[Pengkhianatan Bela memang membuat aku sakit hati, tapi penolakanmu semalam jauh lebih menyakitkan.] Harsha mematut layar ponselnya dengan tatapan nanar. Pesan yang baru saja ia baca dalam hati, rupanya langsung membuat hatinya berduka. Ada sejumput rasa sesal yang mendera, dan Harsha tahu ia sudah sangat berdosa karena telah menolak untuk melayani Ron. Padahal, Harsha juga turut andil membuat Ron terangsang malam itu. "Maaf, Tuan," gumam Harsha lirih seraya memandang teras rumahnya dengan perasaan hampa. Seharian, Harsha jadi sering melamun dan murung. Bik Sumi bahkan sampai harus menepuk lengan majikannya itu, karena Harsha malah asyik termenung di taman belakang ketika MUA sudah datang untuk meriasnya di sore hari. "Kandungannya sudah berapa bulan, Kak?" Perias itu memperhatikan perut Harsha yang membuncit dengan gemas. "Lucu banget ihhh, kaya ngeliat anak gadis hamil!" "Usia saya sudah 20 tahun, Kak. Bukan anak gadis lagi!" kelit Harsha terkekeh. "Ini sudah mau masuk 6 bulan
"Huaaah, segarnyaaaa!" Harsha merentangkan tangan selebar mungkin, membiarkan angin malam menyapa dan mengurai helaian rambut keritingnya. Beruntung Harsha memilih pergi ke rooftop, pemandangan malam dari atas sini sangatlah indah. "Apa enaknya duduk di dalam sana! Mendingan di sini lihat lampu-lampu!" gumam Harsha dengan tangan yang masih terentang bebas. Angin yang berhembus kian kencang, membuat Harsha semakin tertawa riang kala rambutnya ikut beterbangan. Sejenak, ia lupa bila sedang hamil dan bukan lagi bocah yang kegirangan bermain-main dengan tiupan angin. Sudah lama sekali Harsha tak menikmati waktu dan bersenang-senang sendirian. Ketika tak lagi terasa angin berhembus, Harsha mulai merasakan udara yang hangat meraba kulitnya yang tengah berpegangan erat pada besi pembatas loteng. Dalam heningnya malam, perlahan Harsha pun memejamkan mata dan menikmati setiap hembusan napas yang keluar dari hidungnya. Sangat tenang, sangat mendamaikan, dan ---"Apa yang kamu lakukan!?" B
Sudah bukan rahasia umum jika ego pria akan terusik jika seseorang yang ia miliki dan cintai diganggu atau didekati oleh orang lain. Begitu pun dengan Ron Kyle. Melihat Harsha di dalam lift kapsul itu tertawa lepas bersama pria lain --yang ia curigai sebagai perebut istri pertamanya, Ron meradang. Menunggu lift lainnya turun bukanlah ide bagus karena Ron bisa saja kehilangan jejak Harsha, jadi, dia memutuskan membuntuti istri keduanya itu dengan menaiki tangga. Cukup gila mengingat jumlah lantai di hotel ini bukan hanya tiga atau empat, melainkan lima belas! Dan Ron menaiki tiga anak tangga sekaligus tanpa jeda. Amarah membuat Ron tak lagi peduli pada energinya yang sudah mulai terkuras di lantai ke lima. Dan, ia terus memantau pergerakan lift itu dari jauh. Beruntungnya, lift di hotel ini tembus pandang, jadi Ron bisa mengawasi gerak-gerik Harsha yang kini nampak mengobrol serius dengan Victor setelah sebelumnya mereka tertawa bersama. "Awas saja kamu, Harsha!" kecam Ron seraya te
"Kembalilah ke dalam, Vick." Ron memandang tajam ke arah sang sekretaris yang menghadang langkahnya. "Sampaikan pada orangtuaku kalo aku harus pulang lebih awal. Pastikan acara di dalam berjalan dengan lancar! Berikan kunci mobil padaku." Usai mengucapkan ultimatum itu dan menerima kunci mobilnya, Ron mendorong tubuh Vick agar menyingkir dan kembali menyeret Harsha. Ia tak peduli meskipun beberapa pasang mata memandang kepadanya dengan penasaran. Ron juga menulikan telinga dari rengekan Harsha yang terus memohon agar dilepaskan. Sampai di basemen, Ron memaksa Harsha untuk masuk ke dalam mobilnya. Ia memasangkan seatbelt, menutup pintu dengan kasar, lantas menguncinya agar Harsha tak kabur sementara Ron bergerak menuju kursi kemudi. Selayaknya tawanan, Ron tak akan membiarkan Harsha lolos kali ini. Kesalahannya sudah fatal di mata Ron yang tengah cemburu. Sesampainya di rumah, Ron yang semakin berang karena Harsha tak sekalipun mengajaknya bicara selama di perjalanan, lantas kembali
Terpaut usia 13 tahun, membuat Ron dan Harsha terlihat seperti om dan keponakan dibanding suami istri. Meskipun Ron masih terlihat tampan, tetapi guratan halus di sekitar dahi dan matanya tak bisa membohongi usia. Ron mulai merasa aneh dengan dirinya ketika tanpa sengaja melihat Harsha kecil telanjang dan pemandangan itu membuat rajawalinya menegang kaku. Padahal, Harsha hanyalah bocil normal yang tidak pernah mengenakan pakaian minim. Dan anehnya, Ron hanya bereaksi begitu ketika melihat Harsha. "Mungkin saat itu aku sudah menyukaimu, hanya saja aku tidak menyadarinya." Ron menerawang dengan tubuh polos Harsha yang kini berada di pelukannya. Setelah mendengar pengakuan mengharukan itu semalam, Harsha memberi lampu hijau pada Ron untuk bercumbu. Dan, untuk pertama kali sejak mereka menikah, ranjang di kamar Ron akhirnya menjadi saksi atas sepasang manusia yang bergulat dengan panas dan liar semalaman."Apa kamu ingat kenapa aku bersikeras memintamu menjadi satu-satunya Bridesmaids
Bila Ron dan Harsha menghabiskan malam mereka dengan bercumbu hingga dini hari, berbeda dengan Bela yang merasa dunianya mendadak hancur berantakan. Bela tak pernah menduga jika ia akan melihat Victor bertemu dengan Harsha dan menjadi akrab satu sama lain. "Apa saja yang kalian lakukan?" Bela menelisik ekspresi wajah Victor yang tetap terlihat tenang di sebelahnya. Keduanya kini berada di dalam mobil Victor karena Bela ingin bicara empat mata. Tadinya, Victor menolak dan hendak kembali ke dalam ballroom, tetapi bukan Bela namanya jika tak bisa memaksakan kehendak. "Tidak ada. Kami hanya mengobrol biasa." Victor mengetuk-ngetukkan kedua jari telunjuknya dengan santai. "Tadinya aku naik ke rooftop untuk menenangkan diri, tapi rupanya di sana juga ada dia.""Kalian mengobrol lama?" "Nope. Aku pikir tadinya dia hendak meloncat dari ketinggian, tapi aku salah sangka. Dia marah lalu turun, lalu aku menemukan bros dan memberikan bros itu pada staf OB hotel. Ternyata bros itu milik Hars
"Ada apa? Siapa yang nelpon?" Harsha mengucek matanya yang masih mengantuk dengan lemas. Ron sudah turun dari ranjang ketika istrinya itu membuka mata. Dia menoleh sekilas ke arah Harsha sembari memasang celana boxer berwarna abu tua. "Bela. Dia ada di depan." Satu detik pertama, Harsha masih terdiam dengan tatapan kosong karena nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Dia mengawasi Ron yang terlihat kelimpungan mengenakan baju."Aku yakin dia sudah mendapat surat gugatan perceraian dari pengacaraku. Itulah kenapa dia nekat kemari." Ron berlalu ke kamar mandi dengan tergesa-gesa untuk sekedar mencuci muka dan sikat gigi. Harsha mendelik kali ini. Sangat lebar hingga rasanya bola matanya hendak meloncat keluar. "Jadi nyonya Bela di depan!?" ulangnya baru paham dan Ron mengangguk dari dalam kamar mandi. "Gawat! Gimana kalo dia tahu kita tidur sekamar! Aduh, gimana ini!" Harsha buru- buru turun dengan panik, lantas memunguti underwear-nya yang berceceran di lantai.Dari wastafel dengan
Pertikaian dan penyiksaan Bela pada Harsha terjadi tanpa jeda. Beruntung Bik Sum dan Pak Udin cepat tanggap membantu Ron menahan Bela dan menjauhkannya dari Harsha yang sudah bersimpuh tak berdaya. Ron sendiri tak sanggup mengatasi Bela yang seperti kerasukan setan, tenaganya seakan bertambah puluhan kali lipat disaat sedang dikuasai amarah. "Hentikan, Bela! Cukup!!" teriak Ron seraya mencekal lengan Bela yang terus memberontak. Dengan napas terengah-engah, Bela menatap Harsha dengan nanar. "Wanita jalang! Aku akan membuatmu menyesal sudah berani berurusan denganku! Camkan itu, Harsha!" "Cukup, Bela!" Ron mengeratkan cengkeramannya. "Sebelum kamu berhasil menyentuh Harsha, aku akan lebih dulu menjebloskan kamu ke penjara!" ancam Ron tegas. Sementara keduanya masih beradu mulut, Harsha yang sedang dibantu oleh Bik Sumi untuk kembali ke dalam kamarnya, merasakan kedua pahanya semakin basah oleh cairan yang mengalir dari kemaluannya. Kepalanya terasa sakit oleh bekas jambakan yang d