Home / Rumah Tangga / IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU! / 5. Hari Pertama Bekerja

Share

5. Hari Pertama Bekerja

last update Last Updated: 2025-02-10 12:38:53

"Tidak ada tapi-tapian, Ash." Hans menyanggah penolakan Ashley, kemudian bangkit dari duduknya, "Ayo, aku tunjukkan di mana kamar Haneul. Mungkin saja dia sudah tidur, tapi tidak apa, yang penting kamu sudah tau kamarnya."

Ashley mengangguk pelan, seraya mengikuti langkah sang majikan menuju lantai dua. Di mana kamar Haneul bersebelahan dengan kamar Hans.

Sang CEO membuka pintu sangat pelan hingga hampir tidak terdengar suara apapun. Keduanya melangkah masuk lebih dalam.

Pandangan Ashley langsung tertuju pada bayi laki-laki yang tertidur pulas dengan posisi miring. Tampak tenang dan menggemaskan. Sebulir air tanpa sengaja menerobos keluar sudut matanya.

"Benarkan, dia sudah tidur." Seutas senyum kecil pun tergambar pada bibir Hans yang langsung mendapat anggukan sang wanita.

Suara bisik-bisik itu ternyata membangunkan perawat khusus menjaga Baby Neul selama ini. "Eugh ... Pak Hans ...?" sapa perawat sedikit terkejut.

Sang perawat berusaha memulihkan kesadaran, namun Hans melarangnya. "Tidak perlu bangun. Aku hanya menunjukkan pada Ashley. Mulai besok, dia yang akan merawat sekaligus menjadi ibu susu Haneul."

Perawat pun mengangguk kecil, "Baik, Pak. Kebetulan stok susu juga tinggal satu kantong saja."

Ashley belum berani menyentuh Haneul karena takut membangunkan bayi itu. Namun, ia bertekad akan datang lebih pagi, sehingga saat Haneul membuka mata, dialah yang dilihat.

Akan tetapi, sesaat Ashley berubah pikiran. Ia menarik kemeja Hans yang berdiri di sampingnya. "Uhm ... Pak, bolehkah saya tidur di sini? Saya tidur di karpet bawah juga tidak apa-apa."

Mengerutkan kening, pria itu kebingungan, "Kenapa? Apa kamu tidak suka kamarmu?"

"Oh, tidak, Pak!" sanggah Ashley cepat, "maksutnya agar saya lebih mudah memberi asi bayi Haneul saat dia menangis."

"Hm, boleh," angguk Hans setuju, kemudian menunjuk, "Kamu boleh pakai kasur besar itu. Tidur saja di sana."

Memang benar, kamar di ruang Baby Neul sangat luas. Selain terdapat box bayi, kamar tersebut juga ada ranjang besar dan ranjang lipat yang biasanya dipakai perawat.

"Ehm, apa tidak terlalu besar, Pak? Saya bisa kok tidur di lantai," tolak Ashley.

"Jangan! Saya justru tidak mengijinkan kamu tidur di lantai. Kalau kamu sakit terus bagaimana dengan bayi saya? Bisa-bisa Haneul juga ikut masuk angin!" tegas Hans melarang. "Pokoknya selama kamu menyusui Haneul, kamu harus jaga kesehatan kamu. Mulai dari pola makan dan obat-obatan, semua harus kamu jaga."

Larangan Hans seketika membuat nyali Ashley menciut. Wanita itu tertunduk dalam, "Ba-baik, Pak. Maafkan saya."

Menghela lega, Hans berucap lagi, "Ya sudah, sekarang kamu istirahat. Jangan sampai saya lihat kamu tidur di lantai!"

"Terima kasih, Pak. Selamat malam."

Setelah memastikan bayinya berada di tangan yang tepat, Hans berbalik badan, membawa langkahnya keluar kamar.

Dengan langkah letih, Hans kembali ke kamar. Sekarang waktunya ia ikut mengistirahatkan badan. Seharian berkutat dengan urusan kantor dengan pikiran yang bercabang pada Baby Neul membuat badannya terasa sangat lelah.

"Semoga besok lebih baik," gumam Hans sembari melangkah menuju kasur.

Serasa baru saja memejamkan mata. Pagi ini Hans dikejutkan dengan tangisan Haneul yang sangat kencang. Bayi itu sepertinya merasakan sakit, seolah ruam pada kulitnya belum juga membaik.

Beruntung, Ashley sejak bangun tidur sudah membersihkan diri lebih dulu, serta terutama bagian areola. Wanita itu langsung menghampiri box sang bayi.

"Hmmm ... Baby Haneul sudah bangun ya ...?"

Entah dari mana kekuatan dan ilmu Ashley, cara dia menggendong dan menenangkan Haneul, seolah semua refleks tanpa ia paksakan. Tanpa ia sadari batinnya terasa bahagia, seakan ia menyentuh anak kandungnya.

Ashley langsung memeriksa bagian pampers sang anak yang ternyata sudah penuh. Ia juga melepaskan semua pakaian Haneul.

"Sekarang, mandi dulu ya, Sayang ..."

Air yang sudah ia siapkan dalam ember pun terisi dengan air suam-suam hangat. Dengan telaten, Ashley memandikan bayi usia satu bulan itu. Ia mengusapnya lembut dan penuh kasih sayang.

"Setelah mandi, Haneul mau minum susu ya ..." Ashley tetap mengajak bicara sang bayi meskipun tak ada balasan. Namun ia yakin, cara ini adalah cara yang ampuh untuk perkembangan bayi.

Selang beberapa menit, ia menyudahinya. Ashley membungkus Haneul dengan handuk dan memakainya baju hangat.

"Nah, sudah ganteng kan .... Anak Ibu Ash siap minum susu ya ..."

Di dalam kamar itu hanya ada Haneul dan Ashley saja. Sang perawat pun sedang berada di bawah mencuci pakaian dan selimut kotor sang bayi.

Ashley menarik satu bangku di tepi box bayi, kemudian memangku sang anak yang kini mengoceh dengan bahasa bayi. Sebelum memberi ASI-nya, Ashley berkata dalam hati.

"Khaira, asi-nya buat dedek Haneul ya, maafkan ibu karena ibu belum sempat kasih ke kamu ..." ratap Ashley terisak, namun dengan cepat ia mengendalikan emosinya. Dia tidak ingin asi yang ia berikan berpengaruh pada Haneul.

Perlahan ia mulai membuka kancing bajunya satu persatu. Dengan lembut Ashley mengarahkan puting payudaranya pada bibir sang bayi.

Haneul yang sudah merasakan lapar sejak tadi, sehingga bibirnya mulai mencari dan memompa asi dari pabriknya tersebut.

Hatinya berdesir, namun bahagia, itulah yang dirasakan Ashley sekarang. Baru ini ia memberikan asi-nya pada bayi secara langsung. Biasanya, ia hanya memompanya menggunakan alat.

Selama menyusui, Ashley banyak berpikir. "Apa aku bisa menjemur tubuh Haneul di bawah matahari pagi?" gumam Ashley tampak ragu.

Sementara di ruang cuci, sang perawat yang sedang mencuci baju dan selimut Haneul, samar-samar mendengarkan obrolan para pelayan yang mengatakan jika dirinya akan dikembalikan ke Agency.

Risma harus mengeratkan pendengaran agar mampu menjangkau bisik-bisik yang dilakukan para pelayan. Seketika ia menjadi kesal.

Terlebih ia mendengar percakapan antara Hans dan Ashley semalam, memang Ashley sangat dibutuhkan. Karena kedatangan Ashley, sehingga dirinya tidak diperkerjakan lagi di rumah itu.

"SIAL! Kenapa harus dia yang ada di sini? Kenapa aku yang harus tersingkir!" batinnya.

Ia pun cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya. Berharap bisa mengawasi dan mencari kesempatan mengambil perhatian sang majikan.

"Pokoknya aku harus cepat selesaikan ini. Tidak, tidak boleh dia yang menjaga Baby Neul." Risma merasa memiliki hak. Karena dialah perawat pertama yang mengurus kebutuhan dan menjaga sang bayi.

Suara pintu terbuka, Risma langsung masuk ke dalam, pandangannya sontak membola dengan kedua mata yang hampir keluar.

"Apa-apaan kamu ini, Ashley!" seru Risma hingga suaranya menggelegar terdengar sampai keluar kamar.

Ashley yang sedang duduk di balkon kamar Haneul dengan sang bayi di pangkuannya seketika menoleh terkejut.

Hans yang kebetulan sudah bersiap ke kantor hendak melewati kamar Haneul pun mendengar bentakan Risma. Pria itu langsung menerobos masuk.

"KAMU TAU KAN HANEUL SEDANG SAKIT KULIT! KENAPA KAMU MENJEMURNYA! APA KAMU MAU DIPECAT!!" hardik sang perawat.

Tanpa Risma sadari, Hans berdiri di belakangnya ...

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (34)
goodnovel comment avatar
SalmiaSR
galak banget sih si risma .. kamu yg bakalan d pecat . hadeuuh
goodnovel comment avatar
Yanda Hanazti
ya ampun risma perasaan kamu juga perawat yg menjaga haneul tp seolah kamu adalah ibu kandung nya neul sehingga bebas membentak ashley
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
hehh risma apaan sihh kamu itu berasa nyonya banget .sampai bentak-bentak c Ashley .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   6. Rencana Risma

    Dengan cekatan Ashley langsung menutup tubuh Baby Haneul dengan selimut, menyadari kehadiran sang majikan. Wanita itu bangkit dari duduknya, mendekap sang anak dengan erat."Maaf, saya pikir sinar matahari pagi baik untuk kesehatan bayi," balas Ashley menerangkan sembari membawa Baby Neul masuk."Tapi bukan sekarang, Ash!" Lagi-lagi Risma memprotes.Hans melihat kemarahan Risma semakin menjadi. Pria itu lantas melangkah maju di antara Risma dan Ashley. "Tidak apa, Sus. Toh, ruam pada Haneul juga sudah membaik, biarkan Ashley yang mengurusnya. Dia mungkin lebih tau kondisi Baby Neul," ucap Hans menghentikan pertikaian.Ashley meletakkan Baby Neul di atas kasur besar, lalu merapikan lagi baju sang anak, kemudian melihat ke arah Hans, "Haneul sudah minum asi pagi ini, Pak. Jadi dia lebih tenang sekarang. Anda mau menggendongnya?"Hari pertama Ashley bekerja, Hans bisa melihat kelembutannya merawat sang anak. Tentu saja wanita itu lebih mendalami perannya sebagai seorang ibu dibandingkan

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   7. Tukang Gosip

    Di perusahaan besar LuminaTech. Pria yang duduk di balik meja kerja besar tampak berpikir keras hingga keningnya berkerut. Hans mengetuk-ngetuk meja kerja beberapa kali kemudian mengangkat gagang telepon. "Hallo Liam, ke ruanganku sekarang!" Sang CEO memeriksa kembali beberapa email, dan cctv dalam kamar Baby Neul yang terhubung ke ponselnya. "Ternyata dia sedang menyusui Haneul ..." batin Hans tetap memastikan sang anak dengan baik. Dalam lamunan itu ... Tak berselang lama, terdengar ketukan pintu sekilas, lalu nampak sang asisten melangkah masuk ke dalam dengan membawa iPad, "Anda mencari saya, Pak?" "Hm, duduklah." "Pak, Anda sudah periksa catatan yang dikirim sekretaris?" tanya Liam tiba-tiba. "Ekhem ..." Hans berdehem kecil, kemudian mengembalikan ekspresinya cepat, "hm ... sudah, aku sudah periksa tadi." "Lalu, bagaimana tanggapan Anda, Pak? Apa Anda juga setuju?" "Lanjutkan saja dulu, akan aku tambahi setelah pertemuan nanti," jawab Hans, "Oh ya, katakan pa

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   8. Tertinggal Rapat

    Mendengar suara bariton yang mereka kenali, Ashley dan Risma seketika menoleh dengan wajah cemas.Ashley mendongak terkejut. Sementara Risma menoleh, namun dengan batin tertawa. "Rasakan kamu, masuk jebakanku!" "Ma-maaf, Pak, bukan maksud kami begitu," ucap Ashley terbata."I-iya Pak, maaf saya terpaksa mengatakannya karena Ashley mendesaknya," alibi Risma membuat Ashley menoleh dengan tercengang."Tidak, Pak. Bu—""Diam!" Hans melangkahkan kaki masuk lebih dalam ke kamar itu, "Sekali lagi aku mendengar kalian bicara sembarangan, aku tidak akan memaafkannya!"Ashley hanya bisa tertunduk dalam, dan merasa kesal karena Risma sudah mengambinghitamkannya.Walaupun Hans melihat sang bayi tampak riang disertai berceloteh ria, tapi ia tidak bisa membiarkan siapapun membicarakan tentang istrinya. Tak terkecuali, termasuk para pelayan.Setelahnya, pria itu langsung berbalik badan, meninggalkan Ashley yang

    Last Updated : 2025-02-26
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   9. Kecanggungan di dalam Mobil

    Sandra seketika mendapat lirikan tajam dari pria yang duduk di sisi ujung meja dalam rapat itu.Liam merasa geram karena bisa-bisanya sekretarisnya itu telat dalam menghadiri rapat penting pagi ini.Wanita itu berjalan santai meski sudah mendapat tatapan tajam, "Maaf Pak, macet di jalan."Itu hanyalah alibi Sandra demi menghindari amarah dari sang CEO. Padahal, bukan itu yang sebenarnya terjadi.Setelahnya, selama hampir kurang satu jam, rapat tersebut berakhir. Hans bangkit dari duduknya, kemudian melangkah menuju ruangannya yang diikuti Liam. "Semua sudah siap, Liam?" tanya Hans tanpa menoleh."Sudah, Pak." Liam langsung paham dengan pertanyaan sang CEO yang membahas tentang perjalanan bisnisnya nanti sore.Sementara Sandra, memandang heran pada dua lelaki itu yang tidak menggubrisnya. "Apaan sih, masak iya mereka gak liat aku di sini!" gerutu Sandra seraya memberesi berkas-berkas rapat tadi.Di dalam ruang s

    Last Updated : 2025-02-26
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   10. Di Anggap Tak Ada

    Jadwal penerbangan Hans dan Liam sekitar dua setengah jam lagi, namun kedua pria itu sudah bersiap untuk menuju ke bandara."Winda, sementara aku tidak ada di rumah, kamu bantu mereka dan jaga anakku dengan baik," pesan Hans sebelum melanjutkan langkahnya, "Kabari aku langsung kalau ada apa-apa dengan Baby Neul."Hans bertemu dengan Winda saat wanita paruh baya itu keluar dari kamar sang bayi. Sementara Hans baru saja menutup pintu kamarnya dan ingin berpamitan pada Haneul.Wanita paruh baya itu mengangguk lirih, "Baik, Pak. Tanpa Anda berkata begitu, sudah menjadi tugas saya.""Aku juga sudah pesan pada Ashley beberapa hal, tinggal kamu pantau saja kegiatannya. Dan satu lagi, gizi makanan Ashley jangan kamu abaikan. Itu juga berpengaruh pada anakku.""Selalu Pak, untuk makanan Ibu Ashley, Pak hans tenang saja."Hans mengangguk yakin, "Baik, aku percaya itu.""Jika tidak ada yang ingin Pak Hans sampaikan lagi, saya permi

    Last Updated : 2025-02-26
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   11. Membeli Daster

    Pagi itu memang pemandangan yang sangat menyenangkan. Meskipun tidak ada Hans di rumah itu, namun Ashley sangat bertanggung jawab atas tugasnya dalam mengurus Baby Neul. Eugh ... Erangan kecil kemudian disusul dengan rengekan Haneul membuat Ashley melihat ke dalam box bayi. Dengan sigap Ashley membopong tubuh Baby Neul, lalu menggendongnya, "Emmm, Sayang ... Baby Neul haus? Mau nenen ...?" Jiwa ke-ibuan Ashley berjalan begitu saja. Ia langsung memposisikan Haneul dengan tepat, sehingga sang bayi dapat nyaman menyerap asupan makanan dari dalam tubuhnya. Setelah kejadian kemarin pun Ashley tetap baik terhadap Risma. Selain menganggap sama-sama pekerja di rumah itu, Ashley memang memiliki hati yang lembut. Setelah memasukkan baju dan selimut kotor sang bayi ke dalam keranjang. Kemudian melihat Ashley sedang menyusui Haneul, Risma menepuk lengan Ashley lalu berkata, "Aku tinggal dulu ya, Ash. Ada kerjaan di bawah," pamitnya. "Hm." Ashley mengulas senyum kecil, membiarkan Ris

    Last Updated : 2025-02-27
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   12. Bertemu Doni

    Di dalam mall besar, Risma dan Ashley tampak senang mendorong kereta bayi. Sementara Baby Neul pun tertidur pulas, menghiraukan kebisingan sekelilingnya, seolah telinga Haneul merasakan penyesuaian dengan dunia luar. "Wah ..., ternyata begini dalam isi mall," seloroh Ashley memandang pertokoan dengan mata binar. Mengernyit heran, Risma menoleh sekilas, "Memangnya kamu gak pernah masuk mall?" Ashley menggeleng, "Jarang untuk belanja, Ris. Mendingan juga ke pasar, harganya jauh lebih murah. Apalagi bisa ditawar juga." Memang benar, demi menjaga pengeluaran keluarga tetap stabil, Ashley tidak pernah belanja di mall. Mengingat gaji Soni yang waktu itu hanya seorang pekerja bengkel. Hampir setiap toko di dalam mall tersebut keduanya lalui hanya untuk melihat-lihat. Namun tiba-tiba ... "Lihat Ris, itu ada Diskon!" seru Ashley melihat tumpukan baju murah dalam keranjang display. Ia siap mengarahkan langkah menuju ke toko itu. Risma terbeliak melihat banyaknya orang berjejal dan

    Last Updated : 2025-02-27
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   13. Kejujuran Ashley

    Meskipun langkah kaki keduanya sempat terhenti sejenak karena seruan Doni. Akan tetapi, Ashley menarik lengan Risma agar cepat mengikuti langkahnya lagi. Mereka mengabaikan panggilan Doni."Biarin aja, Ris! Cepetan kita pergi dari sini!"Dengan langkah menahan sakit, Ashley terus membawa langkahnya keluar mall itu, walaupun ada rasa penasaran dalam diri Risma.Beruntungnya, mobil yang dikemudikan sang supir terparkir tidak jauh dari pintu keluar. Dibantu sang supir memasukkan kereta dorong ke dalam bagasi belakang, kemudian Ashley memberi perintah. "Buruan jalan, Pak!"Kedua tangan Ashley tampak sedikit gemetaran saat menggendong Baby Neul, membuat Risma penasaran, "Kamu gak papa, Ash?"Entah, apa yang di rasakan Ashley saat ini. Padahal, jikalau dilihat dengan situasi saat tadi, Doni tampak seperti pria baik."Hmm." Ashley menyembunyikan keresahan.Setiba di rumah Hans, Risma membantu menggendong Baby Neu

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   69. Frustasi

    Sandra terbangun dengan kepala yang Mata Sandra membelalak. Napasnya tercekat.Pikiran Sandra langsung melayang ke kejadian semalam. Tangan-tangan kasar itu memperlakukannya dengan brutal—menarik, mencengkeram, dan merenggut harga dirinya tanpa ampun, seolah ia bukan manusia. Semua itu terjadi diiringi desahan dan tawa menjijikkan.Suara mereka masih terngiang di telinga Sandra. Mereka mengolok-olok, menyebutnya murahan, lalu tertawa puas sambil mengatakan betapa mereka menikmati saat Sandra memohon, menangis, meronta sekuat tenaga, dan berteriak ketakutan."Tidaaaak!"Sandra menjerit histeris, tangannya mencengkeram rambutnya sendiri. Ia ingin menyangkal apa yang terjadi, tapi rasa sakit di tubuhnya berkata lain. Ia merasa jijik. Marah dan hancur.Emosi yang membuncah membuatnya meraih gelas kaca di atas meja dan melemparkannya ke dinding. "Bajingan!!!""Bangsat! Hendrik brengsek!!"Sandra bangkit dengan tubuh geme

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   68. Kegiatan Pagi Hari

    Hans memang memberi waktu bagi Ashley untuk menyesuaikan diri sebagai istrinya. Ia tidak memaksanya untuk segera menjalankan peran sebagai istri sepenuhnya. Baginya, sudah cukup jika Ashley tidak melupakan tugasnya sebagai seorang ibu. Pria itu menatap Ashley dengan lembut, membiarkan keheningan di antara mereka sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Apa yang kamu inginkan dariku sebagai suamimu, Ash?" Terdiam sejenak, Ashley menatap Hans dengan sorot mata ragu. Mereka kini berbaring saling berhadapan. Kedua bola mata saling menyelami perasaan masing-masing. Begitu pula Hans, menatap teduh sang istri. Ashley tersentak mendengar pertanyaan itu. Ia mengangkat wajah, menatap suaminya dengan ragu. "Aku ... aku bersyukur," katanya pelan. "Aku gak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua mertuaku sebelumnya, tapi di sini, aku merasakannya. Aku gak butuh apa-apa lagi." Hans menggeleng kecil, tersenyum hangat. "Bukan itu maksudku, sayang." Ia mendekat, menggenggam tangan Ashley dengan

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   67. Canggung

    Setelah acara pesta barbeque usai pada malam itu, Naomi langsung membawa Haneul ke kamarnya. Sementara Hans dan Candra masih berbincang di ruang keluarga. Perbincangan yang santai diselingi tawa dan canda dari anak mantu keluarga Lee.Baru kali pertama Ashley merasakan kehangatan di dalam lingkungan keluarga mertuanya, dan sambutan mereka yang begitu hangat."Ash, kamu jangan sungkan-sungkan kalau di rumah ini ya. Ini rumah masa kecil Hans, jadi kamu pun juga harus merasa nyaman di sini," kata Candra membuat suasana semakin hangat."Mmm, iya, Pi. Aku akan membiasakan diri," balas Ashley terdengar kaku.Pasangan muda itu duduk berdampingan di sofa, sementara Candra duduk tak jauh dari mereka. Setelah mendengar lagi ucapan sang menantu, Candra tersenyum tipis, "Ya ya ya, itu akan jadi lebih baik. Jadi, kapan kalian bulan madu?"Hans dan Ashley saling berpandangan. Ashley menundukkan wajah, tersipu malu, sementara Hans menggar

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   66. Berpacu Waktu

    Entah mimpi apa Sandra hingga terjebak ke dalam permainan Hendrik yang sangat panas. Pria yang memiliki studio itu biasanya menghasilkan gambar-gambar para model untuk cover atau iklan tertentu.Namun, di balik semua itu, ternyata Hendrik memiliki bisnis kotor. Ia memproduksi film porno dengan korban yang ia ancam akan disebar video yang ia rekam.Plak!"Diam dan patuh, Sandra. Atau kamu tiba-tiba jadi artis viral!" bentak HendrikPipi Sandra seketika menjadi panas. Wajahnya langsung memerah marah. Detik itu juga sesuatu terasa keras masuk ke dalam intinya. Dirinya merasa terbelah. Sandra sontak mendongak. "Argh ...!"Hendrik mendorong kuat miliknya yang sudah mengeras dengan sekali hentakan. Sedikit sulit, dan sesuatu yang basah ia rasakan."Hmmm ... Ternyata kamu masih perawan juga ya?" desis Hendrik sambil menarik miliknya sedikit.Sekali lagi, ia hentakkan kuat hingga terdengar jeritan dari wanita yang ada di b

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   65. Ikat Dia

    Hendrik mulai melumat bibir Sandra. Perlahan, bibirnya menjelajah leher jenjang Sandra. Sementara kedua tangannya bergerilya menjelajahi tubuh halus Sandra tanpa menghentikan aksinya menciumi leher Sandra. Bahkan pria itu meninggalkan tanda merah yang dalam di kulit putih Sandra.Tiba-tiba Hendrik menghentikan aksinya dan berdiri. Ia memperhatikan tubuh Sandra yang masih terkulai tak sadarkan diri. Sesaat, ia terdiam. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya."Gini gak seru," gumam Hendrik. "Kalau dia sadar, reaksinya pasti lebih menarik."Dua teman Hendrik, Riki dan Anton, saling pandang."Maksudnya gimana?" tanya Anton, pria bertubuh besar dengan perut buncit."Bangunin dulu," Hendrik melirik ke wastafel di sudut ruangan. "Ambilin air, Rik."Riki, pria berkepala plontos, mengangkat bahu sebelum akhirnya berjalan ke wastafel. Sementara itu, Anton melipat tangan di dada, wajahnya masih penuh keraguan."Terus kalau

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   64. Video Panas

    Sandra yang sudah dalam keadaan tak sadarkan diri pun tengah digerayangi dua pria di sekelilingnya. Sementara Hendrik sedang menyiapkan kamera yang tepat dengan tempat yang akan dijadikan membuat video mereka. "Gimana bro, kita mulai sekarang aja, ntar keburu dia sadar?" tanya satu rekan Hendrik. Sementara satu pria lain pun menyahut, "Benar katanya. Kalau kita gak segera, mungkin kita akan gagal semuanya." "Oke, oke, tenang. Sebentar aku siapin lampu sorotnya." Setelah memastikan semuanya sempurna, Sandra yang sudah tak memakai sehelai pakaian pun tersorot kamera dengan sangat jelas. Bentuk tubuh setiap inci wanita itu terekspos melalui lensa kamera Hendrik. "Yuk, kita mulai," kata Hendrik yang mulai menyalakan lampu serta tombol power. Kamera menyala, merekam setiap detiknya tubuh wanita itu. Bagaimana pula Hendrik mendekatkan kamera itu merekam pada bagian tubuh Sandra yang paling inti. "Wow," gumam Hendrik sangat bergairah meskipun hanya melihat melalui lensa kame

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   63. Mangsa Baru

    Jika Hans dan Ashley dalam keharmonisan keluarga, berbeda dengan Sandra yang semakin terpuruk. Wanita itu benar-benar frustasi akibat tertampar oleh kenyataan yang begitu getir.Malam pun semakin larut, Sandra duduk di meja bar, menatap kosong ke gelas minumannya yang sudah hampir habis. Musik yang keras, lampu yang berkedip, dan keramaian di sekitarnya hanya membuatnya semakin merasa terasing.Dia seharusnya merasa bahagia, atau setidaknya merasa lebih baik setelah mencoba melupakan kenyataan yang pahit. Tapi kenyataan itu terus menghantuinya, seperti bayangan yang tak bisa hilang."Mengapa seolah takdir pun juga tidak memihakku ...?" gumamnya mengangkat gelas, meneguk habis isinya. Sesaat, rasa pahitnya menyeruak, mengingatkan pada betapa pahitnya kenyataan yang dia hadapi. Dia selalu bermimpi menikah dengan Hans, membangun keluarga kecil yang bahagia. Tapi kini, impian itu hancur berantakan."Sandra," bisik suara tiba-tiba dari s

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   62. Kejutan Piano

    Suasana sore semakin hangat di taman samping rumah orang tua Hans, dipenuhi tawa dan kebersamaan. Hans, Ashley, dan kedua orang tuanya sedang duduk bersama di sekitar meja makan. Terlihat Candra sudah menyiapkan alat bakar dan menyalakan api lebih dulu. Sementara Hans dan Ashley juga membantu."Kalian ambil daging, serta alat makan saja," pinta Candra agar kedua pengantin baru sedikit menjauh.Ashley menggangguk, "biar aku yang ambil sayur dan dagingnya, Mas."Namun, Hans juga tak mau kalah, ia juga ingin membantu dalam acara pesta barbeque ini, "Jangan, biarkan aku bantu juga."Keduanya langsung masuk ke dapur, Ashley membuka lemari pendingin, sementara Hans melangkah mengambil alat makan. Mereka sepakat bekerja sama."Aduh, sudah besar banget Neul, ya? Kayak papa banget,” kata Naomi, yang tiba-tiba muncul dari balik pilar sambil memeluk Baby Neul dengan lembut.Wanita paruh baya itu baru saja bermain dengan cucu kesay

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   61. Gugup

    Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Hans dan Ashley, bersama dengan Baby Neul, sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk menginap di rumah Oma dan Opa. Setelah Candra dan Naomi memutuskan untuk pulang lebih dulu setelah berakhirnya pesta. Meskipun mereka berdua tampak santai, ada sedikit kecemasan di wajah Ashley. Ini adalah pertama kalinya mereka menginap di sana, dan pastinya ada banyak hal yang ingin ia pastikan. "Ayo, Ash. Apa semua sudah siap?" tanya Hans menghampiri Ashley yang hendak Menggendong Haneul. "Hem, sudah Pak," sahut Ashley tanpa menoleh. Panggilan Ashley ternyata belum juga berubah hingga membuat Hans sedikit gemas. Namun, tangan pria itu tetap terulur membantu sang istri mengaitkan kunci di balik punggung hingga terdengar bunyi 'klik!' "Mau sampai kapan kamu gak merubah panggilan untukku itu, Sayang," bisiknya tepat di telinga Ashley hingga bibir serta embusan napas sang suami membuat wajahnya bersemu merah. Ashley tersipu malu mengalihkan pandanga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status