88. TERUNGKAP (Cinta Arga) (Bagian B)Apa maksudnya coba? Aku tahu kalau dia hanya berusaha membelaku, tapi tidak dengan mengatakan kalau aku adalah calon istrinya. Dia masih bujangan, dan jika ada yang mendengar maka tidak akan ada perempuan yang mau menikah dengannya.Aku tidak ingin mengambil resiko, kebaikan Arga sudah sangat banyak padaku. Dan aku tidak mau dia mengorbankan dirinya lagi untuk membelaku di depan Mas Farhan.Hahhh, aku menghela nafas panjang dan mengelus perutku dengan lembut. Di dalam sini sudah ada kehidupan. Kehidupan yang sudah sangat lama kami nantikan, tapi sayangnya ketika dia hadir malah dalam posisi yang menyedihkan.Papanya yang berselingkuh, dan dia terpaksa lahir dalam keadaan tidak memiliki keluarga yang lengkap. Tak apa sayang, kamu akan lebih bahagia jika hanya bersama Mama.Mama bisa janjikan itu, dan Mama tidak akan membiarkan satu orang pun menyakiti kita lagi. Tidak Papamu, tidak nenekmu, tidak orang lain!Aku bermonolog di dalam hati sambil teta
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU89. KEBENARAN (Mendengar dalam diam) (Bagian A)Sepanjang perjalanan aku hanya diam, dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Walau Arca dan Arga banyak berbincang dan membuat lelucon, tapi aku sama sekali tidak menanggapinya dan malah membuang muka ke arah jendela. Menatap jalanan di luar sana dengan pikiran yang berkecamuk dengan hebat, kembali aku mengenang apa yang tadi Arca katakan di Rumah sakit.Orang yang dicintai Arga adalah aku! Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dia mencintai seorang wanita yang sudah memiliki suami, dan juga sebuah keluarga kecil?Bagaimana bisa dia menjaga cintanya dengan sebegini rapat? Aku bahkan tidak menyadarinya, apa karena aku memang tidak peka? Atau karena aku memang selalu menatap Mas Farhan?Sesekali mataku menatap ke depan sana, di mana Arga dan juga Arca tengah duduk sambil berbincang kecil, dan sesekali bertengkar entah karena apa.Mereka terlihat akrab, walaupun adu mulut kerap terdeng
90. KEBENARAN (Mendengar dalam diam) (Bagian B)Ya Allah, sakit sekali hatiku saat mendengar ucapan Arca. Apakah aku telah salah mengambil langkah? Apakah sebaiknya aku jujur pada sahabatku itu dari awal?"Hei, kamu nggak boleh mikir seperti itu. Aya nggak ngomong sama kita, pasti ada dengan alasan yang kuat," kata Arga lembut. "Beban Aya udah banyak banget, dan kita harus selalu ada di sisi dia waktu dia lagi di bawah seperti ini," lanjut Arga lagi.Mereka berdua kemudian langsung terdiam, hingga hanya keheningan yang bisa aku dengar setelahnya. Aku merasakan kalau mobil ini berhenti, mungkin karena lampu merah karena rumahku masih jauh dari sini dan itu artinya tidak mungkin kami sudah sampai."Kamu nggak keberatan?" tanya Arca tiba-tiba.Suaranya memecah keheningan, aku kembali menajamkan pendengaranku. Jiwaku rasanya bergejolak karena ingin mengetahui jawab Arga."Keberatan? Keberatan akan hal apa?" tanya Arga lagi.Aku bisa membayangkan kalau wajahnya yang tampan saat ini pasti t
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU91. KEDATANGAN ARNI DAN FARHAN (Bagian A)Sudah tiga hari semenjak kejadian aku pingsan di halaman cafe lawang, dan itu artinya sudah tiga hari pula aku tidak keluar rumah sedikitpun. Bahkan aku makan di dalam kamar, baik itu sarapan, makan siang, dan makan malam. Alhamdulillah, untung saja ada Bi Surti yang dengan sigap melayani aku dan memberikan apapun yang aku butuhkan.Apalagi semenjak dia tahu kalau aku tengah mengandung, maka Bi Surti dengan semangat empat lima selalu memenuhi apa yang aku mau. Dan selalu bisa mencarikan apapun yang aku inginkan, karena entah kenapa akhir-akhir ini aku sering menginginkan hal yang aneh-aneh.Misalnya rujak durian, es yang dicampur dengan mayo, dan yang lebih parah aku pernah menginginkan kelapa, yang benar-benar kelapa satu biji utuh di buang kulitnya dan aku makan begitu saja.Kata Bi Surti sih, ini namanya ngidam dan kalau tidak di turuti anakku nanti akan ileran. Aku sih, tidak pe
92. KEDATANGAN ARNI DAN FARHAN (Bagian B)Aku mengernyitkan dahiku, apa katanya tadi? Senang? Faktor apa yang bisa membuatku senang dengan kedatangan mereka?"Kenapa aku harus senang?" tanyaku heran. "Kalian bukan orang yang aku tunggu, dan tidak ada faedahnya juga kalian di sini!" kataku lagi.Mantan mertuaku itu terlihat mengepalkan tangannya dengan kuat, dia menatapku tajam dan juga bengis. Tapi aku tidak peduli, dan balas menatapnya dengan tajam."Ya ampun, Dek. Kamu kok semakin berubah, sih?" tanya Mas Farhan dengan lesu. "Jangan begitu dong, Mas kangen banget loh sama kamu!" katanya lagi.Aku memutar bola mataku dengan bosan, kangen? Kangen dari Hongkong? "Lah, bukan urusan aku, Mas!" kataku ketus."Mulutmu itu makin lama makin tidak bisa dijaga, ya! Dasar yatim piatu!" ujar Mama Mas Farhan dengan sewot.. “Seharusnya kau itu bersyukur, aku dan anakku mau menginjakkan kaki di sini!” katanya lagi.“Bersyukur? Tidak salah?” tanyaku mengejek. “Aku bahkan merasakan bencana karena k
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU93. STATUS JANDA (Bagian A)"Assalamualaikum, Mas!" Aku menempelkan ponsel ke telingaku dengan terburu-buru, sambil menuruni tangga aku melihat ke segala arah untuk mencari Bi Surti.Di mana dia? Padahal aku mempunyai pertanyaan untuknya sekarang ini, huhhhhh, aku menghela nafas dengan gusar.[Waalaikumsalam, Dek? Kamu kenapa?] tanya Mas Bobby cemas. Semenjak dia tahu aku hamil, Mas Bobby semakin berlebihan dalam menyayangiku. Seolah-olah aku ini makhluk rapuh yang mudah pecah, dan dia juga selalu berusaha menjagaku dengan sekuat tenaga. "Mas bisa ke rumah sekarang?" tanyaku segan.Sejujurnya hatiku merasa tidak enak karena menyuruhnya di saat hari libur begini, padahal hari minggu adalah waktunya dia untuk istirahat tapi malah aku repotkan.Tiba-tiba aku menyesali permintaanku, bagaimana kalau aku menyusahkannya? Padahal selama satu minggu dia bekerja, dan pada waktunya dia istirahat malah aku ganggu.[Dek! Kamu kenapa?
94. STATUS JANDA (Bagian B)Penasaran setengah mati dengan sosok si pengirim undangan, aku tidak mempunyai banyak kenalan di sini karena dari dulu kenalanku hanyalah di ruang lingkup Mas Farhan saja. Baik itu teman kerjanya, atau keluarganya, semuanya berhubungan dengan Mas Farhan. Jadi, apakah ini undangan untuk Mas Farhan atau memang untukku?Aku duduk di ruang tamu setelah membuka pintu, agar Mas Bobby nanti tidak perlu mengetuk dan bisa langsung masuk ke dalam rumah.Setelah menyamankan diri di sofaku yang terasa sangat empuk aku langsung membuka undangan yang aku dapatkan, dan setelahnya mataku langsung terbelalak kaget melihat siapa pengantinnya.Farhan Maulana dan juga Maura Ayu Cantika.Wah, undangan mantan suami dan juga mantan sahabat ternyata. Akhirnya jadi juga pernikahan mereka, lucu sekali karena mereka menikah di saat Maura sudah hamil seperti ini. Jika aku di bulan keempat, mungkin Maura di bulan yang sama atau lebih sedikit.Mereka cukup tidak tahu malu karena berani
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU95. MAS FARHAN MENGHILANG (Bagian A)Aku bergegas menghampiri Maura dan juga Arca yang kini sedang saling menjambak di depan sana, keduanya saling merenggut rambut satu sama lainnya dengan sangat erat.Pakaian keduanya berantakan dan juga terlihat kotor, bahkan dari jauh sini aku bisa melihat wajah Arca yang memerah entah karena apa. Walau Arca juga merenggut rambut Maura dan menariknya dengan beringas, tapi sahabatku itu juga sangat terlihat berhati-hati agar tidak mengenai dan menyakiti perut Maura yang sudah membesar.Sedangkan Maura sendiri nampaknya tidak memperdulikan keadaannya yang sedang hamil, karena dia masih dengan semangat meluncurkan banyak serangan dan juga pukulan hingga cakaran pada Arca yang tengah mengalah padanya. Memang gila! Dia ini tidak memikirkan akibat dari perbuatannya ini, apa dia tidak takut kalau seandainya pukulan Arca mengenai perutnya? Akibatnya bisa fatal!“Maura, lepaskan Arca!” kataku me