Istri 100 Kilogram
Part 3
"Kalau kamu punya uang itu cuma untuk memanjakan perut, tapi Claudia akan memanjakan tubuhnya yang indah. Dia akan menghabiskan semua uang yang aku berikan untuk ke salon dan membeli baju-baju mahal, agar dia menjadi lebih cantik, bukan seperti gajah," sindirku dengan tersenyum jumawa.
Kulihat Ayu menghentikan aktivitasnya mengatur semua bahan makanan di kulkas. Dia juga terlihat meremas kedua tangannya yang putih tapi bulat-bulat. Dia cantik, tapi sayangnya dia tidak menyayangi dirinya sendiri.
"Maksud kamu apa, Mas?" tanya Ayu yang kini sudah berdiri di depanku.
"Ternyata selain jelek, kamu juga bodoh ya. Kamu tau kenapa sampai detik ini aku tidak menyentuhmu? Itu karena aku tidak berselera melihat tubuh yang di dominasi oleh lemak."
Ayu mulai terlihat meremas baju yang dipakai, matanya berembun seperti mau menangis. Tapi itu sama sekali tidak membuatku kasihan padanya, yang ada aku bertambah bosan melihatnya yang cengeng.
"Sini, biar aku perjelas," aku menarik tangannya dan menariknya kuat menuju ke kamar. Untung saja mbok Darmi tidak dirumah, karena dia ijin untuk mengunjungi anaknya. Kalau tidak, aku bisa dilaporkan sama Papa mertua.
"Lihatlah," aku menariknya kedepan cermin, agar dia sadar diri. Ayu terlihat menatap dirinya melalui pantulan cermin, bahkan saat ini dia sudah menangis.
"Kamu lihat kaki kaki yang harusnya jenjang, lihat juga lengan kamu yang penuh dengan gelambir lemak. Dan perut kamu persis seperti balon yang akan segera meledak."
"Kamu punya uang, tapi uang kamu hanya kamu gunakan untuk memanjakan perut kamu yang seperti guci itu. Kalau kamu berjalan ke atas podium, itu yang pertama kali akan terlihat ya perut kesayangan kamu ini."
"Kamu bandingkan kamu dengan Claudia, dia itu cantik. Pintar merawat diri, jadilah seperti dia jika kamu ingin aku sentuh," makiku kesal. Baru kali ini aku mengeluarkan semua unek-unek yang selama ini aku pendam. Seharusnya dia sadar diri, siapa dia yang mau menjadi istri seorang Adam Malik. Dia bahkan tidak pantas untuk menjadi pembantu untukku, apalagi istri.
"Jangan bisanya nangis, kamu dengar nggak yang aku bilang tadi?" bentakku lagi.
"Harusnya kamu sadar, kamu itu nggak pantas jadi istriku. Aku juga tidak pernah menganggap kamu sebagai istri."
"Dengar, kamu itu cantik. Setidaknya kamu bisa mendapatkan laki-laki lain setelah aku menceraikan kamu," gumamku dan segera berlalu ke kamar mandi. Kami memang tinggal di satu kamar, tapi aku lebih memilih untuk tidur di sofa. Daripada aku tidur berdampingan dengan gajah bengkak, yang ada besoknya aku ditemukan tidak bernyawa karena tertindih oleh dia. Semoga saja dia mengerti posisi nya, dan semoga dia juga mengerti jika aku tidak pernah menginginkan dia menjadi istriku.
*
"Kamu nggak masak?" tanyaku ketika menemuinya di dapur. Pagi ini aku harus pergi lebih cepat ke kantor, karena aku harus menemui Claudia terlebih dahulu. Aku takut dia marah dan memutuskan hubungan denganku, aku tidak ingin kehilangannya.
"Nggak," jawabnya singkat. Biasanya dia akan memasakkan makanan untukku, walaupun kami memiliki pembantu tapi Ayu tidak akan lepas tangan dalam mengurusi semua keperluanku. Untuk sarapan dia sering memasak nasi goreng seafood kesukaanku, tapi sepertinya pagi ini aku harus sarapan di kantor.
"Yaudah, kalau gitu ambilkan sepatuku. Aku buru-buru," ucapku sambil duduk di kursi menunggu Ayu mengambilkan sepatu kerjaku seperti biasa.
"Aku nggak bisa, aku sibuk," jawabnya singkat. Tapi mampu membuatku heran, kenapa dengannya. Apakah pernyataan aku semalam itu membuatnya marah, kenapa dia mesti marah, padahal yang aku katakan semalam adalag fakta.
"Kamu jangan ngebantah ya kalau aku nyuruh, ingat aku itu suami kamu. Jadi kamu nggak boleh ngebantah semua perintahku!" sungutku geram melihat tingkahnya yang keterlaluan.
"Maaf, Mas. Aku nggak pernah kamu anggap sebagai istri, untuk apa aku harus membuang tenagaku untuk melayani kamu?" ujarnya tanpa melihat kearahku. Dia hanya fokus dengan layar pipih ditangannya, entah apa yang dia lihat disana.
"Berani ya kamu ngebantah sekarang? Kamu mau kita pisah dengan pernikahan yang baru beberapa minggu? Kamu nggak takut Mama kamu malu di depan teman-teman arisannya, anak gadisnya di ceraikan' oleh suaminya karena terlalu gendut," tantangku. Ayu terlihat mengentikan aktivitasnya menekuni ponsel. Mungkin dia mulai khawatir karena pasti dia tidak mau Mamanya malu di depan teman-teman sosialita karena anaknya ditinggal karena berat badannya yang seperti gajah.
"Cepat ambilkan sepatuku," seruku lagi padanya. Aku tersenyum sinis sambil membayangkan betapa bahagianya hidupku sekarang, punya pembantu gratis.
"Nggak, aku nggak mau. Terserah kamu mau pisah kek, nggak kek, aku tetap nggak mau ngelayani kamu lagi sampai kamu bisa menganggap aku istri kamu," tegasnya lagi. Kembali dia melihat benda pipih itu lagi tanpa memperdulikan aku yang sudah sangat muak dengan sikapnya itu.
"Sini ponsel kamu, nggak sopan suami ngomong kamu malah lihat ponsel. Kamu lihat apa emangnya," aku merampas ponsel miliknya dan melihat apa yang membuat Ayu sampai mengacuhkanku seperti ini. Padahal pas pertama menikah dia sangat penurut dan perhatian, walaupun aku selalu membentaknya dan masih berhubungan dengan Claudia.
"Ha-ha-ha…." tawaku pecah ketika melihat layar ponsel milik Ayu, ternyata dari tadi dia melihat cara-cara agar menjadi langsing. Dan dia juga sempat mendownload beberapa video senam untuk orang yang sedang melakukan diet.
"Apaan sih! sini hpku," teriak Ayu dengan cepat menyambar ponselnya yang aku pegang. Tapi sayangnya dia tidak akan bisa mengambilnya, tinggi badanku dengannya sangat jauh.
"Ha-ha-ha, bentar. Aku belum habis lihat," ucapku tertawa terbahak-bahak. Aku tidak habis pikir dengan jalan pikirannya gajah bengkak ini, mana bisa dia menurunkan berat badan yang lemaknya saja sudah mendarah daging di tubuhnya.
"Nggak lucu tau nggak!" bentaknya sambil berusaha merebut ponselnya lagi.
"Nih! Jangan sentuh-sentuh. Nanti yang ada lemak kamu nempel lagi disini," ejekku sambil menyodorkan ponselnya. Ayu terlihat sangat marah dan kesal karena sikapku. Biar saja, aku ingin dia saja yang menggugat cerai, biar aku tidak kelihatan bersalah di depan semua orang.
"Dengar ya, kamu itu nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan Claudia. Jadi jangan ngimpi buat kurus! Ha-ha…." ejekku lagi disertai tawa mengejek, aku bahkan sampai sakit perut menertawakan si gajah bengkak ini.
"Jangan pernah bandingkan aku dengan wanita murahan itu, Mas. Aku jauh lebih baik dari dia," teriak Ayu marah. Aku pun langsung terdiam ketika Ayu menyebut Claudia wanita murahan.
"Jaga ya omongan kamu! Kamu nggak tau siapa Claudia. Dia bahkan tidak mau aku sentuh karena kami belum menikah," tegasku dengan menunjuk dengan jariku kearah wajahnya.
"Kamu tidak tau siapa dia," jawab Ayu menggeleng kuat. Bola matanya menunjukkan amarah yang terpendam dalam.
"Diiaam!" teriakku di depan wajahnya. Ayu sedikit kaget dengan ucapanku, namun hanya sebentar, kemudian dia kembali tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Dia memang mampu mengontrol emosinya, itu menjadi satu nilai plus untuknya.
"Jangan pernah menjelek-jelekkan Claudia lagi. Kalau tidak…."
"Kalau tidak apa?" tantang Ayu lagi dengan melihat kearah ku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Aku juga harus meredam emosiku, jangan sampai aku telat ke tempat Claudia hanya gara-gara si gajah bengkak ini.
"Kamu tidak akan pernah sama dengan Claudia. Ingat itu," kecamku lagi.
"Terserah, aku hanya ingin menurunkan berat badanku, Mas. Jika orang-orang menurunkan berat badannya untuk dirinya sendiri, aku menurunkan berat badanku untuk kamu. Aku ingin mempertahankan rumah tangga ini, Mas."
Setelah mengucapkan itu, Ayu langsung pergi dari hadapanku. Aku sedikit tercengang dengan ucapannya barusan, apa dia sangat mencintaiku.
"Apa kamu sangat mencintaiku Ayu Pratama? Kenapa kamu sangat ingin mempertahankan rumah tangga tanpa dasar cinta!" tanyaku ketika dia sudah sedikit menjauh dariku. Langkahnya terhenti saat mendengar pertanyaan dariku. Kemudian dia berbalik menghadap ke arahku, matanya terlihat sembab. Wajahnya yang putih terlihat memerah, dia terlihat sangat kacau.
"Adam Malik, aku mencintaimu dari dulu hingga saat ini dan sampai selamanya. Aku sangat mencintaimu," ucapnya dengan suara parau khas orang menangis. Air matanya terus mengalir tanpa henti, setelah mengatakan itu dia berbalik pergi masuk kedalam kamar kami.
Aku sedikit tercengang mendengar penuturannya barusan, kata-kata itu sepertinya sudah sangat sering aku dengar. Ini seperti de Javu, aku seperti pernah berada didalam posisi ini dengannya. Tapi dimana dan kapan aku tidak tau, kata-kata itu terus terngiang didalam kepalaku.
Ddrrtt!
Hingga ponselku bergetar baru aku tersentak sadar dari lamunan. Ternyata Claudia yang menelpon.
"Halo," ucapku ketika sambungan telpon terhubung.
"Sayang, kamu kemana saja. Aku tunggu dirumah ya," ucap Claudia manja.
"Nggak bisa sekarang, Sayang. Nanti sore ya, waktu aku pulang dari kantor. Soalnya aku udah telat ini," bujukku agar Claudia tidak marah.
"Kamu pasti habis berduaan sama si gajah bengkak itu ya," rajuk Claudia.
"I-iya nggak lah, Sayang. Yaudah ya, aku udah telat ini. Nanti sore kamu siap-siap, aku jemput. Kita makan malam diluar," rayuku lagi.
"Bener ya, janji."
"Iya, janji. Yaudah, see you Baby."
Setelah mematikan sambungan telepon aku segera memakai sepatu dan bersiap untuk pergi ke kantor. Semoga saja nanti malam akan menjadi malam yang indah untukku dan Claudia. Aku akan berusaha menebus kesalahan yang aku perbuat tadi malam.
ISTRI 100 KILOGRAMPart 5Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang melelahkan, akhirnya aku bisa istirahat didalam ruangan kantor. Dari tadi pagi sibuk melayani klien dan juga ada beberapa meeting diluar. Kulirik jam di pergelangan tangan, ternyata sudah pukul empat sore. Kembali aku merogoh ponsel di saku celana, aku berencana akan menghubungi Claudia. Dari tadi pagi dia menelponku, tapi aku tidak bisa mengangkat telpon darinya. Karena yang kujumpai hari ini semuanya adalah klien penting.Berkali-kali aku menghubungi nomornya, tapi tidak ada jawaban. Mungkin dia marah lagi karena aku tidak menghiraukannya tadi. Sudahlah, lebih baik aku pulang sekarang untuk bersiap-siap pergi nanti malam. Akan kubuat makan malam kami nanti menjadi makan malam terindah dan tidak bisa dilupakan oleh Claudia. Aku juga sudah memesan tempat khusus untuk makan malam kami nanti.Didalam perjalanan pulang, aku singgah ketempat orang yang menjual bunga di tepi jalan. Aku membeli sebuket bunga Lily sega
ISTRI 100 KILOGRAMPART 6Aku menguap berkali-kali setelah mencoba membuka mata yang masih terasa berat. Perutku terasa perih karena lapar, apalagi aku mencium aroma nasi goreng seafood yang sepertinya sedang dimasak oleh Ayu. Aku segera bangun dan segera melihat jam pada dinding kamar, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh. Segera aku bangun, tanpa mencuci muka aku menggunakan pakaian santai untuk keluar makan malam bersama Claudia.Setelah rapi, aku mengambil ponsel dan kunci mobil dan segera bergegas keluar. Aroma nasi goreng menguar ke seluruh ruangan, cacing di perutku seakan meronta-ronta meminta untuk diberi makan. Aku segera menuju kedapur untuk memgecek apa yang sedang dimasak oleh Ayu."Kamu sudah bangun, Mas?" tanya Ayu ketika melihatku datang."Iya, kamu masak apa?" tanyaku penasaran."Nasi goreng seafood, kari kambing dan juga gulai ayam. Aku mau kerumah Mama kamu," jawab Ayu tanpa menoleh ke arahku. Dia sibuk berkutat dengan dapur, aku melihat kearah makanan yang sudah
ISTRI 100 KILOGRAMPart 7Pov AyuMalam ini datang juga saat yang aku tunggu-tunggu, perasaan senang bercampur aduk dengan rasa penasaran. Aku akan segera bertemu dengan Dokter Danis– Dokter Spesialis Gizi. Sebenarnya aku ingin diet sendiri tanpa harus berkonsultasi dengan dokter. Tapi sudah beberapa minggu tidak ada hasil sama sekali, berat badanku tidak turun bahkan satu ons pun. Padahal aku sudah menguranginya jatah makan malam, juga mengurangi yang namanya ngemil. Tapi tetap saja tidak ada perubahan yang berarti.Tidak aku pedulikan lagi teriakan Mas Adam yang dari tadi memanggil namaku, dia mungkin marah karena aku mengambil mobil kesayangannya yang dihadiahkan oleh Papa. Mungkin selama ini aku mengalah karena ingin mempertahankan rumah tangga kami yang baru seumur jagung, tapi sekarang aku tidak mau pura-pura bodoh dan terus diam saja ketika fasilitas dipakai oleh Claudia.Untung saja aku mempunyai sahabat sebaik Talita, dia yang memperkenalkan aku dengan Dokter Danis. Sebenarny
ISTRI 100 KILOGRAMPart 8Brak!Ayu menutup pintu kamar dengan keras, aku sampai terlonjak kaget karena suara dentuman pintu. Saat ini aku baru saja pulang makan malam bersama Claudia, tapi rasanya tidak semanis dulu. Hubunganku dengan dia sangatlah hambar, mungkin ini karena dia terlalu cemburu dengan kehadirannya Ayu. Padahal aku sama sekali tidak menyentuhnya, bahkan aku selalu tidur terpisah dari Ayu. Dan sekarang, aku juga harus tidur di kamar tamu karena sepertinya Ayu mengunci pintu kamar dari dalam. Akhir-akhir ini sikap Claudia berubah, dia tidak lagi sehangat dulu.Dia juga tidak menyukai bunga Lily yang aku berikan, padahal selama ini dia menyukai bunga itu. Aku menggaruk kepala frustasi, hidupku sangat berantakan sekarang. Andai saja Papa tidak bangkrut, mungkin aku tidak harus menikah dengan si gendut itu. Jika saja teman-temanku tau jika aku memiliki istri seperti Ayu, habis sudah reputasiku.Dengan pelan aku langkahkan kakiku, rasanya kepalaku hampir pecah menghadapi ma
"Kamu mau kemana?" tanyaku penasaran."Kamu mau minggat? Jawab!" bentakku, karena tidak kutemukan jawaban apapun darinya."Iya, hanya dua bulan kok.""Dua bulan kamu bilang 'kok'? Aku nggak kasih ijin," ketusku marah. Entah mengapa, aku tidak rela jika Ayu pergi dari sini. Rumah sebesar ini tidak mungkin aku yang menguhinya sendirian."Ijin? Kamu lupa atau pikun, Mas? Kamu yang bilang jika aku kemana-mana nggak usah ijin dari kamu. Sekarang kenapa kamu ngelarang aku pergi?" sungutnya sambil menatap tajam kearahku. Aku hanya menelan air ludah yang terasa kering, skakmat! Aku kehabisan kata-kata sekarang."Aku cuma istri di atas kertas, aku hanya kamu nikahi agar Papa kamu mendapat suntikan dana dari Papaku!""Kenapa sekarang kamu diam, Mas? Aku yang salah atau kamu yang keliru?" teriaknya nyalang. Hatiku terasa bergemuruh hebat, dadaku berpacu cepat. Tenang, Adam. Kamu tidak boleh memperlihatkan bahwa kamu akan merasa kehilangan, kamu tidak boleh menjilat ludah kamu sendiri."Terserah
ISTRI 100 KILOGRAMPart 9"Mas, kamu ngundang Ayu juga kesini?" tanya Claudia melihat kearahku dengan tatapan yang sulit aku artikan."Mana mungkin aku sebodoh itu, kalau aku undang dia juga ngapain aku ajak kamu kesini," ketusku kesal. Mataku terus saja mengawasi tingkahnya Ayu didepan Danis, dasar sok kecantikan. Dia padahal melihatku dengan Claudia berdiri disini, tapi dia bersikap seperti tidak mengenalku."Kamu mau terus liatin mereka atau mau ikut aku masuk kedalam," sindir Claudia yang mencubit lenganku."Eh, i-iya. Kita masuk aja, lagian acaranya juga mau dimulai kok," jawabku serta menarik tangan Claudia menuntunnya menuju kedalam. Di dalam terlihat begitu banyak para tamu undangan yang sudah datang, mereka semua tampaknya membawa pasangannya masing-masing. Jelas saja, di kartu undangan Danis sengaja membuat tulisan jika datang harus membawa pasangannya. Sekalian promosi katanya, karena banyak sekali kulihat para wanita yang sedang mencoba beberapa skincare yang juga di jual
ISTRI 100 KILOGRAMPart 10POV AyuAku tergugu melihat tingkah Mas Adam yang semakin menjadi, tapi bolehkah aku jujur jika aku masih sangat mencintainya. Pernikahan ini adalah pernikahan yang paling aku impikan selama ini. Apalagi aku menikah dengan laki-laki yang mampu mencuri hatiku selama bertahun-tahun. Dia masih bertahta di sana bahkan sampai kapanpun.Aku tau, jika Mas Adam mungkin masih bingung dan pusing karena dijodohkan secara tiba-tiba. Tapi tidak bisakah dia melihatku sekali saja, dia bahkan tidak membelaku saat Claudia menghina dan mencaci maki diriku.Sekarang, dia malah mengunci pintu kamar dari dalam. Seharusnya dia minta maaf padaku atas kejadian tadi di acaranya Dokter Danis. Untung saja tadi ada Talita juga Dokter Danis yang mengantarku pulang. Padahal sudah ku tolak tawarannya itu. Tapi dia tetap kekeuh ingin mengantarku karena dia merasa bersalah."Ck"Aku berdecih sendiri di ruang keluarga, orang lain saja perhatian padaku. Sedangkan suamiku sendiri, malah semaki
ISTRI 100 KILOGRAMPart 11POV Ayu"Kenapa, Mas? Kamu bingung kan mau jawab apa! Sudahlah, minggir. Jangan menghalangiku," cercaku pada Mas Adam. Orang yang aku tanya hanya diam tanpa suara, dia malah merenggangkan genggamannya di koperku. Claudia tersenyum sinis melihat kearahku, dia menang lagi kali ini."Pergilah, jangan pernah kembali kesini lagi," ejek Claudia padaku. Aku melihatnya dengan tatapan jijik, mengingat semua usaha jahatnya mendapatkan Mas Adam."Claudia, sebaiknya kamu juga pulang sekarang. Aku ingin sendiri," ucap Mas Adam tanpa menoleh kearah Claudia. Sekarang giliranku yang tersenyum mengejek kearah Claudia."Nggak bisa gitu dong, Mas. Aku mau disini, aku pengen ngerawat kamu," rengek Claudia manja, tapi kulihat Mas Adam masih bergeming ditempanya."Claudia, aku mohon. Please!" tegas Mas Adam lagi. Claudia terlihat menyentakkan kakinya di lantai karena marah di usir, aku tidak tau apa yang membuat Mas Adam tiba-tiba berubah baik padaku. Semoga saja ini bukan rencan
ISTRI 100 KILOGRAMPart 40Aku pulang dengan perasaan kacau, sepeti hatiku yang sedang berkecamuk. Ayah menyuruhku menikah dengan wanita pilihannya, tentu saja aku tolak mentah-mentah. Aku sudah memiliki Ayu, wanita yang paling istimewa setelah Ibu."Ayah nggak mau tahu, kamu tetap harus menikah dengan Jenni. Dia itu anak teman bisnis Ayah," perintah Ayah tadi saat aku masih berada dirumahnya."Nggak bisa, Ayah. Aku sudah tunangan, dan nggak mungkin aku menikah dengan perempuan lain lagi," tolakku cepat.Dengan wajah merah padam, Ayah bangkit dan menyalakan rokoknya. Aku tahu dia sangat marah, Ayah tidak suka penolakan."Siapa perempuan itu?" tanya Ayah datar."Namanya Ayu, dia baik dan lembut. Dia juga dari keluarga terhormat, Ayah tenang saja," terangku setenang mungkin, Ayah tidak boleh tau jika aku sedang gugup."Baik, beri Ayah waktu untuk berpikir. Karena sebelum kamu menikahi wanita itu, Ayah harus tau siapa orang tuanya terlebih dahulu," seru Ayah.Aku sedikit tenang setelah A
ISTRI 100 KILOGRAMPart 39Pov DanisSetelah meluapkan semua kekesalan yang tersimpan dalam hati, aku segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Adam yang masih terpaku mendengar penuturanku tadi. Dia pasti tidak menyangka jika aku sudah tau semuanya, bukan hanya aku, tapi juga Ayu.Ketika itu aku senang mengobrol dengan Papanya Ayu. Dia mengatakan jika seharunya pernikahanku dengan Ayu di percepat. Tentu saja itu berita yang membahagiakan bagiku, apalagi aku sudah tidak sabar untuk memiliki Ayu seutuhnya.Pak Pratama juga berjanji akan menjaga Ayu agar tidak lagi dekat dengan Adam. Dia telah menyewa beberapa orang untuk mengawasi gerak-gerik Adam. Pak Pratama juga tau, jika yang mendonorkan mata untuk Ayu adalah Mamanya Adam. Tapi itu sama sekali tidak membuat hati Pak Pratama luluh untuk menjodohkan Adam kembali dengan Ayu.Namun saat kami berbicara, Ayu ternyata sudah mendengar semuanya. Dia sangat marah dan kecewa pada kami berdua, bahkan sampai saat ini dia mengurung diri di da
ISTRI 100 KILOGRAMPart 38Pov Adam.Sudah tujuh bulan sejak kejadian itu aku tidak pernah kembali lagi ke sana, melihat wanitaku yang kini hampir sepenuhnya menjadi milik orang lain. Kutatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama wanita yang pernah melahirkanku. Wanita yang membesarkanku dengan kasih sayangnya. Mungkin, inilah titik terendah dalam hidupku saat ini.Tidak ada yang salah dengan keadaan ini, hanya saja waktu yang kurasa belum tepat. Kurasa, semua ini memang pantas kami terima setelah semua penghinaan dan cacian yang dulu pernah kami lontarkan padanya.Aku memilih untuk menetap disini, karena jika aku disini aku bisa lebih leluasa untuk menjenguk makam Mama. Tidak ada yang tau jika Mama sudah tiada, hanya aku dan Papa yang tau. Karena kondisi yang tidak memungkinkan serta satu dan lain hal, kami memilih memakamkan jenazah Mama di negeri orang."Bilang sama, Ayu. Mama minta maaf," lirih Mama waktu itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil menangis melihat kondisi Mama yang ti
ISTRI 100 KILOGRAMPart 37Pov Ayu."Mas Adam kabur dari rumah?" tanyaku lagi memastikan jika aku memang tidak salah dengar."Iya, Non. Mereka bertengkar hebat. Waktu Den Adam kabur dari rumah, Nyonya sama Bapak berusaha ngejar. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba Mbak dapat telepon dari rumah sakit mereka bertiga dirumah sakit karena kecelakaan.""Terus mereka kenapa sampai dibawa ke Singapura, aa?" tanyaku lagi. Inikah alasan Mas Adam tidak menemuiku ketika aku kecelakaan."Karena kondisi Nyonya parah, makanya Bapak bawa Nyonya kesana," jelasnya lagi.Aku kesini untuk mendapatkan jawaban atas semua kejadian yang menimpaku, tapi yang aku dapatkan malah teka-teki yang lebih besar.💜💜💜💜💜💜💜💜Setelah pulang dari rumahnya Mas Adam, kini aku baru menyadari jika banyak hal tentangnya yang belum aku ketahui.Dia bahkan menyembunyikan hal serumit ini padaku, apa sebenarnya Papa dan Mama tau masalah ini. Hanya saja mereka tidak mau memberitahu agar aku tidak salah kaprah.Masih tern
ISTRI 100 KILOGRAMPart 36Pov AyuAku terus berlari di antara ratusan tamu yang hadir, tujuanku adalah Mas Adam. Tidak apa jika dia meninggalkan aku, tidak apa jika dia menceraikan aku. Tapi dia harus menjelaskan kenapa dia tiba-tiba ingin berpisah seperti ini. Padahal sebelum kecelakaan, dia selalu memohon padaku agar aku tidak meninggalkan dia. Juga selalu meminta kesempatan kedua untuknya memperbaiki kesalahannya dulu."Ayu, tunggu." Itu suara Danis, aku yakin dia juga mengejarku. Tapi biarlah, aku hanya ingin mendapatkan sebuah penjelasan.Setelah lama mencari, tidak ada jejak Mas Adam. Dia menghilang lagi, menghindariku. Entah kemana dia, aku menopang kedua tanganku pada lutut. Nafasku sampai ngos-ngosan karena kelelahan mengejar Mas Adam. Aku tidak mungkin salah lihat, tadi Mas Adam turun menggunakan tongkat dan juga dibantu oleh orang lain."Kamu mau kemana?" tanya Danis saat dia sudah berada di sampingku. Dia juga terlihat sangat capek karena ikut berlari bersamaku."A-aku…."
ISTRI 100 KILOGRAMPart 35Pov Ayu.Aku memutar-mutar cincin dijari manisku, ini adalah cincin pengikat bahwa aku dan Danis sekarang bertunangan. Hatiku bertanya apakah aku sudah siap untuk kebangkitan menikah dan menjadi seorang istri.Pikiranku masih tertuju dengan pernikahanku dengan Mas Adam dulu. Aku tidak menyangka jika aku akan menikah dua kali, karena impianku dari dulu adalah menikah sekali seumur hidup.Tok Tok Tok!"Non, ada Den Danis di depan." Terdengar suara Mbok Darmi yang memanggilku dari luar. Hari ini aku akan datang ke pernikahannya Talita dan Anta. "Suruh tunggu aja, Mbok. Bilang aja aku lagi siap-siap," jawabku setengah berteriak agar Mbok Darmi dengar.Aku segera mengambil tas kecil dan memasukkan ponsel kedalamnya. Aku juga kembali mematut diri di depan cermin, memperhatikan penampilanku sekali lagi. Selama tujuh bulan aku mengalami kebutaan, berat badanku semakin turun. Terakhir aku menimbangnya di angka 55kilo.Tapi bukannya ini yang aku inginkan dari dulu? M
ISTRI 100 KILOGRAMPart 34Pov Ayu.Untuk kesekian kalinya aku mencium bau khas rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang terakhir aku ingat adalah ketika aku akan dibawa ke ruang operasi. Juga ingatan suara Mama dan Papa yang memberikanku semangat."Kamu sudah sadar, Sayang?" tanya Mama padaku. Aku belum bisa melihat wajah cantiknya, badanku rasanya susah untuk digerakkan."Eump." Hanya itu yang bisa aku ucapkan, pertanda memang aku suka sadar."Alhamdulillah, kata suster nanti perbannya udah bisa dibuka kalau Dokter bilang sudah bisa," ucap Mama dengan nada penuh syukur. Aku sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat menyayangiku. Mereka menjagaku siang dan malam, dari bayi hingga sekarang."Aku haus, Ma," ujarku meraba-raba ke arah Mama."Sebentar."Sesaat kemudian Mama menyodorkan aku air yang diminum melalui pipet. Aku meminumnya sedikit demi sedikit, rasanya tenggorokanku sudah kering berhari-hari."Papa mana, Ma?" tanyaku pada Mama."Papa ke kantor, Sayang. S
ISTRI 100 KILOGRAMPart 33Pov Ayu.Hari ini hujan kembali turun membasahi bumi, aku berdiri terpaku di jendela kamar yang terbuka. Aku sengaja membuka jendela kamar agar aku bisa merasakan air hujan yang masuk kedalam kamar diterpa angin."Sayang, kamu sudah siap?" tanya Mama yang mengejutkanku. Aku hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Mama."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mama yang melihatku memakai kebaya yang katanya berwarna ungu muda, warna kesukaanku.Hari ini tepat tujuh bulan setelah perceraianku dengan Mas Adam. Semuanya masih seperti mimpi untukku, dia datang dan pergi sesukanya. Ini sungguh tidak adil bagiku, karena sejak hari kecelakaan yang menimpaku dia tidak pernah lagi hadir.Bahkan dia menyuruh orang untuk menangani perceraian kami. Katanya, aku tidak usah hadir ke pengadilan agar proses perceraian kami berjalan dengan cepat.Papa dan Mama juga menyuruhku untuk diam saja dirumah, karena jika aku tidak hadir di dalam sidang perceraian maka sidang
ISTRI 100 KILOGRAMPart 32Pov Ayu"Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Mama padaku. Kata Dokter hari ini aku sudah boleh pulang, dan Mama sudah bersiap-siap dari tadi. Banyak barang yang harus dibereskan. Masalah administrasi diurus oleh Danis, dia selalu disini. Menemaniku setiap hari dan setiap malam, bahkan dia menyerahkan pada temannya permasalahan klinik kecantikannya."Sudah, Ma," jawabku sambil memutar-mutar cincin di jari manis ku. Cincin pernikahanku dengan Mas Adam, cincin yang tidak pernah lepas dari jariku.Tes!Air mataku kembali menetes, akhir-akhir ini aku sangat sering menangis. Entah apa yang aku tangisi, aku seperti orang yang sedang banyak pikiran tapi tidak tau apa yang aku pikirkan."Kamu nangis lagi?" tanya Mama yang tiba-tiba memegang pipiku yang basah. Cepat aku hapus air mata yang terus mengalir tanpa henti, aku tidak ingin membuat Mama kembali menangisi nasibku yang menyedihkan ini."Kamu masih memikirkan Adam?" tanya Mama lembut sambil mengelus rambutku yang se