Home / Rumah Tangga / IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU! / 5. Hari Pertama Bekerja

Share

5. Hari Pertama Bekerja

last update Last Updated: 2025-02-10 12:38:53

"Tidak ada tapi-tapian, Ash." Hans menyanggah penolakan Ashley, kemudian bangkit dari duduknya, "Ayo, aku tunjukkan di mana kamar Haneul. Mungkin saja dia sudah tidur, tapi tidak apa, yang penting kamu sudah tau kamarnya."

Ashley mengangguk pelan, seraya mengikuti langkah sang majikan menuju lantai dua. Di mana kamar Haneul bersebelahan dengan kamar Hans.

Sang CEO membuka pintu sangat pelan hingga hampir tidak terdengar suara apapun. Keduanya melangkah masuk lebih dalam.

Pandangan Ashley langsung tertuju pada bayi laki-laki yang tertidur pulas dengan posisi miring. Tampak tenang dan menggemaskan. Sebulir air tanpa sengaja menerobos keluar sudut matanya.

"Benarkan, dia sudah tidur." Seutas senyum kecil pun tergambar pada bibir Hans yang langsung mendapat anggukan sang wanita.

Suara bisik-bisik itu ternyata membangunkan perawat khusus menjaga Baby Neul selama ini. "Eugh ... Pak Hans ...?" sapa perawat sedikit terkejut.

Sang perawat berusaha memulihkan kesadaran, namun Hans melarangnya. "Tidak perlu bangun. Aku hanya menunjukkan pada Ashley. Mulai besok, dia yang akan merawat sekaligus menjadi ibu susu Haneul."

Perawat pun mengangguk kecil, "Baik, Pak. Kebetulan stok susu juga tinggal satu kantong saja."

Ashley belum berani menyentuh Haneul karena takut membangunkan bayi itu. Namun, ia bertekad akan datang lebih pagi, sehingga saat Haneul membuka mata, dialah yang dilihat.

Akan tetapi, sesaat Ashley berubah pikiran. Ia menarik kemeja Hans yang berdiri di sampingnya. "Uhm ... Pak, bolehkah saya tidur di sini? Saya tidur di karpet bawah juga tidak apa-apa."

Mengerutkan kening, pria itu kebingungan, "Kenapa? Apa kamu tidak suka kamarmu?"

"Oh, tidak, Pak!" sanggah Ashley cepat, "maksutnya agar saya lebih mudah memberi asi bayi Haneul saat dia menangis."

"Hm, boleh," angguk Hans setuju, kemudian menunjuk, "Kamu boleh pakai kasur besar itu. Tidur saja di sana."

Memang benar, kamar di ruang Baby Neul sangat luas. Selain terdapat box bayi, kamar tersebut juga ada ranjang besar dan ranjang lipat yang biasanya dipakai perawat.

"Ehm, apa tidak terlalu besar, Pak? Saya bisa kok tidur di lantai," tolak Ashley.

"Jangan! Saya justru tidak mengijinkan kamu tidur di lantai. Kalau kamu sakit terus bagaimana dengan bayi saya? Bisa-bisa Haneul juga ikut masuk angin!" tegas Hans melarang. "Pokoknya selama kamu menyusui Haneul, kamu harus jaga kesehatan kamu. Mulai dari pola makan dan obat-obatan, semua harus kamu jaga."

Larangan Hans seketika membuat nyali Ashley menciut. Wanita itu tertunduk dalam, "Ba-baik, Pak. Maafkan saya."

Menghela lega, Hans berucap lagi, "Ya sudah, sekarang kamu istirahat. Jangan sampai saya lihat kamu tidur di lantai!"

"Terima kasih, Pak. Selamat malam."

Setelah memastikan bayinya berada di tangan yang tepat, Hans berbalik badan, membawa langkahnya keluar kamar.

Dengan langkah letih, Hans kembali ke kamar. Sekarang waktunya ia ikut mengistirahatkan badan. Seharian berkutat dengan urusan kantor dengan pikiran yang bercabang pada Baby Neul membuat badannya terasa sangat lelah.

"Semoga besok lebih baik," gumam Hans sembari melangkah menuju kasur.

Serasa baru saja memejamkan mata. Pagi ini Hans dikejutkan dengan tangisan Haneul yang sangat kencang. Bayi itu sepertinya merasakan sakit, seolah ruam pada kulitnya belum juga membaik.

Beruntung, Ashley sejak bangun tidur sudah membersihkan diri lebih dulu, serta terutama bagian areola. Wanita itu langsung menghampiri box sang bayi.

"Hmmm ... Baby Haneul sudah bangun ya ...?"

Entah dari mana kekuatan dan ilmu Ashley, cara dia menggendong dan menenangkan Haneul, seolah semua refleks tanpa ia paksakan. Tanpa ia sadari batinnya terasa bahagia, seakan ia menyentuh anak kandungnya.

Ashley langsung memeriksa bagian pampers sang anak yang ternyata sudah penuh. Ia juga melepaskan semua pakaian Haneul.

"Sekarang, mandi dulu ya, Sayang ..."

Air yang sudah ia siapkan dalam ember pun terisi dengan air suam-suam hangat. Dengan telaten, Ashley memandikan bayi usia satu bulan itu. Ia mengusapnya lembut dan penuh kasih sayang.

"Setelah mandi, Haneul mau minum susu ya ..." Ashley tetap mengajak bicara sang bayi meskipun tak ada balasan. Namun ia yakin, cara ini adalah cara yang ampuh untuk perkembangan bayi.

Selang beberapa menit, ia menyudahinya. Ashley membungkus Haneul dengan handuk dan memakainya baju hangat.

"Nah, sudah ganteng kan .... Anak Ibu Ash siap minum susu ya ..."

Di dalam kamar itu hanya ada Haneul dan Ashley saja. Sang perawat pun sedang berada di bawah mencuci pakaian dan selimut kotor sang bayi.

Ashley menarik satu bangku di tepi box bayi, kemudian memangku sang anak yang kini mengoceh dengan bahasa bayi. Sebelum memberi ASI-nya, Ashley berkata dalam hati.

"Khaira, asi-nya buat dedek Haneul ya, maafkan ibu karena ibu belum sempat kasih ke kamu ..." ratap Ashley terisak, namun dengan cepat ia mengendalikan emosinya. Dia tidak ingin asi yang ia berikan berpengaruh pada Haneul.

Perlahan ia mulai membuka kancing bajunya satu persatu. Dengan lembut Ashley mengarahkan puting payudaranya pada bibir sang bayi.

Haneul yang sudah merasakan lapar sejak tadi, sehingga bibirnya mulai mencari dan memompa asi dari pabriknya tersebut.

Hatinya berdesir, namun bahagia, itulah yang dirasakan Ashley sekarang. Baru ini ia memberikan asi-nya pada bayi secara langsung. Biasanya, ia hanya memompanya menggunakan alat.

Selama menyusui, Ashley banyak berpikir. "Apa aku bisa menjemur tubuh Haneul di bawah matahari pagi?" gumam Ashley tampak ragu.

Sementara di ruang cuci, sang perawat yang sedang mencuci baju dan selimut Haneul, samar-samar mendengarkan obrolan para pelayan yang mengatakan jika dirinya akan dikembalikan ke Agency.

Risma harus mengeratkan pendengaran agar mampu menjangkau bisik-bisik yang dilakukan para pelayan. Seketika ia menjadi kesal.

Terlebih ia mendengar percakapan antara Hans dan Ashley semalam, memang Ashley sangat dibutuhkan. Karena kedatangan Ashley, sehingga dirinya tidak diperkerjakan lagi di rumah itu.

"SIAL! Kenapa harus dia yang ada di sini? Kenapa aku yang harus tersingkir!" batinnya.

Ia pun cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya. Berharap bisa mengawasi dan mencari kesempatan mengambil perhatian sang majikan.

"Pokoknya aku harus cepat selesaikan ini. Tidak, tidak boleh dia yang menjaga Baby Neul." Risma merasa memiliki hak. Karena dialah perawat pertama yang mengurus kebutuhan dan menjaga sang bayi.

Suara pintu terbuka, Risma langsung masuk ke dalam, pandangannya sontak membola dengan kedua mata yang hampir keluar.

"Apa-apaan kamu ini, Ashley!" seru Risma hingga suaranya menggelegar terdengar sampai keluar kamar.

Ashley yang sedang duduk di balkon kamar Haneul dengan sang bayi di pangkuannya seketika menoleh terkejut.

Hans yang kebetulan sudah bersiap ke kantor hendak melewati kamar Haneul pun mendengar bentakan Risma. Pria itu langsung menerobos masuk.

"KAMU TAU KAN HANEUL SEDANG SAKIT KULIT! KENAPA KAMU MENJEMURNYA! APA KAMU MAU DIPECAT!!" hardik sang perawat.

Tanpa Risma sadari, Hans berdiri di belakangnya ...

***

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Anilo Keren 37
Dih la kalo gak di jemur di sinar matahari pagi gimana ? di kekepin aja gitu di tempat yg lembab, pengap ? justru bagus kalo di jemur di pagi hari, gitu banget ngomong nya Risma kaya Neul di gantung di jemuran aja sama Ashley
goodnovel comment avatar
Kania Putri
sedih pasti Ashley ini blm sempat menyusui anaknya tapi asinya buat orang lain gpp ya sedekah asi lebih baik karena banyak bayi di luar sana yang membutuhkannya
goodnovel comment avatar
Kania Putri
apa sih risma ini astaga lu gak tau apa2 diem aja. lagian apa yg Ashley lakukan itu bagus kasih sinar matahari buat jemur bayi haneul bagus lah dih bolehnya julid
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   6. Rencana Risma

    Dengan cekatan Ashley langsung menutup tubuh Baby Haneul dengan selimut, menyadari kehadiran sang majikan. Wanita itu bangkit dari duduknya, mendekap sang anak dengan erat."Maaf, saya pikir sinar matahari pagi baik untuk kesehatan bayi," balas Ashley menerangkan sembari membawa Baby Neul masuk."Tapi bukan sekarang, Ash!" Lagi-lagi Risma memprotes.Hans melihat kemarahan Risma semakin menjadi. Pria itu lantas melangkah maju di antara Risma dan Ashley. "Tidak apa, Sus. Toh, ruam pada Haneul juga sudah membaik, biarkan Ashley yang mengurusnya. Dia mungkin lebih tau kondisi Baby Neul," ucap Hans menghentikan pertikaian.Ashley meletakkan Baby Neul di atas kasur besar, lalu merapikan lagi baju sang anak, kemudian melihat ke arah Hans, "Haneul sudah minum asi pagi ini, Pak. Jadi dia lebih tenang sekarang. Anda mau menggendongnya?"Hari pertama Ashley bekerja, Hans bisa melihat kelembutannya merawat sang anak. Tentu saja wanita itu lebih mendalami perannya sebagai seorang ibu dibandingkan

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   7. Tukang Gosip

    Di perusahaan besar LuminaTech. Pria yang duduk di balik meja kerja besar tampak berpikir keras hingga keningnya berkerut. Hans mengetuk-ngetuk meja kerja beberapa kali kemudian mengangkat gagang telepon. "Hallo Liam, ke ruanganku sekarang!"Sang CEO memeriksa kembali beberapa email, dan cctv dalam kamar Baby Neul yang terhubung ke ponselnya."Ternyata dia sedang menyusui Haneul ..." batin Hans tetap memastikan sang anak dengan baik.Dalam lamunan itu ...Tak berselang lama, terdengar ketukan pintu sekilas, lalu nampak sang asisten melangkah masuk ke dalam dengan membawa iPad, "Anda mencari saya, Pak?""Hm, duduklah." "Pak, Anda sudah periksa catatan yang dikirim sekretaris?" tanya Liam tiba-tiba."Ekhem ..." Hans berdehem kecil, kemudian mengembalikan ekspresinya cepat, "hm ... sudah, aku sudah periksa tadi.""Lalu, bagaimana tanggapan Anda, Pak? Apa Anda juga setuju?""Lanjutkan saja dulu, akan aku tambahi setelah pertemuan nanti," jawab Hans, "Oh ya, katakan pada pelayan, penuhi

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   1. Mertua Mata Duitan

    "Masih kayak mimpi kamu pergi secepat ini, Mas ... Aku sekarang sendirian di sini ..." Langit seakan senang menertawakannya menangis. Tuhan seolah belum bosan memberinya hukuman. Awan hitam pun tetap enggan pergi dalam diri seorang Ashley.Wanita itu belum bisa menerima kenyataan sebulan lalu, di mana kecelakaan membuat sang suami luka berat, dan bayinya yang belum sempat melihat dunia ini wafat."Ya Tuhan ..., terangkan alam kubur suamiku. Aku sangat mencintainya. Izinkan aku hanya berjodoh dengan suamiku dunia akhirat ...." ratap Ashley.Hatinya begitu hancur. Dipandanginya lagi dua batu nisan mendiang suami dan bayinya di pemakaman yang sunyi di bawah guyuran hujan. Tak peduli basah dan kotor, tangannya terulur mengusap pelan pusara Soni."Aku gak akan bisa hidup tanpamu, Mas .... Aku kangen kamu, suamiku ... Kangen semua moment kebersamaan kita ..."Seakan ia belum bisa menerima kenyataan, membuat Ashley menangis tersedu meratapi nasib. Dadanya bahkan terasa sesak, hingga ia mene

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   2. Seleksi Ibu Asi

    Semangat hidup Ashley hampir sirna. Dengan tangan gemetaran. Jemari lentik memunguti baju yang dilempar sang ibu mertua, memasukkan berjejal ke dalam kantong plastik.Dalam keterpurukan dan rasa putus asa, Ashley memandangi lagi setiap sudut rumah itu dengan mata berkaca. Semua kenangan indah bersama mendiang suami kini hampir benar-benar hilang."Maafkan, aku Mas. Aku gak kuat lagi tinggal di sini ..." batinnya terasa pilu.Langkah kaki rapuhnya perlahan meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan ....Meski tidak punya tujuan, Ashley tetap melangkah pergi. Jangankan tujuan, sepeser uang pun ia tak punya."Aku gak punya siapa-siapa lagi di sini. Jadi untuk apa masih tetap bertahan sendiri ..." Dalam batinnya bergejolak.Masih dalam rintik hujan yang membasahi bumi, Ashley kini tiba di jalan raya utama. Deru suara mobil bercampur dengan cipratan air yang seakan memberi nuansa, jika masih banyak orang yang bertahan hidup di luaran sana. Namun, berbeda dengan wanita itu. Ia tak memiliki

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   3. Dilema

    Pertolongan utama pun langsung dilakukan setelah mobil Liam berhenti di depan ruang UGD. Beberapa perawat dan dokter langsung menanggani dengan sigap.Beruntungnya Ashley tidak mengalami luka berat. Bagian lututnya tidak mengalami masalah, hanya luka ringan di kening saat wanita itu pingsan tergores aspal.Dokter mengatakan bila kondisi Ashley memang lemah dan seolah tidak memiliki semangat hidup. Sang dokter pun mengatakan pada Hans setelah berhasil mengintrogasinya.Bram menemui Hans yang sudah menunggu di ruangannya. "Sepertinya, dia memang sengaja menabrakkan dirinya, Hans," katanya sembari mendudukkan diri.Sedikit terkejut, Hans mengangguk lirih, "Sudah aku duga. Lalu apa penyebabnya? Apa kamu juga tau?"Sang dokter tak heran bila sahabatnya sangat peka. "Menurut informasi yang aku dapat, dia masih berduka karena kehilangan suami dan bayinya. Kemungkinan itu yang menyebabkan dia depresi lalu ingin bunuh diri.""Apa katamu? Kehilangan bayi?"Seperti mendapat angin segar, wajah Ha

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   4. Menunggu Kepastian

    Kedatangan satu lagi sosok pria yang tiba-tiba melayangkan pertanyaan pada Ashley, membuat wanita itu terkejut. Terlebih, saat pertanyaan itu sangat tidak terduga olehnya.Ashley menatap Liam dan Hans secara bergantian. Tatapan penuh kebingungan atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan Hans."Ehm ... begini Bu Ashley. Ini Pak Hans, beliau atasan saya," kata Liam memulai percakapan. "Kami menawarkan pekerjaan untuk Anda, karena Pak Hans merasa Anda memenuhi kriteria sebagai ibu susu untuk Baby Neul."Sejenak semua sunyi. Meskipun keadaan Ashley saat itu sangat miris, namun tidak membuat Hans merasa jijik. Baju yang kedodoran dan rambut yang tak disisir rapi, serta tanpa alas kaki, itu masalah yang mudah baginya.Sementara Ashley merasa dilema dengan jawaban yang sudah ditunggu kedua pria di hadapannya. Tak ada pilihan lain untuknya. Meskipun Ashley juga banyak tau tentang ibu susu, namun ia tidak menduga ini akan terjadi pada dirinya. Kejutan apa lagi yang menantinya di depan sana?

    Last Updated : 2025-02-10

Latest chapter

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   7. Tukang Gosip

    Di perusahaan besar LuminaTech. Pria yang duduk di balik meja kerja besar tampak berpikir keras hingga keningnya berkerut. Hans mengetuk-ngetuk meja kerja beberapa kali kemudian mengangkat gagang telepon. "Hallo Liam, ke ruanganku sekarang!"Sang CEO memeriksa kembali beberapa email, dan cctv dalam kamar Baby Neul yang terhubung ke ponselnya."Ternyata dia sedang menyusui Haneul ..." batin Hans tetap memastikan sang anak dengan baik.Dalam lamunan itu ...Tak berselang lama, terdengar ketukan pintu sekilas, lalu nampak sang asisten melangkah masuk ke dalam dengan membawa iPad, "Anda mencari saya, Pak?""Hm, duduklah." "Pak, Anda sudah periksa catatan yang dikirim sekretaris?" tanya Liam tiba-tiba."Ekhem ..." Hans berdehem kecil, kemudian mengembalikan ekspresinya cepat, "hm ... sudah, aku sudah periksa tadi.""Lalu, bagaimana tanggapan Anda, Pak? Apa Anda juga setuju?""Lanjutkan saja dulu, akan aku tambahi setelah pertemuan nanti," jawab Hans, "Oh ya, katakan pada pelayan, penuhi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   6. Rencana Risma

    Dengan cekatan Ashley langsung menutup tubuh Baby Haneul dengan selimut, menyadari kehadiran sang majikan. Wanita itu bangkit dari duduknya, mendekap sang anak dengan erat."Maaf, saya pikir sinar matahari pagi baik untuk kesehatan bayi," balas Ashley menerangkan sembari membawa Baby Neul masuk."Tapi bukan sekarang, Ash!" Lagi-lagi Risma memprotes.Hans melihat kemarahan Risma semakin menjadi. Pria itu lantas melangkah maju di antara Risma dan Ashley. "Tidak apa, Sus. Toh, ruam pada Haneul juga sudah membaik, biarkan Ashley yang mengurusnya. Dia mungkin lebih tau kondisi Baby Neul," ucap Hans menghentikan pertikaian.Ashley meletakkan Baby Neul di atas kasur besar, lalu merapikan lagi baju sang anak, kemudian melihat ke arah Hans, "Haneul sudah minum asi pagi ini, Pak. Jadi dia lebih tenang sekarang. Anda mau menggendongnya?"Hari pertama Ashley bekerja, Hans bisa melihat kelembutannya merawat sang anak. Tentu saja wanita itu lebih mendalami perannya sebagai seorang ibu dibandingkan

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   5. Hari Pertama Bekerja

    "Tidak ada tapi-tapian, Ash." Hans menyanggah penolakan Ashley, kemudian bangkit dari duduknya, "Ayo, aku tunjukkan di mana kamar Haneul. Mungkin saja dia sudah tidur, tapi tidak apa, yang penting kamu sudah tau kamarnya."Ashley mengangguk pelan, seraya mengikuti langkah sang majikan menuju lantai dua. Di mana kamar Haneul bersebelahan dengan kamar Hans.Sang CEO membuka pintu sangat pelan hingga hampir tidak terdengar suara apapun. Keduanya melangkah masuk lebih dalam.Pandangan Ashley langsung tertuju pada bayi laki-laki yang tertidur pulas dengan posisi miring. Tampak tenang dan menggemaskan. Sebulir air tanpa sengaja menerobos keluar sudut matanya."Benarkan, dia sudah tidur." Seutas senyum kecil pun tergambar pada bibir Hans yang langsung mendapat anggukan sang wanita.Suara bisik-bisik itu ternyata membangunkan perawat khusus menjaga Baby Neul selama ini. "Eugh ... Pak Hans ...?" sapa perawat sedikit terkejut.Sang perawat berusaha memulihkan kesadaran, namun Hans melarangnya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   4. Menunggu Kepastian

    Kedatangan satu lagi sosok pria yang tiba-tiba melayangkan pertanyaan pada Ashley, membuat wanita itu terkejut. Terlebih, saat pertanyaan itu sangat tidak terduga olehnya.Ashley menatap Liam dan Hans secara bergantian. Tatapan penuh kebingungan atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan Hans."Ehm ... begini Bu Ashley. Ini Pak Hans, beliau atasan saya," kata Liam memulai percakapan. "Kami menawarkan pekerjaan untuk Anda, karena Pak Hans merasa Anda memenuhi kriteria sebagai ibu susu untuk Baby Neul."Sejenak semua sunyi. Meskipun keadaan Ashley saat itu sangat miris, namun tidak membuat Hans merasa jijik. Baju yang kedodoran dan rambut yang tak disisir rapi, serta tanpa alas kaki, itu masalah yang mudah baginya.Sementara Ashley merasa dilema dengan jawaban yang sudah ditunggu kedua pria di hadapannya. Tak ada pilihan lain untuknya. Meskipun Ashley juga banyak tau tentang ibu susu, namun ia tidak menduga ini akan terjadi pada dirinya. Kejutan apa lagi yang menantinya di depan sana?

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   3. Dilema

    Pertolongan utama pun langsung dilakukan setelah mobil Liam berhenti di depan ruang UGD. Beberapa perawat dan dokter langsung menanggani dengan sigap.Beruntungnya Ashley tidak mengalami luka berat. Bagian lututnya tidak mengalami masalah, hanya luka ringan di kening saat wanita itu pingsan tergores aspal.Dokter mengatakan bila kondisi Ashley memang lemah dan seolah tidak memiliki semangat hidup. Sang dokter pun mengatakan pada Hans setelah berhasil mengintrogasinya.Bram menemui Hans yang sudah menunggu di ruangannya. "Sepertinya, dia memang sengaja menabrakkan dirinya, Hans," katanya sembari mendudukkan diri.Sedikit terkejut, Hans mengangguk lirih, "Sudah aku duga. Lalu apa penyebabnya? Apa kamu juga tau?"Sang dokter tak heran bila sahabatnya sangat peka. "Menurut informasi yang aku dapat, dia masih berduka karena kehilangan suami dan bayinya. Kemungkinan itu yang menyebabkan dia depresi lalu ingin bunuh diri.""Apa katamu? Kehilangan bayi?"Seperti mendapat angin segar, wajah Ha

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   2. Seleksi Ibu Asi

    Semangat hidup Ashley hampir sirna. Dengan tangan gemetaran. Jemari lentik memunguti baju yang dilempar sang ibu mertua, memasukkan berjejal ke dalam kantong plastik.Dalam keterpurukan dan rasa putus asa, Ashley memandangi lagi setiap sudut rumah itu dengan mata berkaca. Semua kenangan indah bersama mendiang suami kini hampir benar-benar hilang."Maafkan, aku Mas. Aku gak kuat lagi tinggal di sini ..." batinnya terasa pilu.Langkah kaki rapuhnya perlahan meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan ....Meski tidak punya tujuan, Ashley tetap melangkah pergi. Jangankan tujuan, sepeser uang pun ia tak punya."Aku gak punya siapa-siapa lagi di sini. Jadi untuk apa masih tetap bertahan sendiri ..." Dalam batinnya bergejolak.Masih dalam rintik hujan yang membasahi bumi, Ashley kini tiba di jalan raya utama. Deru suara mobil bercampur dengan cipratan air yang seakan memberi nuansa, jika masih banyak orang yang bertahan hidup di luaran sana. Namun, berbeda dengan wanita itu. Ia tak memiliki

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   1. Mertua Mata Duitan

    "Masih kayak mimpi kamu pergi secepat ini, Mas ... Aku sekarang sendirian di sini ..." Langit seakan senang menertawakannya menangis. Tuhan seolah belum bosan memberinya hukuman. Awan hitam pun tetap enggan pergi dalam diri seorang Ashley.Wanita itu belum bisa menerima kenyataan sebulan lalu, di mana kecelakaan membuat sang suami luka berat, dan bayinya yang belum sempat melihat dunia ini wafat."Ya Tuhan ..., terangkan alam kubur suamiku. Aku sangat mencintainya. Izinkan aku hanya berjodoh dengan suamiku dunia akhirat ...." ratap Ashley.Hatinya begitu hancur. Dipandanginya lagi dua batu nisan mendiang suami dan bayinya di pemakaman yang sunyi di bawah guyuran hujan. Tak peduli basah dan kotor, tangannya terulur mengusap pelan pusara Soni."Aku gak akan bisa hidup tanpamu, Mas .... Aku kangen kamu, suamiku ... Kangen semua moment kebersamaan kita ..."Seakan ia belum bisa menerima kenyataan, membuat Ashley menangis tersedu meratapi nasib. Dadanya bahkan terasa sesak, hingga ia mene

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status