Share

7. Tukang Gosip

last update Last Updated: 2025-02-10 16:05:31

Di perusahaan besar LuminaTech. Pria yang duduk di balik meja kerja besar tampak berpikir keras hingga keningnya berkerut.

Hans mengetuk-ngetuk meja kerja beberapa kali kemudian mengangkat gagang telepon. "Hallo Liam, ke ruanganku sekarang!"

Sang CEO memeriksa kembali beberapa email, dan cctv dalam kamar Baby Neul yang terhubung ke ponselnya.

"Ternyata dia sedang menyusui Haneul ..." batin Hans tetap memastikan sang anak dengan baik.

Dalam lamunan itu ...

Tak berselang lama, terdengar ketukan pintu sekilas, lalu nampak sang asisten melangkah masuk ke dalam dengan membawa iPad, "Anda mencari saya, Pak?"

"Hm, duduklah."

"Pak, Anda sudah periksa catatan yang dikirim sekretaris?" tanya Liam tiba-tiba.

"Ekhem ..." Hans berdehem kecil, kemudian mengembalikan ekspresinya cepat, "hm ... sudah, aku sudah periksa tadi."

"Lalu, bagaimana tanggapan Anda, Pak? Apa Anda juga setuju?"

"Lanjutkan saja dulu, akan aku tambahi setelah pertemuan nanti," jawab Hans, "Oh ya, katakan pada pelayan, penuhi gizi makanan Ashley. Aku tidak mau Haneul terkena gizi buruk."

"Baik, Pak."

Rasanya tidak mungkin makanan Ashley tidak memenuhi standart kesehatan? Namun, Liam tetap mengangguk, mengiyakan.

Hans memiringkan kepala sedikit, "Dan ... aku rasa sekarang Haneul tidak membutuhkan perawat, Liam. Kalau dia kembali ke Agency, apa tidak ada masalah?"

Sejenak Liam mencerna ucapan sang CEO kemudian membalas, "Apa Anda sudah yakin Bu Ashley bisa menanggani Baby Neul dengan baik, Pak? Jika Bu Ashley belum bisa memegang tanggung jawab penuh, saya rasa akan bermasalah bila Risma kembali ke Agency."

Hans mendengarkan dengan seksama. Memang benar yang dikatakan asistennya. Tetapi, bila melihat kejadian tadi pagi pun, Hans merasa ada kesenjangan antara Risma dan Ashley.

"Baiklah, aku tunggu beberapa bulan lagi. Biar Ashley bisa menyesuaikan dengan Haneul lebih dulu," putus Hans akhirnya, kemudian ia mengalihkan topik pembicaraan, "Oh ya, Liam. Atur pertemuanku dengan Cakrawala Utama."

"Dengan Pak Cakra, Pak?"

"Ya iya, dengan siapa lagi?" gemas Hans, "mereka ingin mendengar tentang kerja sama yang kita tawarkan kemarin."

Liam mengangguk, "Baik Pak, segera saya atur jadwal untuk Anda. Apa ini mendesak?"

"Hm, atur penerbangan untuk besok."

Setelah mendengar pernyataan dan titah yang diberikan, Liam langsung bangkit dari duduknya, "Jika tidak ada lagi yang Anda sampaikan, saya permisi."

Sepeninggal sang asisten, Hans kembali termenung. Pikirannya selalu penuh dengan sang anak. Semenjak kelahiran Haneul, hidupnya berubah derastis.

Hingga sore tiba, Ashley cukup senang dengan aktivitas barunya. Meskipun belum bisa melenyapkan tentang kenangan mendiang suaminya. Tetapi, rasa ingin mengakhiri hidupnya perlahan sirna dengan kehadiran bayi kecil yang menggemaskan.

Haneul tampak berceloteh dengan bahasa bayi yang sangat lucu. Ashley berulang kali tersenyum menatap lembut pada wajah tampan itu.

"Haneul omong apa? Coba bisikin Ibu Ash." Wanita itu menempelkan pipinya pada bibir Haneul, seolah seperti berbisik. Kemudian ia tertawa gemas.

"Hmm ... Ibu Ashley belum denger, ayo coba ulangi lagi ..."

"Tca tca tca ...."

Sang bayi menggenggam jari telunjuk Ashley pada masing-masing tangannya sambil kedua kakinya diangkat.

"Nah, ayo coba angkat kakinya lebih tinggi, Sayang. Satu ... Dua ... Ti-gaaa ..."

Ashley seakan memiliki mainan baru yang membuat hatinya tak lagi kosong. Haneul benar-benar mengisi kekosongan hatinya selama ini.

"Sudah makin pinter ya anak Ibu Ash."

Kegembiraan Ashley dan Haneul ternyata membuat Risma semakin sebal. Dia merasa eneg, melihat Ashley yang seolah mencari perhatian dengan mempererat kedekatannya dengan Baby Neul.

"Aku rasanya mau muntah melihat tingkahnya sekarang ..." lirih Risma bersedekap dada. Tanpa Ashley tau, Risma ada di belakangnya. "Rasanya dia tidak bisa dibiarkan terus-terusan. Atau aku ... Ah, aku tau caranya!"

Suara deheman mengejutkan Ashley sontak langsung menoleh.

"Ekhem ..."

Ashley melihat perawat Risma masuk ke dalam dengan membawa bungkusan yang ia ambil sebelumnya.

"Ini cream yang harus dipakai Baby Neul setiap hari, Ash. Pakaikan sehari dua kali, Pagi dan sore saja," kata sang perawat.

Menerima bungkusan kantong warna putih, Ashley mengangguk. "Hm, nanti aku pakaikan kalau mengganti pampers-nya."

Ashley meletakkan bungkusan itu di meja peralatan Baby Neul, kemudian melihat sang perawat yang juga memandang sang bayi dengan tatapan sendu.

"Duduk, Ris."

Ashley menyebut perawat Risma hanya dengan nama, karena usia mereka sebaya, di lain itu juga atas permintaan sang perawat tersebut. Kemudian keduanya duduk di atas kasur kamar Baby Neul.

Ada rasa penasaran yang ingin diketahui Ashley, dan ternyata ia tanyakan pada sang perawat.

"Ada yang mau kamu tanyakan, Ash?" tanya Risma seolah membaca pikiran.

Sejenak, ada rasa ragu untuk mengucapkan. Namun, rasa itu sangat menggangu Ashley jika belum menemukan jawabannya.

"Hmm," angguk Ashley lirih, "Ini mengenai ibu kandung Haneul. Apa yang terjadi padanya?"

Sebelum menjawab Risma menoleh kanan dan kiri, memastikan tidak orang di sekeliling mereka, "Ehm ... kalau pastinya gak ada yang tau masalahnya, Ash. Cuma orang-orang di rumah ini tau, kalau istri Pak Hans pergi begitu saja. Gak ada juga yang berani bahas hal itu di rumah ini."

"Hm. Oke, kalau gitu aku juga gak akan tanya-tanya lagi."

"Benar, fokus saja pada Baby Neul. Dia sekarang sangat menggemaskan."

Namun, siapa sangka? Obrolan keduanya ternyata terdengar Hans saat melintas di depan kamar Haneul, hendak menuju kamarnya.

"Apa-apaan kalian ini?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (33)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
risma kamu gak memberikan cream yang buat baby neul gmna-gmna kan .
goodnovel comment avatar
Attin26
jalani aja dulu tugas mu, jangan banyak tanya nanti juga kamu tau kebenarannya ibu nya baby Neul...
goodnovel comment avatar
Noviani Siregar
aduuuh.... jangan terlalu kepo Ash.... biar gk ketularan Risma...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   8. Tertinggal Rapat

    Mendengar suara bariton yang mereka kenali, Ashley dan Risma seketika menoleh dengan wajah cemas.Ashley mendongak terkejut. Sementara Risma menoleh, namun dengan batin tertawa. "Rasakan kamu, masuk jebakanku!" "Ma-maaf, Pak, bukan maksud kami begitu," ucap Ashley terbata."I-iya Pak, maaf saya terpaksa mengatakannya karena Ashley mendesaknya," alibi Risma membuat Ashley menoleh dengan tercengang."Tidak, Pak. Bu—""Diam!" Hans melangkahkan kaki masuk lebih dalam ke kamar itu, "Sekali lagi aku mendengar kalian bicara sembarangan, aku tidak akan memaafkannya!"Ashley hanya bisa tertunduk dalam, dan merasa kesal karena Risma sudah mengambinghitamkannya.Walaupun Hans melihat sang bayi tampak riang disertai berceloteh ria, tapi ia tidak bisa membiarkan siapapun membicarakan tentang istrinya. Tak terkecuali, termasuk para pelayan.Setelahnya, pria itu langsung berbalik badan, meninggalkan Ashley yang

    Last Updated : 2025-02-26
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   9. Kecanggungan di dalam Mobil

    Sandra seketika mendapat lirikan tajam dari pria yang duduk di sisi ujung meja dalam rapat itu.Liam merasa geram karena bisa-bisanya sekretarisnya itu telat dalam menghadiri rapat penting pagi ini.Wanita itu berjalan santai meski sudah mendapat tatapan tajam, "Maaf Pak, macet di jalan."Itu hanyalah alibi Sandra demi menghindari amarah dari sang CEO. Padahal, bukan itu yang sebenarnya terjadi.Setelahnya, selama hampir kurang satu jam, rapat tersebut berakhir. Hans bangkit dari duduknya, kemudian melangkah menuju ruangannya yang diikuti Liam. "Semua sudah siap, Liam?" tanya Hans tanpa menoleh."Sudah, Pak." Liam langsung paham dengan pertanyaan sang CEO yang membahas tentang perjalanan bisnisnya nanti sore.Sementara Sandra, memandang heran pada dua lelaki itu yang tidak menggubrisnya. "Apaan sih, masak iya mereka gak liat aku di sini!" gerutu Sandra seraya memberesi berkas-berkas rapat tadi.Di dalam ruang s

    Last Updated : 2025-02-26
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   10. Di Anggap Tak Ada

    Jadwal penerbangan Hans dan Liam sekitar dua setengah jam lagi, namun kedua pria itu sudah bersiap untuk menuju ke bandara."Winda, sementara aku tidak ada di rumah, kamu bantu mereka dan jaga anakku dengan baik," pesan Hans sebelum melanjutkan langkahnya, "Kabari aku langsung kalau ada apa-apa dengan Baby Neul."Hans bertemu dengan Winda saat wanita paruh baya itu keluar dari kamar sang bayi. Sementara Hans baru saja menutup pintu kamarnya dan ingin berpamitan pada Haneul.Wanita paruh baya itu mengangguk lirih, "Baik, Pak. Tanpa Anda berkata begitu, sudah menjadi tugas saya.""Aku juga sudah pesan pada Ashley beberapa hal, tinggal kamu pantau saja kegiatannya. Dan satu lagi, gizi makanan Ashley jangan kamu abaikan. Itu juga berpengaruh pada anakku.""Selalu Pak, untuk makanan Ibu Ashley, Pak hans tenang saja."Hans mengangguk yakin, "Baik, aku percaya itu.""Jika tidak ada yang ingin Pak Hans sampaikan lagi, saya permi

    Last Updated : 2025-02-26
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   11. Membeli Daster

    Pagi itu memang pemandangan yang sangat menyenangkan. Meskipun tidak ada Hans di rumah itu, namun Ashley sangat bertanggung jawab atas tugasnya dalam mengurus Baby Neul. Eugh ... Erangan kecil kemudian disusul dengan rengekan Haneul membuat Ashley melihat ke dalam box bayi. Dengan sigap Ashley membopong tubuh Baby Neul, lalu menggendongnya, "Emmm, Sayang ... Baby Neul haus? Mau nenen ...?" Jiwa ke-ibuan Ashley berjalan begitu saja. Ia langsung memposisikan Haneul dengan tepat, sehingga sang bayi dapat nyaman menyerap asupan makanan dari dalam tubuhnya. Setelah kejadian kemarin pun Ashley tetap baik terhadap Risma. Selain menganggap sama-sama pekerja di rumah itu, Ashley memang memiliki hati yang lembut. Setelah memasukkan baju dan selimut kotor sang bayi ke dalam keranjang. Kemudian melihat Ashley sedang menyusui Haneul, Risma menepuk lengan Ashley lalu berkata, "Aku tinggal dulu ya, Ash. Ada kerjaan di bawah," pamitnya. "Hm." Ashley mengulas senyum kecil, membiarkan Ris

    Last Updated : 2025-02-27
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   12. Bertemu Doni

    Di dalam mall besar, Risma dan Ashley tampak senang mendorong kereta bayi. Sementara Baby Neul pun tertidur pulas, menghiraukan kebisingan sekelilingnya, seolah telinga Haneul merasakan penyesuaian dengan dunia luar. "Wah ..., ternyata begini dalam isi mall," seloroh Ashley memandang pertokoan dengan mata binar. Mengernyit heran, Risma menoleh sekilas, "Memangnya kamu gak pernah masuk mall?" Ashley menggeleng, "Jarang untuk belanja, Ris. Mendingan juga ke pasar, harganya jauh lebih murah. Apalagi bisa ditawar juga." Memang benar, demi menjaga pengeluaran keluarga tetap stabil, Ashley tidak pernah belanja di mall. Mengingat gaji Soni yang waktu itu hanya seorang pekerja bengkel. Hampir setiap toko di dalam mall tersebut keduanya lalui hanya untuk melihat-lihat. Namun tiba-tiba ... "Lihat Ris, itu ada Diskon!" seru Ashley melihat tumpukan baju murah dalam keranjang display. Ia siap mengarahkan langkah menuju ke toko itu. Risma terbeliak melihat banyaknya orang berjejal dan

    Last Updated : 2025-02-27
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   13. Kejujuran Ashley

    Meskipun langkah kaki keduanya sempat terhenti sejenak karena seruan Doni. Akan tetapi, Ashley menarik lengan Risma agar cepat mengikuti langkahnya lagi. Mereka mengabaikan panggilan Doni."Biarin aja, Ris! Cepetan kita pergi dari sini!"Dengan langkah menahan sakit, Ashley terus membawa langkahnya keluar mall itu, walaupun ada rasa penasaran dalam diri Risma.Beruntungnya, mobil yang dikemudikan sang supir terparkir tidak jauh dari pintu keluar. Dibantu sang supir memasukkan kereta dorong ke dalam bagasi belakang, kemudian Ashley memberi perintah. "Buruan jalan, Pak!"Kedua tangan Ashley tampak sedikit gemetaran saat menggendong Baby Neul, membuat Risma penasaran, "Kamu gak papa, Ash?"Entah, apa yang di rasakan Ashley saat ini. Padahal, jikalau dilihat dengan situasi saat tadi, Doni tampak seperti pria baik."Hmm." Ashley menyembunyikan keresahan.Setiba di rumah Hans, Risma membantu menggendong Baby Neu

    Last Updated : 2025-02-27
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   14. Kaki Terkilir

    Risma pikir setelah kejadian di mall Ashley akan mendapat masalah dengan Winda. Nyatanya, ibu susu Haneul hanya diperingatkan saja oleh kepala pelayan tersebut."Sialan banget sih, kenapa dia cuma ditegur doang!" kesal Risma secara tidak sengaja menguping pembicaraan keduanya.Perawat itu sedang berpura-pura hendak ke dapur sehingga ia bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Sangat jelas jika Winda tidak memecat Ashley.Sementara Ashley sudah menuju kamar Baby Neul. Winda bangkit dari duduknya, kemudian melangkah menuju meja makan. Di sana ia melihat Risma sedang membuka lemari pendingin."Risma," panggil Bi Winda.Sang perawat menoleh, "Ya, Bu.""Lain kali kamu juga harus waspada terhadap Baby Neul, jangan sampai kejadian ini terulang lagi."Meski tidak secara langsung menegur Risma, namun Risma merasa dia juga terkena akibat dari ajakan Ashley."Sialan! Ini semua gara-gara ide konyol si Ashley, aku jadi kena

    Last Updated : 2025-02-28
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   15. Berada Dipelukan Hans

    Hans mendatangi kamar Ashley yang berada di lantai bawah. Ia langsung membuka pintu yang memang sengaja tidak di kunci oleh Ashley."Ash!"Ashley benar-benar terkejut saat sang majikan membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk. Ia menoleh sambil tercengang, "Pak, Hans?"Ia berusaha duduk meski harus menahan sakit. Memang, Ashley sebelumnya juga sudah tau kalau sang majikan akan pulang dari perjalanan dinas hari ini.Namun, ia tidak menduga bila Hans akan masuk ke dalam kamarnya dalam kondisi dan pemandangan yang menurutnya sangat ... Wanita itu cepat-cepat membenahi dress yang tersingkap."Eh, ehm ... maaf, saya tidak mengetuk dulu," kata Hans menunduk sekilas, kemudian mengubah ekspresi wajahnya cepat, melihat kaki Ashley yang terbungkus perban.Ashley pun diam, situasi ini benar-benar membuat keduanya menjadi canggung.Tanpa berkata, Hans langsung menggulung kedua lengan kemejanya sampai siku, hingga tampak otot lenga

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   94. Tamu Tak Diinginkan

    Ashley mengerutkan kening. Ia perlahan turun dari gendongan Hans, berdiri di samping suaminya yang masih mematung, menatap ke arah sosok asing yang berdiri di ruang tamu. "Siapa perempuan itu? Kenapa Ko Hans terlihat begitu tegang?" batin AshleyPerempuan itu tampak anggun, dengan senyum lebar yang seolah tidak menyadari keterkejutan yang mengisi udara di sekitar mereka. Rambutnya tergerai rapi, bibirnya dilukis merah muda, dan matanya bersinar—seolah kedatangannya adalah kabar baik.Belum sempat Ashley bertanya, perempuan itu tiba-tiba melangkah cepat dan langsung memeluk Hans begitu saja, tanpa ragu.Ashley tersentak. Ia berdiri terpaku, matanya membelalak. Dadanya sesak seketika, jantungnya berdegup keras. Sedetik tadi, malam terasa hangat. Kini, ia seperti dilempar ke dalam kolam es.Sementara Hans juga tampak terkejut. Tubuhnya menegang beberapa detik, sebelum akhirnya ia mendorong perempuan itu perlahan, menjauh dari dirinya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   93. Siapa?

    Setelah makan sore yang hangat dan sederhana, Hans dan Ashley akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari mulai gelap, dan suasana di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang masih membekas dari obrolan-obrolan kecil selama makan tadi. Di dalam mobil, Ashley memegang kotak kecil berisi kalung itu erat-erat di pangkuannya. Jemarinya sesekali menyentuh liontin bintang di dalamnya, seolah memastikan hadiah itu nyata dan bukan sekadar khayalan."Aku masih nggak percaya kamu melakukan ini," katanya pelan, masih menatap kotak itu. “Kupikir kita cuma mau makan aja.”Hans melirik sekilas sambil tersenyum. "Kamu suka?" Ashley mengangguk, senyumnya melebar. "Iya, aku sangat suka."Beberapa saat mereka diam. Musik lembut mengisi keheningan, menemani pemandangan lampu-lampu jalan yang melintas perlahan di balik kaca jendela.Tidak lama kemudian, Hans menepikan mobil ke bahu jalan yang cukup sepi, lalu mematikan mesin.As

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   92. Senyuman

    Sore harinya, dokter akhirnya masuk dengan senyum hangat di wajahnya. Setelah memeriksa hasil tes dan kondisi fisik Ashley, ia memberikan keputusan yang dinanti-nanti."Semua hasilnya baik. Tidak ada indikasi komplikasi. Jadi, Bu Ashley sudah boleh pulang sore ini, ya. Tapi tetap harus banyak istirahat di rumah."Ashley nyaris melompat dari tempat tidur kalau saja Hans tidak langsung menahan bahunya. Senyum lebarnya tidak luntur sedikit pun sejak dokter mengucapkan kata “boleh pulang.”“Terima kasih banyak, Dok!” ucap Ashley semangat.Hans mengangguk sopan. Setelah proses administrasi dan pengambilan obat selesai, mereka pun meninggalkan rumah sakit.Sepanjang perjalanan di dalam mobil, Ashley nyaris tak berhenti tersenyum. Ia duduk dengan tubuh condong ke depan, memeluk tas kecilnya, sementara pandangannya sesekali melongok keluar jendela.Hans yang menyetir di sebelahnya melirik beberapa kali, lalu tersenyum tipi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   91. Penuh Cinta

    Pagi menjelang dengan langit yang perlahan berubah cerah, cahayanya menyusup masuk lewat tirai kamar rumah sakit. Ashley duduk di tepi ranjang, mengenakan sweater tipis dan celana panjang yang dibawakan Hans semalam. Rambutnya tergerai seadanya, luka di kepalanya sudah dibalut rapi. Meski nyut-nyutan masih terasa, wajahnya terlihat jauh lebih segar daripada malam sebelumnya.Hans mondar-mandir di kamar, membereskan tas kecil yang berisi barang-barang Ashley. Sesekali ia melirik istrinya, memastikan semuanya baik-baik saja.Ashley menggeser selimutnya pelan dan menurunkan kaki ke lantai. Dengan hati-hati, ia berdiri, lalu berjalan perlahan ke arah kamar mandi.Hans yang sedang membereskan tas langsung menghentikan gerakannya. “Mau ke mana?” tanyanya cepat.“Mau ke kamar mandi,” jawab Ashley tanpa menoleh.“Biar aku antar,” ucap Hans, sudah melangkah mendekat.Ashley menoleh sebentar. “Nggak usah, Ko. Aku bisa sendiri.”Ha

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   90. Perhatian

    Lampu kamar menyala temaram. Dari balik tirai jendela besar, langit malam tampak gelap tanpa bintang. Ruangan sunyi, hanya suara hembusan pelan AC yang terdengar.Hans kembali duduk di kursi, sementara Ashley masih bersandar lemah di ranjang. Mereka terus mengobrol, seolah tidak ingin malam cepat berlalu.“Tadi kamu bilang darahku banyak sekali?” tanya Ashley sambil memutar tubuhnya sedikit ke arah Hans.Hans mengangguk. “Iya, aku bener-bener panik. Rasanya mau teriak minta tolong ke seluruh dunia.”Ashley tertawa kecil, tapi langsung meringis karena kepalanya masih nyut-nyutan. “Jangan lebay, Ko.”“Aku serius,” ucap Hans cepat. “Saat kamu nggak sadarkan diri, aku sangat khawatir. Aku nggak tahu apa yang harus kulakukan jika kamu sampai ....”Ashley menyentuh tangan Hans, menggenggamnya erat. “Aku masih di sini.”Hans mengangguk, menatap mata istrinya lama.Beberapa menit mereka terdiam. Lalu Ashley menguap

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   89. Kehangatan

    Suara pintu yang berderit pelan memecah keheningan kamar rumah sakit. Hans melangkah masuk, perlahan menutup pintu di belakangnya. Di ranjang, Ashley terbaring dengan wajah pucat. Matanya tertutup, nafasnya pelan tapi teratur. Perban membalut dahinya, dan selang infus menancap di tangannya.Perlahan, Hans mendekat dan duduk di kursi di samping ranjang. Ia menggenggam tangan Ashley, menatap wajah pucat itu dalam diam sejenak, lalu menunduk, mengecup jemari istrinya.“Ash …,” bisiknya pelan. “Bangun, ya. Aku di sini.”Beberapa detik berlalu. Lalu, pelan-pelan, mata Ashley terbuka. Pandangannya masih kabur, bola matanya bergerak ke kanan dan kiri sebelum akhirnya menangkap sosok Hans yang duduk di sisinya.“… Ko?” suara Ashley serak, nyaris tidak terdengar.Hans mengangkat kepala, bibirnya membentuk senyum lega. “Ya, aku di sini, Sayang.”Ashley memutar pandangannya, mencoba mengenali tempat itu. “Aku … di mana?”

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   88. Rencana

    Naomi datang dengan napas sedikit terengah, wajahnya penuh kecemasan saat melihat Winda membuka pintu.“Gimana? Sudah ada kabar?” tanya Naomi cepat begitu masuk, matanya langsung menatap ke arah Haneul yang ada dalam pelukan Winda.Winda menggeleng pelan. “Belum, Bu. Pak Hans belum hubungi saya lagi. Saya juga udah coba nelpon, tapi belum diangkat.”Naomi mengangguk sambil menarik napas panjang, lalu mengulurkan tangannya. “Sini, saya gendong Haneul.”Winda menyerahkan bayi itu dengan hati-hati. “Dia masih sesekali menangis, Bu. Tapi sudah nggak sekencang tadi. Namun masih gelisah.”Naomi langsung memeluk tubuh mungil itu erat-erat. Ia duduk di sofa, mengayun perlahan sambil mengelus punggung Haneul. “Haneul …” ucapnya lembut. “Kamu kenapa, Nak? Kamu tahu ya Mama kamu lagi sakit?”Haneul masih sesenggukan kecil di pelukan Naomi. Kepalanya menyandar di bahu sang nenek, matanya setengah terpejam.“Mama kamu orang

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   87. Pertolongan

    Hans membuka pintu mobil dengan cepat dan dengan hati-hati meletakkan tubuh Ashley di jok penumpang. Tangannya masih gemetar, ia lalu masuk ke kursi pengemudi, menekan tombol start engine, dan mobil langsung menyala. Tanpa buang waktu, Hans melajukan mobil keluar dari halaman rumah.“Sayang, kamu dengar aku?” Hans melirik ke arah Ashley yang masih tak sadarkan diri. “Kamu harus bertahan. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit. Aku nggak mau kehilangan kamu."Mobil melaju kencang, melibas jalanan pagi yang masih lengang. Hans tidak peduli pada rambu-rambu. Tangannya mencengkeram setir kuat-kuat, sementara sesekali ia menepuk pipi Ashley pelan.“Ashley, coba buka mata kamu. Sedikit saja,” ucap Hans pelan, suaranya parau. “Aku tahu kamu dengar. Kamu kuat, kan? Kamu selalu kuat.”Tidak ada respons. Napas Ashley lemah, wajahnya pucat, darah masih tampak mengalir meski tidak sederas sebelumnya.“Jangan buat aku takut begini, Sayang,” lanju

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   86. Sial

    Hans baru saja selesai mengenakan baju dan melangkah keluar dari kamar mandi. Begitu sampai di tangga, ia mendengar suara kegaduhan yang datang dari arah depan rumah. Alisnya mengernyit. Suara itu terdengar semakin jelas, seperti ada orang yang sedang berteriak-teriak.Tanpa pikir panjang, Hans turun dengan cepat. Hatinya mulai tidak tenang. Ketika sampai di ruang tamu dan membuka pintu depan, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat darahnya berdesir.“Ashley!” serunya panik.Tubuh sang istri tergeletak di lantai, dengan darah segar mengalir dari pelipisnya. membasahi lantai keramik.Hans segera berlutut, tangannya gemetar saat menyentuh wajah Ashley yang pucat. “Sayang … astaga …,” gumamnya cemas.Hans menekan pelipis Ashley dengan telapak tangannya, mencoba menghentikan darah yang terus keluar.Hans meraih ponsel dari saku celananya, nyaris menjatuhkannya karena panik. Namun sebelum sempat menekan tombol d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status