Home / Rumah Tangga / IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU! / 4. Menunggu Kepastian

Share

4. Menunggu Kepastian

last update Last Updated: 2025-02-10 12:37:31

Kedatangan satu lagi sosok pria yang tiba-tiba melayangkan pertanyaan pada Ashley, membuat wanita itu terkejut. Terlebih, saat pertanyaan itu sangat tidak terduga olehnya.

Ashley menatap Liam dan Hans secara bergantian. Tatapan penuh kebingungan atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan Hans.

"Ehm ... begini Bu Ashley. Ini Pak Hans, beliau atasan saya," kata Liam memulai percakapan. "Kami menawarkan pekerjaan untuk Anda, karena Pak Hans merasa Anda memenuhi kriteria sebagai ibu susu untuk Baby Neul."

Sejenak semua sunyi. Meskipun keadaan Ashley saat itu sangat miris, namun tidak membuat Hans merasa jijik. Baju yang kedodoran dan rambut yang tak disisir rapi, serta tanpa alas kaki, itu masalah yang mudah baginya.

Sementara Ashley merasa dilema dengan jawaban yang sudah ditunggu kedua pria di hadapannya.

Tak ada pilihan lain untuknya. Meskipun Ashley juga banyak tau tentang ibu susu, namun ia tidak menduga ini akan terjadi pada dirinya.

Kejutan apa lagi yang menantinya di depan sana?

"Bagaimana, Bu, apa Anda setuju?" tanya sang asisten.

Liam dan Hans menanti kepastian.

Ini harapan Hans satu-satunya demi Haneul. Hans menatap Ashley penuh harap untuk sang anak. Terlihat sekali dari sorot mata yang memohon tanpa berkata.

Entah, apa yang membuat Ashley merasa yakin. Naluri keibuannya mendorongnya menerima tawaran itu. Refleks kepalanya mengangguk setuju.

"Yes!" Sorak girang langsung terdengar dari bibir sang CEO. Kemudian Hans mengendalikan ekspresinya. "Ekhem, dan siapa namamu?"

"Sa-saya Ashley," jawab Ashley lirih.

Hans manggut-manggut, "Ashley. Dan ... mengenai hak serta kewajiban yang harus kamu kerjakan, semua akan aku beritahukan di rumah."

Ashley mengangguk lirih.

Tersenyum tipis, Hans kemudian mengalihkan pandangan pada sang asisten, "Urus administrasinya, Liam. Kita pulang!"

"Baik, Pak." Setelah mendapatkan perintah, Liam langsung mengurus biaya pengobatan Ashley, dan membantu membawa barang-barang milik wanita itu.

"Biar saya yang bawa itunya, Pak," pinta Ashley seraya menunjuk bungkusan kantong plastik. Ia merasa malu karena dalam isi kantong plastik itu yang tak seberharga.

Liam menyerahkan sembari tersenyum tipis. Kemudian berjalan lebih dulu yang diikuti sang CEO.

"Kamu bisa jalan?" tanya Hans menoleh sekilas ke belakang. Memastikan wanita yang akan menjadi ibu susu sang anak baik-baik saja.

Wanita itu mengangguk pelan, "Bisa, Pak."

"Kalau masih ada yang sakit kamu katakan saja."

Ashley menggeleng, "Tidak. Saya baik-baik saja."

Setelah mendapatkan jawaban, Hans kembali fokus ke depan. Sementara Ashley terus mengikutinya di belakang, dengan memakai sandal rumah sakit.

Liam lebih dulu mengambil mobil yang kemudian menghentikannya di depan pintu utama. Ia turun sebentar membukakan pintu untuk sang CEO, "Silahkan, Pak."

Sebelum naik, Hans melihat Ashley kemudian memberinya isyarat menggunakan dagunya, 'Masuklah dulu.'

Melangkah ragu, Ashley masuk ke dalam mobil yang kemudian disusul Hans duduk di sampingnya. Rasa tegang dan ingin tau hal apa lagi yang ada di depan sana, bercampur menjadi satu dalam diri sang wanita.

Beberapa saat perjalanan. Pagar rumah mewah di daerah kawasan elite terbuka lebar.

Kini, mobil mewah itu masuk ke dalam halaman luas yang di dalamnya berdiri bangunan kokoh dan megah.

"Ayo, turun. Kita sudah sampai," kata Hans sebelum melangkahkan kaki.

Wanita itu mengikuti langkah pria di depannya masuk ke dalam rumah.

Seorang wanita paruh baya menyapa keduanya. "Selamat malam, Pak," ucap Bu Winda menunduk sekilas.

"Oh ya, Bu Winda, tunjukkan kamar Ashley dan berikan baju bersih untuknya."

Sedikit terkejut, namun Bu Winda tetap mengiyakan. "Baik, Pak."

Hans menoleh sekilas kepada Ashley, kemudian meninggalkan kedua wanita itu.

Setelah mendapat perintah, wanita paruh baya itu menelisik Ashley dari atas hingga ujung kakinya, kemudian tersenyum hangat.

"Namamu Ashley?" tanyanya singkat yang langsung mendapat anggukan dari sang pemiliknya. "Perkenalkan aku kepala pelayan di sini, kamu bisa memanggilku Winda," imbuhnya.

Tak banyak pertanyaan yang dilontarkan Winda pada Ashley, ia langsung mengajak wanita lusuh itu ke belakang.

"Sementara ini, kamu bisa menempati kamar itu dulu," tunjuk Winda pada pintu berwarna coklat, "Cepat bersihkan badanmu, aku akan mencarikan baju untukmu."

Mendengar kelembutan dan kebaikan kepala pelayan, Ashley mengangguk, "Terima kasih, Bu."

Winda berbalik badan meninggalkan Ashley, dan kemudian mencarikan baju bersih untuk wanita itu.

Sementara Ashley, tangannya terulur membuka knop gagang pintu kamar. Tatapan Ashley langsung terkesiap, melihat kamar tidur yang dikatakan pembantu sepertinya.

"Wah, benarkah ini kamar pembantu? Ukuran ini dua kali lipat kamar di rumah Mas Soni ..." gumamnya terkagum.

Tak menunggu lama, Ashley langsung membersihkan diri setelah mendapat baju ganti dari Bu Winda.

Di kamar utama, Hans melepas dua kancing atas dan menggulung lengan kemejanya sebatas siku. Ia berdiri menatap kaca jendela besar, serta memasukkan satu tangannya di saku celana.

Kejadian sebelumnya benar-benar hampir membuat Hans cemas. Ada saja kejutan-kejutan kecil dari Tuhan untuknya.

"Ternyata ini jalannya aku menemukan ibu susu untuk Haneul ..." lirihnya, "Oh ya, aku harus menjelaskan padanya beberapa hal."

Pria itu langsung turun ke bawah dan meminta Bu Winda menyampaikan pada Ashley, kalau dirinya menunggu di ruang kerja.

Ashley kemudian membawa langkahnya menuju ruang kerja yang sudah ditunjukkan Winda tadi. Sebelum masuk ia mengetuk pelan.

"Masuk!"

Suara bariton menyilahkannya dari dalam. Hans bisa melihat seorang wanita yang kini sangat berubah dari sebelumnya. Tidak selusuh tadi.

"Duduk," titah Hans.

Ashley mendudukkan dirinya di sofa dalam ruang kerja itu, kemudian Hans mulai berkata. "Seperti yang aku katakan sebelumnya di rumah sakit. Aku ingin kamu bekerja di sini, menjadi ibu susu bayiku."

Wanita itu bergeming, namun tetap fokus mendengarkan.

"Namanya Haneul. Sejak bayi, dia alergi dengan susu formula. Maka dari itu aku menawarkan pekerjaan ini setelah aku mendapat informasi dari Bram. Aku tidak akan mencampuri urusanmu sebelumnya, aku hanya ingin kamu fokus pada pekerjaanmu di sini. Aku juga akan memberimu gaji dan fasilitas lainnya," ungkap Hans dengan lugas.

Tak ada jalan keluar bagi Ashley untuk menolak tawaran ini. Ke mana lagi ia akan pergi dan menumpang hidup?

Terlebih, dorongan naluri seorang ibu ingin menyelamatkan anak sangat mencuat ke dalam hati Ashley.

"Ba-baik saya setuju."

"Oh ya, kamu sudah tau namaku, kan?" balas pria itu sembari menyodorkan satu black card, "Pakai ini, beli semua kebutuhan yang kamu perlukan."

Melihat kartu hitam di atas meja, Ashley menggeleng cepat. Ia yakin, isi dalamnya pasti sangat banyak. "Tidak Pak, saya tidak perlu itu. Saya diberi makan saja sudah cukup."

Hans memiringkan kepalanya sedikit, "Oke, kalau kamu tidak mau, biar Liam buatkan sendiri dengan namamu."

"Tapi, Pak ..."

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anilo Keren 37
Wih belum kerja aja udah di kasih black card, sampe bolak balik baca kukira di kasih black card buat belanja kebutuhan haneul yg di butuhkan Ashley selama jadi ibu susu nya, ternyata bener kebutuhan Ashley itu sendiri ... btw mama nya haneul kemana yaa ?
goodnovel comment avatar
Kania Putri
Hans royal banget ini udah Ashley di jadikan ibu susu terus di kasih kartu limed editon yg bisa buat beli apa saja enak banget.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   5. Hari Pertama Bekerja

    "Tidak ada tapi-tapian, Ash." Hans menyanggah penolakan Ashley, kemudian bangkit dari duduknya, "Ayo, aku tunjukkan di mana kamar Haneul. Mungkin saja dia sudah tidur, tapi tidak apa, yang penting kamu sudah tau kamarnya."Ashley mengangguk pelan, seraya mengikuti langkah sang majikan menuju lantai dua. Di mana kamar Haneul bersebelahan dengan kamar Hans.Sang CEO membuka pintu sangat pelan hingga hampir tidak terdengar suara apapun. Keduanya melangkah masuk lebih dalam.Pandangan Ashley langsung tertuju pada bayi laki-laki yang tertidur pulas dengan posisi miring. Tampak tenang dan menggemaskan. Sebulir air tanpa sengaja menerobos keluar sudut matanya."Benarkan, dia sudah tidur." Seutas senyum kecil pun tergambar pada bibir Hans yang langsung mendapat anggukan sang wanita.Suara bisik-bisik itu ternyata membangunkan perawat khusus menjaga Baby Neul selama ini. "Eugh ... Pak Hans ...?" sapa perawat sedikit terkejut.Sang perawat berusaha memulihkan kesadaran, namun Hans melarangnya.

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   6. Rencana Risma

    Dengan cekatan Ashley langsung menutup tubuh Baby Haneul dengan selimut, menyadari kehadiran sang majikan. Wanita itu bangkit dari duduknya, mendekap sang anak dengan erat."Maaf, saya pikir sinar matahari pagi baik untuk kesehatan bayi," balas Ashley menerangkan sembari membawa Baby Neul masuk."Tapi bukan sekarang, Ash!" Lagi-lagi Risma memprotes.Hans melihat kemarahan Risma semakin menjadi. Pria itu lantas melangkah maju di antara Risma dan Ashley. "Tidak apa, Sus. Toh, ruam pada Haneul juga sudah membaik, biarkan Ashley yang mengurusnya. Dia mungkin lebih tau kondisi Baby Neul," ucap Hans menghentikan pertikaian.Ashley meletakkan Baby Neul di atas kasur besar, lalu merapikan lagi baju sang anak, kemudian melihat ke arah Hans, "Haneul sudah minum asi pagi ini, Pak. Jadi dia lebih tenang sekarang. Anda mau menggendongnya?"Hari pertama Ashley bekerja, Hans bisa melihat kelembutannya merawat sang anak. Tentu saja wanita itu lebih mendalami perannya sebagai seorang ibu dibandingkan

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   7. Tukang Gosip

    Di perusahaan besar LuminaTech. Pria yang duduk di balik meja kerja besar tampak berpikir keras hingga keningnya berkerut. Hans mengetuk-ngetuk meja kerja beberapa kali kemudian mengangkat gagang telepon. "Hallo Liam, ke ruanganku sekarang!"Sang CEO memeriksa kembali beberapa email, dan cctv dalam kamar Baby Neul yang terhubung ke ponselnya."Ternyata dia sedang menyusui Haneul ..." batin Hans tetap memastikan sang anak dengan baik.Dalam lamunan itu ...Tak berselang lama, terdengar ketukan pintu sekilas, lalu nampak sang asisten melangkah masuk ke dalam dengan membawa iPad, "Anda mencari saya, Pak?""Hm, duduklah." "Pak, Anda sudah periksa catatan yang dikirim sekretaris?" tanya Liam tiba-tiba."Ekhem ..." Hans berdehem kecil, kemudian mengembalikan ekspresinya cepat, "hm ... sudah, aku sudah periksa tadi.""Lalu, bagaimana tanggapan Anda, Pak? Apa Anda juga setuju?""Lanjutkan saja dulu, akan aku tambahi setelah pertemuan nanti," jawab Hans, "Oh ya, katakan pada pelayan, penuhi

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   1. Mertua Mata Duitan

    "Masih kayak mimpi kamu pergi secepat ini, Mas ... Aku sekarang sendirian di sini ..." Langit seakan senang menertawakannya menangis. Tuhan seolah belum bosan memberinya hukuman. Awan hitam pun tetap enggan pergi dalam diri seorang Ashley.Wanita itu belum bisa menerima kenyataan sebulan lalu, di mana kecelakaan membuat sang suami luka berat, dan bayinya yang belum sempat melihat dunia ini wafat."Ya Tuhan ..., terangkan alam kubur suamiku. Aku sangat mencintainya. Izinkan aku hanya berjodoh dengan suamiku dunia akhirat ...." ratap Ashley.Hatinya begitu hancur. Dipandanginya lagi dua batu nisan mendiang suami dan bayinya di pemakaman yang sunyi di bawah guyuran hujan. Tak peduli basah dan kotor, tangannya terulur mengusap pelan pusara Soni."Aku gak akan bisa hidup tanpamu, Mas .... Aku kangen kamu, suamiku ... Kangen semua moment kebersamaan kita ..."Seakan ia belum bisa menerima kenyataan, membuat Ashley menangis tersedu meratapi nasib. Dadanya bahkan terasa sesak, hingga ia mene

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   2. Seleksi Ibu Asi

    Semangat hidup Ashley hampir sirna. Dengan tangan gemetaran. Jemari lentik memunguti baju yang dilempar sang ibu mertua, memasukkan berjejal ke dalam kantong plastik.Dalam keterpurukan dan rasa putus asa, Ashley memandangi lagi setiap sudut rumah itu dengan mata berkaca. Semua kenangan indah bersama mendiang suami kini hampir benar-benar hilang."Maafkan, aku Mas. Aku gak kuat lagi tinggal di sini ..." batinnya terasa pilu.Langkah kaki rapuhnya perlahan meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan ....Meski tidak punya tujuan, Ashley tetap melangkah pergi. Jangankan tujuan, sepeser uang pun ia tak punya."Aku gak punya siapa-siapa lagi di sini. Jadi untuk apa masih tetap bertahan sendiri ..." Dalam batinnya bergejolak.Masih dalam rintik hujan yang membasahi bumi, Ashley kini tiba di jalan raya utama. Deru suara mobil bercampur dengan cipratan air yang seakan memberi nuansa, jika masih banyak orang yang bertahan hidup di luaran sana. Namun, berbeda dengan wanita itu. Ia tak memiliki

    Last Updated : 2025-02-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   3. Dilema

    Pertolongan utama pun langsung dilakukan setelah mobil Liam berhenti di depan ruang UGD. Beberapa perawat dan dokter langsung menanggani dengan sigap.Beruntungnya Ashley tidak mengalami luka berat. Bagian lututnya tidak mengalami masalah, hanya luka ringan di kening saat wanita itu pingsan tergores aspal.Dokter mengatakan bila kondisi Ashley memang lemah dan seolah tidak memiliki semangat hidup. Sang dokter pun mengatakan pada Hans setelah berhasil mengintrogasinya.Bram menemui Hans yang sudah menunggu di ruangannya. "Sepertinya, dia memang sengaja menabrakkan dirinya, Hans," katanya sembari mendudukkan diri.Sedikit terkejut, Hans mengangguk lirih, "Sudah aku duga. Lalu apa penyebabnya? Apa kamu juga tau?"Sang dokter tak heran bila sahabatnya sangat peka. "Menurut informasi yang aku dapat, dia masih berduka karena kehilangan suami dan bayinya. Kemungkinan itu yang menyebabkan dia depresi lalu ingin bunuh diri.""Apa katamu? Kehilangan bayi?"Seperti mendapat angin segar, wajah Ha

    Last Updated : 2025-02-10

Latest chapter

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   7. Tukang Gosip

    Di perusahaan besar LuminaTech. Pria yang duduk di balik meja kerja besar tampak berpikir keras hingga keningnya berkerut. Hans mengetuk-ngetuk meja kerja beberapa kali kemudian mengangkat gagang telepon. "Hallo Liam, ke ruanganku sekarang!"Sang CEO memeriksa kembali beberapa email, dan cctv dalam kamar Baby Neul yang terhubung ke ponselnya."Ternyata dia sedang menyusui Haneul ..." batin Hans tetap memastikan sang anak dengan baik.Dalam lamunan itu ...Tak berselang lama, terdengar ketukan pintu sekilas, lalu nampak sang asisten melangkah masuk ke dalam dengan membawa iPad, "Anda mencari saya, Pak?""Hm, duduklah." "Pak, Anda sudah periksa catatan yang dikirim sekretaris?" tanya Liam tiba-tiba."Ekhem ..." Hans berdehem kecil, kemudian mengembalikan ekspresinya cepat, "hm ... sudah, aku sudah periksa tadi.""Lalu, bagaimana tanggapan Anda, Pak? Apa Anda juga setuju?""Lanjutkan saja dulu, akan aku tambahi setelah pertemuan nanti," jawab Hans, "Oh ya, katakan pada pelayan, penuhi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   6. Rencana Risma

    Dengan cekatan Ashley langsung menutup tubuh Baby Haneul dengan selimut, menyadari kehadiran sang majikan. Wanita itu bangkit dari duduknya, mendekap sang anak dengan erat."Maaf, saya pikir sinar matahari pagi baik untuk kesehatan bayi," balas Ashley menerangkan sembari membawa Baby Neul masuk."Tapi bukan sekarang, Ash!" Lagi-lagi Risma memprotes.Hans melihat kemarahan Risma semakin menjadi. Pria itu lantas melangkah maju di antara Risma dan Ashley. "Tidak apa, Sus. Toh, ruam pada Haneul juga sudah membaik, biarkan Ashley yang mengurusnya. Dia mungkin lebih tau kondisi Baby Neul," ucap Hans menghentikan pertikaian.Ashley meletakkan Baby Neul di atas kasur besar, lalu merapikan lagi baju sang anak, kemudian melihat ke arah Hans, "Haneul sudah minum asi pagi ini, Pak. Jadi dia lebih tenang sekarang. Anda mau menggendongnya?"Hari pertama Ashley bekerja, Hans bisa melihat kelembutannya merawat sang anak. Tentu saja wanita itu lebih mendalami perannya sebagai seorang ibu dibandingkan

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   5. Hari Pertama Bekerja

    "Tidak ada tapi-tapian, Ash." Hans menyanggah penolakan Ashley, kemudian bangkit dari duduknya, "Ayo, aku tunjukkan di mana kamar Haneul. Mungkin saja dia sudah tidur, tapi tidak apa, yang penting kamu sudah tau kamarnya."Ashley mengangguk pelan, seraya mengikuti langkah sang majikan menuju lantai dua. Di mana kamar Haneul bersebelahan dengan kamar Hans.Sang CEO membuka pintu sangat pelan hingga hampir tidak terdengar suara apapun. Keduanya melangkah masuk lebih dalam.Pandangan Ashley langsung tertuju pada bayi laki-laki yang tertidur pulas dengan posisi miring. Tampak tenang dan menggemaskan. Sebulir air tanpa sengaja menerobos keluar sudut matanya."Benarkan, dia sudah tidur." Seutas senyum kecil pun tergambar pada bibir Hans yang langsung mendapat anggukan sang wanita.Suara bisik-bisik itu ternyata membangunkan perawat khusus menjaga Baby Neul selama ini. "Eugh ... Pak Hans ...?" sapa perawat sedikit terkejut.Sang perawat berusaha memulihkan kesadaran, namun Hans melarangnya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   4. Menunggu Kepastian

    Kedatangan satu lagi sosok pria yang tiba-tiba melayangkan pertanyaan pada Ashley, membuat wanita itu terkejut. Terlebih, saat pertanyaan itu sangat tidak terduga olehnya.Ashley menatap Liam dan Hans secara bergantian. Tatapan penuh kebingungan atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan Hans."Ehm ... begini Bu Ashley. Ini Pak Hans, beliau atasan saya," kata Liam memulai percakapan. "Kami menawarkan pekerjaan untuk Anda, karena Pak Hans merasa Anda memenuhi kriteria sebagai ibu susu untuk Baby Neul."Sejenak semua sunyi. Meskipun keadaan Ashley saat itu sangat miris, namun tidak membuat Hans merasa jijik. Baju yang kedodoran dan rambut yang tak disisir rapi, serta tanpa alas kaki, itu masalah yang mudah baginya.Sementara Ashley merasa dilema dengan jawaban yang sudah ditunggu kedua pria di hadapannya. Tak ada pilihan lain untuknya. Meskipun Ashley juga banyak tau tentang ibu susu, namun ia tidak menduga ini akan terjadi pada dirinya. Kejutan apa lagi yang menantinya di depan sana?

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   3. Dilema

    Pertolongan utama pun langsung dilakukan setelah mobil Liam berhenti di depan ruang UGD. Beberapa perawat dan dokter langsung menanggani dengan sigap.Beruntungnya Ashley tidak mengalami luka berat. Bagian lututnya tidak mengalami masalah, hanya luka ringan di kening saat wanita itu pingsan tergores aspal.Dokter mengatakan bila kondisi Ashley memang lemah dan seolah tidak memiliki semangat hidup. Sang dokter pun mengatakan pada Hans setelah berhasil mengintrogasinya.Bram menemui Hans yang sudah menunggu di ruangannya. "Sepertinya, dia memang sengaja menabrakkan dirinya, Hans," katanya sembari mendudukkan diri.Sedikit terkejut, Hans mengangguk lirih, "Sudah aku duga. Lalu apa penyebabnya? Apa kamu juga tau?"Sang dokter tak heran bila sahabatnya sangat peka. "Menurut informasi yang aku dapat, dia masih berduka karena kehilangan suami dan bayinya. Kemungkinan itu yang menyebabkan dia depresi lalu ingin bunuh diri.""Apa katamu? Kehilangan bayi?"Seperti mendapat angin segar, wajah Ha

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   2. Seleksi Ibu Asi

    Semangat hidup Ashley hampir sirna. Dengan tangan gemetaran. Jemari lentik memunguti baju yang dilempar sang ibu mertua, memasukkan berjejal ke dalam kantong plastik.Dalam keterpurukan dan rasa putus asa, Ashley memandangi lagi setiap sudut rumah itu dengan mata berkaca. Semua kenangan indah bersama mendiang suami kini hampir benar-benar hilang."Maafkan, aku Mas. Aku gak kuat lagi tinggal di sini ..." batinnya terasa pilu.Langkah kaki rapuhnya perlahan meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan ....Meski tidak punya tujuan, Ashley tetap melangkah pergi. Jangankan tujuan, sepeser uang pun ia tak punya."Aku gak punya siapa-siapa lagi di sini. Jadi untuk apa masih tetap bertahan sendiri ..." Dalam batinnya bergejolak.Masih dalam rintik hujan yang membasahi bumi, Ashley kini tiba di jalan raya utama. Deru suara mobil bercampur dengan cipratan air yang seakan memberi nuansa, jika masih banyak orang yang bertahan hidup di luaran sana. Namun, berbeda dengan wanita itu. Ia tak memiliki

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   1. Mertua Mata Duitan

    "Masih kayak mimpi kamu pergi secepat ini, Mas ... Aku sekarang sendirian di sini ..." Langit seakan senang menertawakannya menangis. Tuhan seolah belum bosan memberinya hukuman. Awan hitam pun tetap enggan pergi dalam diri seorang Ashley.Wanita itu belum bisa menerima kenyataan sebulan lalu, di mana kecelakaan membuat sang suami luka berat, dan bayinya yang belum sempat melihat dunia ini wafat."Ya Tuhan ..., terangkan alam kubur suamiku. Aku sangat mencintainya. Izinkan aku hanya berjodoh dengan suamiku dunia akhirat ...." ratap Ashley.Hatinya begitu hancur. Dipandanginya lagi dua batu nisan mendiang suami dan bayinya di pemakaman yang sunyi di bawah guyuran hujan. Tak peduli basah dan kotor, tangannya terulur mengusap pelan pusara Soni."Aku gak akan bisa hidup tanpamu, Mas .... Aku kangen kamu, suamiku ... Kangen semua moment kebersamaan kita ..."Seakan ia belum bisa menerima kenyataan, membuat Ashley menangis tersedu meratapi nasib. Dadanya bahkan terasa sesak, hingga ia mene

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status