beri Ayah waktu untuk berpikir. Karena sebelum kamu menikahi wanita itu, Ayah harus tau siapa orang tuanya terlebih dahulu," seru Ayah.Aku sedikit tenang setelah A
ISTRI 100 KILOGRAMPart 39Pov DanisSetelah meluapkan semua kekesalan yang tersimpan dalam hati, aku segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Adam yang masih terpaku mendengar penuturanku tadi. Dia pasti tidak menyangka jika aku sudah tau semuanya, bukan hanya aku, tapi juga Ayu.Ketika itu aku senang mengobrol dengan Papanya Ayu. Dia mengatakan jika seharunya pernikahanku dengan Ayu di percepat. Tentu saja itu berita yang membahagiakan bagiku, apalagi aku sudah tidak sabar untuk memiliki Ayu seutuhnya.Pak Pratama juga berjanji akan menjaga Ayu agar tidak lagi dekat dengan Adam. Dia telah menyewa beberapa orang untuk mengawasi gerak-gerik Adam. Pak Pratama juga tau, jika yang mendonorkan mata untuk Ayu adalah Mamanya Adam. Tapi itu sama sekali tidak membuat hati Pak Pratama luluh untuk menjodohkan Adam kembali dengan Ayu.Namun saat kami berbicara, Ayu ternyata sudah mendengar semuanya. Dia sangat marah dan kecewa pada kami berdua, bahkan sampai saat ini dia mengurung diri di da
ISTRI 100 KILOGRAMPart 38Pov Adam.Sudah tujuh bulan sejak kejadian itu aku tidak pernah kembali lagi ke sana, melihat wanitaku yang kini hampir sepenuhnya menjadi milik orang lain. Kutatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama wanita yang pernah melahirkanku. Wanita yang membesarkanku dengan kasih sayangnya. Mungkin, inilah titik terendah dalam hidupku saat ini.Tidak ada yang salah dengan keadaan ini, hanya saja waktu yang kurasa belum tepat. Kurasa, semua ini memang pantas kami terima setelah semua penghinaan dan cacian yang dulu pernah kami lontarkan padanya.Aku memilih untuk menetap disini, karena jika aku disini aku bisa lebih leluasa untuk menjenguk makam Mama. Tidak ada yang tau jika Mama sudah tiada, hanya aku dan Papa yang tau. Karena kondisi yang tidak memungkinkan serta satu dan lain hal, kami memilih memakamkan jenazah Mama di negeri orang."Bilang sama, Ayu. Mama minta maaf," lirih Mama waktu itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil menangis melihat kondisi Mama yang ti
ISTRI 100 KILOGRAMPart 37Pov Ayu."Mas Adam kabur dari rumah?" tanyaku lagi memastikan jika aku memang tidak salah dengar."Iya, Non. Mereka bertengkar hebat. Waktu Den Adam kabur dari rumah, Nyonya sama Bapak berusaha ngejar. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba Mbak dapat telepon dari rumah sakit mereka bertiga dirumah sakit karena kecelakaan.""Terus mereka kenapa sampai dibawa ke Singapura, aa?" tanyaku lagi. Inikah alasan Mas Adam tidak menemuiku ketika aku kecelakaan."Karena kondisi Nyonya parah, makanya Bapak bawa Nyonya kesana," jelasnya lagi.Aku kesini untuk mendapatkan jawaban atas semua kejadian yang menimpaku, tapi yang aku dapatkan malah teka-teki yang lebih besar.💜💜💜💜💜💜💜💜Setelah pulang dari rumahnya Mas Adam, kini aku baru menyadari jika banyak hal tentangnya yang belum aku ketahui.Dia bahkan menyembunyikan hal serumit ini padaku, apa sebenarnya Papa dan Mama tau masalah ini. Hanya saja mereka tidak mau memberitahu agar aku tidak salah kaprah.Masih tern
ISTRI 100 KILOGRAMPart 36Pov AyuAku terus berlari di antara ratusan tamu yang hadir, tujuanku adalah Mas Adam. Tidak apa jika dia meninggalkan aku, tidak apa jika dia menceraikan aku. Tapi dia harus menjelaskan kenapa dia tiba-tiba ingin berpisah seperti ini. Padahal sebelum kecelakaan, dia selalu memohon padaku agar aku tidak meninggalkan dia. Juga selalu meminta kesempatan kedua untuknya memperbaiki kesalahannya dulu."Ayu, tunggu." Itu suara Danis, aku yakin dia juga mengejarku. Tapi biarlah, aku hanya ingin mendapatkan sebuah penjelasan.Setelah lama mencari, tidak ada jejak Mas Adam. Dia menghilang lagi, menghindariku. Entah kemana dia, aku menopang kedua tanganku pada lutut. Nafasku sampai ngos-ngosan karena kelelahan mengejar Mas Adam. Aku tidak mungkin salah lihat, tadi Mas Adam turun menggunakan tongkat dan juga dibantu oleh orang lain."Kamu mau kemana?" tanya Danis saat dia sudah berada di sampingku. Dia juga terlihat sangat capek karena ikut berlari bersamaku."A-aku…."
ISTRI 100 KILOGRAMPart 35Pov Ayu.Aku memutar-mutar cincin dijari manisku, ini adalah cincin pengikat bahwa aku dan Danis sekarang bertunangan. Hatiku bertanya apakah aku sudah siap untuk kebangkitan menikah dan menjadi seorang istri.Pikiranku masih tertuju dengan pernikahanku dengan Mas Adam dulu. Aku tidak menyangka jika aku akan menikah dua kali, karena impianku dari dulu adalah menikah sekali seumur hidup.Tok Tok Tok!"Non, ada Den Danis di depan." Terdengar suara Mbok Darmi yang memanggilku dari luar. Hari ini aku akan datang ke pernikahannya Talita dan Anta. "Suruh tunggu aja, Mbok. Bilang aja aku lagi siap-siap," jawabku setengah berteriak agar Mbok Darmi dengar.Aku segera mengambil tas kecil dan memasukkan ponsel kedalamnya. Aku juga kembali mematut diri di depan cermin, memperhatikan penampilanku sekali lagi. Selama tujuh bulan aku mengalami kebutaan, berat badanku semakin turun. Terakhir aku menimbangnya di angka 55kilo.Tapi bukannya ini yang aku inginkan dari dulu? M
ISTRI 100 KILOGRAMPart 34Pov Ayu.Untuk kesekian kalinya aku mencium bau khas rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang terakhir aku ingat adalah ketika aku akan dibawa ke ruang operasi. Juga ingatan suara Mama dan Papa yang memberikanku semangat."Kamu sudah sadar, Sayang?" tanya Mama padaku. Aku belum bisa melihat wajah cantiknya, badanku rasanya susah untuk digerakkan."Eump." Hanya itu yang bisa aku ucapkan, pertanda memang aku suka sadar."Alhamdulillah, kata suster nanti perbannya udah bisa dibuka kalau Dokter bilang sudah bisa," ucap Mama dengan nada penuh syukur. Aku sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat menyayangiku. Mereka menjagaku siang dan malam, dari bayi hingga sekarang."Aku haus, Ma," ujarku meraba-raba ke arah Mama."Sebentar."Sesaat kemudian Mama menyodorkan aku air yang diminum melalui pipet. Aku meminumnya sedikit demi sedikit, rasanya tenggorokanku sudah kering berhari-hari."Papa mana, Ma?" tanyaku pada Mama."Papa ke kantor, Sayang. S
ISTRI 100 KILOGRAMPart 33Pov Ayu.Hari ini hujan kembali turun membasahi bumi, aku berdiri terpaku di jendela kamar yang terbuka. Aku sengaja membuka jendela kamar agar aku bisa merasakan air hujan yang masuk kedalam kamar diterpa angin."Sayang, kamu sudah siap?" tanya Mama yang mengejutkanku. Aku hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Mama."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mama yang melihatku memakai kebaya yang katanya berwarna ungu muda, warna kesukaanku.Hari ini tepat tujuh bulan setelah perceraianku dengan Mas Adam. Semuanya masih seperti mimpi untukku, dia datang dan pergi sesukanya. Ini sungguh tidak adil bagiku, karena sejak hari kecelakaan yang menimpaku dia tidak pernah lagi hadir.Bahkan dia menyuruh orang untuk menangani perceraian kami. Katanya, aku tidak usah hadir ke pengadilan agar proses perceraian kami berjalan dengan cepat.Papa dan Mama juga menyuruhku untuk diam saja dirumah, karena jika aku tidak hadir di dalam sidang perceraian maka sidang
ISTRI 100 KILOGRAMPart 32Pov Ayu"Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Mama padaku. Kata Dokter hari ini aku sudah boleh pulang, dan Mama sudah bersiap-siap dari tadi. Banyak barang yang harus dibereskan. Masalah administrasi diurus oleh Danis, dia selalu disini. Menemaniku setiap hari dan setiap malam, bahkan dia menyerahkan pada temannya permasalahan klinik kecantikannya."Sudah, Ma," jawabku sambil memutar-mutar cincin di jari manis ku. Cincin pernikahanku dengan Mas Adam, cincin yang tidak pernah lepas dari jariku.Tes!Air mataku kembali menetes, akhir-akhir ini aku sangat sering menangis. Entah apa yang aku tangisi, aku seperti orang yang sedang banyak pikiran tapi tidak tau apa yang aku pikirkan."Kamu nangis lagi?" tanya Mama yang tiba-tiba memegang pipiku yang basah. Cepat aku hapus air mata yang terus mengalir tanpa henti, aku tidak ingin membuat Mama kembali menangisi nasibku yang menyedihkan ini."Kamu masih memikirkan Adam?" tanya Mama lembut sambil mengelus rambutku yang se