Share

05. Rencana

Author: aliznarun
last update Last Updated: 2021-06-29 15:49:26

Pagi harinya, Vero berada di dapur penginapan. Dia saat ini sedang memasak untuk sarapan. Saat kemarin sore dia sudah meminta izin Hilma untuk menggunakan dapur.

"Kakak mau masak apa?" tanya Bima penasaran.

"Hanya makanan sederhana," jawabnya.

Suara khas dari penggorengan terdengar di sekitar dapur, beberapa rempah yang sudah digiling dimasukkan ke dalam wajan seperti bawang putih, bawang merah, cabai, garam, lada, dan sebagainya. Kemudian, dia memasukkan potongan daging hingga setengah matang. Bima yang memperhatikan Vero memasukkan daging lalu nasi mengerti jika dia berencana membuat nasi goreng daging sapi.

"Kelihatannya sangat lezat!" ujar Bima.

"Belum saatnya menilai kalau belum dicoba."

Setelah beberapa saat, nasi goreng itu diletakkan di atas mangkuk besar. Cukup untuk beberapa porsi, pikirnya.

Wangi dari masakan itu menyebar hingga lantai dua membuat para penghuni keluar kamar. Mereka penasaran darimana aroma makanan itu datang.

"Rupanya Nak Vero pandai memasak. Aroma masakannya buat semua pelanggan turun."

"Tidak. Ini sudah menjadi hal wajar di desaku."

"Ehm, apa kali ini ada layanan untuk sarapan?" tanya seorang perempuan.

"Aku mencium bau yang sedap dari sini.." sahut seseorang.

Hilma yang melihat mereka semua bingung dengan pertanyaan yang sama ingin memberitahu mereka namun Vero menghentikannya.

"Selamat pagi, mulai saat ini tersedia layanan untuk sarapan. Jika kalian menginginkannya maka harus membayar biaya tambahan," jelas Vero dengan nada sopan.

"Aku baru melihatmu, apa kau pegawai baru di sini?" tanya seorang pria.

"Kau bisa menganggapnya seperti itu."

"Berapa biaya yang harus kami bayar untuk itu?" tanya perempuan tadi.

"Hanya sepuluh koin perunggu."

Mereka menyetujuinya setelah mendengar harga yang disebutkan. Itu harga yang bisa dibilang murah untuk seporsi makanan. Biasanya harga minimal seporsi makanan di rumah makan adalah lima belas koin perunggu.

Mereka kemudian langsung memesan masing-masing seporsi makanan. Empat porsi segera disajikan oleh Vero. Ternyata penghuni penginapan itu dalam satu kelompok petualang, mereka terdiri dari dua orang perempuan dan dua orang laki-laki. Dilihat dari rupanya, usia mereka tak jauh beda dengan Vero.

Bima ikut melayani dengan mengantarkan pesanan. Setelah mengantarkannya, dia kembali membawa teh hangat untuk mereka.

"Bima dan Ibu juga harus mencobanya. Katakan saja bila ada yang kurang."

Vero kemudian membagikan tiga porsi untuk mereka dan dirinya. Mereka bertujuh kemudian makan bersama di ruang makan. Suasana cukup canggung karena mereka belum saling mengenal.

"Bukannya ini tumben terjadi ya sejak kita menginap di sini?"

"Ya.. Canggung sekali."

"Ini! Makanan ini sangat lezat!" teriak seorang gadis dengan lantang memecah kesunyian.

Dua orang pemuda yang tadinya saling berbisik terkejut dengan teriakan temannya. Mereka belum mencoba makanannya dan saat ini penasaran dengan reaksi gadis itu.

"Astaga.. Apa benar ini makanan penginapan, kenapa rasanya selevel dengan restoran," ucap pemuda dengan badan cukup kekar.

"Dagingnya meleleh di lidah dan bumbunya terasa lezat.." sahut pemuda satunya.

Bima dan Hilma yang mendengar mereka diam dan saling menatap kemudian melihat ke arah Vero. Saat ini Vero sedang memakan makanannya dengan tenang seperti tidak mendengarkan mereka yang membuat keributan. Kemudian mereka berdua segera mencicipi nasi goreng itu dan membuat ekspresi yang sama.

"Kamu menggunakan resep apa, Nak?"

"Kakak sangat pandai memasak. Aku mungkin ketagihan dengan makanan buatan kakak."

"Aku hanya memakai bumbu yang tersedia di dapur saja."

Menjawab seadanya, Vero melanjutkan makan dalam diam.

Perempuan di dalam kelompok itu memperhatikan Vero. Dia juga terkejut dengan rasa masakan ini. Penginapan yang sepi pengunjung memiliki makanan lezat membuatnya seperti harta karun di dalam ibukota. Sejak seminggu berada di ibukota, baru kali ini dia merasakan makanan selezat yang dimakannya pagi itu.

Menyadari dirinya diperhatikan, Vero melirik perempuan itu dengan wajah datarnya. Dia merasa terganggu diperhatikan oleh orang asing saat dirinya sedang makan. Perempuan itu lantas memalingkan mukanya segera.

"Syukurlah kalian menikmatinya. Jika bukan karena Nak Vero, kita tidak dapat merasakan sarapan selezat ini."

"Benar! Kak Vero adalah koki hebat di kota."

"Jangan dilebihkan, Bima." ucap Vero.

Hilma yang mengerti jika mereka belum saling mengenal kemudian mencoba membuka topik.

"Oh iya, kalian kan satu penginapan. Alangkah baiknya jika saling mengenal, bukan."

"Benar! Kalau begitu aku duluan, namaku Zizi seorang petualang rank E."

"Aku Ken, petualang rank C."

"Kalau aku Niki, rank C sama dengan Ken."

"Aku Yui kakaknya Zizi, rank D."

Niki menceritakan darimana asal mereka dan alasannya berada di ibukota. Mereka berasal dari Kota Foren. Yui dan Zizi adalah saudara kandung yang usianya berbeda lima tahun dan saat ini umur Zizi adalah empat belas. Kemudian Ken dan Niki merupakan tetangga mereka berdua. Tujuan mereka ke ibukota adalah menjalankan misi dari guild dalam pengawalan. Mereka sampai di ibukota seminggu yang lalu dan berencana akan kembali tiga hari lagi.

Kemudian Bima memperkenalkan dirinya sebagai anak dari pemilik penginapan. Tentu mereka berempat sudah mengetahuinya. Terakhir, mata semua orang tertuju ke Vero.

"...Hm?"

"Perkenalkan dirimu," ucap Ken.

"Oh."

"Jangan hanya 'oh' saja dasar es batu!" maki Zizi.

"Zizi, tidak boleh begitu." Peringat Yui.

"Habisnya dia sok keren."

"Apakah wajib mengetahui namaku? Dan bukannya kalian sudah mendengarnya tadi?" tanya Vero.

Mereka tak habis pikir Vero menanyakan hal itu. Dipikiran mereka, Vero merupakan seorang yang sok polos pura-pura tidak tau.

"Apa aku bilang, Kak. Dia orang yang ngeselin! Padahal semua orang tau tata krama."

"Kali ini aku setuju denganmu, Zi," balas Yui kesal.

Hilma kemudian menegur Vero untuk berhenti bermain dan memperkenalkan dirinya. Sebenarnya, Vero malas memberitahu namanya jika tak disuruh oleh Hilma.

"Vero, calon siswa Akademi Kerajaan."

"Rupanya kau datang ke ibukota untuk menjadi siswa akademi kerajaan ya.."

Ken mengatakan itu dengan nada yang sedikit heran. Dia tak menyangka ternyata Vero akan menjadi siswa, pikirnya Vero merupakan pegawai baru penginapan ini. Setelah mengetahui itu, dia meminta maaf karena mengatakan hal itu sebelumnya.

"Tak apa, aku juga sudah biasa dengan itu."

Setelah mereka selesai sarapan, Vero berniat untuk merapikan bekas piring dan gelas namun Hilma menghentikannya dan menyuruh Vero kembali ke kamarnya saja. Dengan begitu, Vero kembali ke kamarnya.

***

Guild petualang ramai seperti biasanya. Banyak petualang yang berada di sana hanya sekedar duduk dan mengobrol dengan sesama petualang. Mulai dari peringkat F hingga A ada di dalam ruangan namun jarang ada peringkat S ke atas yang menghabiskan waktunya di sana.

Saat semua orang disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing, seseorang masuk dengan menggunakan jubah coklat dan masker. Tak ada yang memperhatikan dirinya. Dia kemudian pergi menuju resepsionis.

"Selamat datang di guild utama Kerajaan Quella. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu.

"Aku ingin mendaftar sebagai anggota guild."

"Mendaftar sebagai anggota guild memerlukan kartu identitas dan biaya lima koin perak."

"Apa tidak ada semacam tes?"

"Tidak. Kami memberi kesempatan kepada semua orang yang ingin menjadi petualang. Tentu kebanyakan dari mereka yang tidak bisa bertarung hanya mengambil quest sederhana sesuai ranknya."

Setelah mendengar penjelasan resepsionis, pemuda itu menyerahkan kartu identitas miliknya dan biaya pendaftaran.

"Petualang Vero, mulai sekarang Anda akan menjadi petualang rank F. Apa saya perlu menjelaskan urutan rank?" jelas resepsionis itu dengan memberi Vero kartu keanggotaan.

Kartu itu langsung berubah dengan beberapa informasi di dalamnya. Di sana tertera nama, gender, usia, dan rank dari Vero. Karena kemampuan seseorang merupakan sesuatu yang sensitif, pihak guild memutuskan untuk tidak mencantumkannya.

"Tidak perlu. Kalau begitu saya akan mengambil misi."

"Silakan pilih misi sesuai rank Anda."

Vero kemudian menuju papan quest dan melihat quest apa saja yang tersedia untuk level dirinya. Dia kemudian menemukan satu yang cocok untuk rank dan jobnya. Mengumpulkan tanaman herbal.

Setelah menyerahkan quest itu ke resepsionis untuk diverifikasi, Vero keluar menuju hutan di samping ibukota. Hanya memerlukan waktu tiga puluh menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke tujuan. Selama di perjalanan, dia bertemu dengan beberapa petualang yang juga menuju hutan.

Herbal yang dibutuhkan oleh guild memiliki lima daun di setiap tangkainya dan beraroma seperti daun mint. Tanaman itu biasanya tumbuh di pinggiran sungai. Tidak ada seorang pun petualang di sana, mungkin karena ini merupakan quest rank F yang terbilang membosankan untuk sekelas petualang ibukota. Vero kemudian mencabut tanaman herbal itu bersama akarnya dan mengumpulkan hingga seratus tanaman, dia kemudian memasukkannya ke dalam penyimpanan (inventory).

Setelah beberapa waktu, dia memperhatikan sungai yang jernih itu.

"Rupanya aku harus turun jika ingin menangkapnya."

Ada beberapa ikan yang terlihat di sungai, Vero berniat menangkap beberapa untuk dibawa pulang. Sebelum dia turun ke sungai, Vero membuat bambu runcing dengan belatinya. Bambu runcing yang sudah jadi itu kemudian digunakan menangkap ikan. Vero yang sudah melepas jubah dan menaikkan celananya mulai memburu.

Sekitar sepuluh menit, lima ekor ikan sudah didapatkannya. Dia kembali ke permukaan dan bersiap untuk kembali.

Vero mengambil delapan puluh tanaman herbal yang dia simpan sebelum mencapai gerbang ibukota. Dia mengikat tanaman itu menjadi sepuluh herbal per ikat lalu melanjutkan perjalanan ke guild.

"Selamat datang kembali. Rupanya Anda berhasil mengumpulkan tanaman herbalnya."

"Iya, aku hanya mengumpulkan delapan puluh. Silakan dicek."

"Baik, tunggu sebentar."

Resepsionis itu kemudian mengecek apakah itu tanaman yang benar. Setelah semuanya selesai diverifikasi, Vero diberikan dua puluh koin perunggu yang berarti empat tanaman diberi nilai satu koin perunggu.

"Terima kasih atas kerjasamanya."

Meninggalkan guild, Vero kembali ke penginapan dengan melepas maskernya dan langsung menuju kamar.

"Akhirnya aku mendaftar sebagai petualang."

Saat selesai sarapan pagi tadi, dia mulai memikirkan apakah akan mendaftar sebagai petualang atau tidak. Vero yang awalnya tak ingin berurusan dengan hal merepotkan lagi memutuskan akan menjadi petualang karena tak ada pilihan untuk mendapatkan uang. Dia beristirahat sekaligus melihat statusnya. Status yang muncul di kartu identitas dengan kehendak pemiliknya.

Nama : Vero

Umur : 17 tahun

Gender : Laki-laki

Job : Alchemist ( + ??? )

Skill : Creation, dimension, appraisal, kamuflase

Mana : 3020

Strength : R

Agility : SS

Intelligent : S

Resistance : A

"Bukannya ini tidak normal untuk sebagian orang.. Ha.. Aku akan menyamarkannya saja kalau begitu."

Vero memutuskan itu karena dia berpikir pihak akademi pasti akan mengecek keseluruhan status para siswa yang mendaftar. Dia kemudian menggunakan skill ka,uflasenya untuk mengubah status.

Nama : Vero

Umur : 17 tahun

Gender : Laki-laki

Job : Alchemist

Skill : Creation, appraisal

Mana : 702

Strength : B

Agility : B

Intelligent : B

Resistance : C

"Kurasa ini cukup normal untuk seorang Alchemist dan anak remaja."

"Oh aku lupa memberikan ikannya," gumam Vero kembali.

Dia ingat menangkap lima ekor ikan untuk dibawa pulang. Saat itu juga dia turun dan mencari Hilma.

"Bu, ini ada beberapa ikan segar." Vero langsung memberikan kelima ikan itu setelah menemukan Hilma di tempatnya.

"Kamu dapat darimana? Bukannya tadi pulang tidak membawa apapun?"

Hilma bingung melihat ikan yang diberikan Vero, dia mengingat dengan jelas jika Vero tak membawa apapun saat kembali. Vero kemudian menjelaskan jika dia memiliki kemampuan penyimpanan dan dia harap Hilma dapat merahasiakan itu.

"Tentu ada juga orang yang memiliki kemampuan itu namun sangat jarang, jadi aku tak ingin menarik perhatian."

"Aku mengerti, Nak. Bisa dibilang itu merupakan sihir yang langka."

Dimension merupakan sihir kuno yang sudah lama tidak muncul. Konon katanya seseorang yang memiliki sihir ini akan dicari oleh semua kerajaan untuk dijadikan bagian dari mereka. Karena dimension dapat digunakan untuk berbagai hal seperti penyimpanan yang digunakan Vero, membuat mereka yang memiliki kemampuan itu dianggap sama tingginya dengan penyihir kerajaan.

"Tapi, kamu tidak perlu memberikan ikan ini. Jika kamu ingin memakannya, dapur bebas kamu gunakan."

"Aku menangkap ikan ini memang untuk kalian. Jadi, tolong diterima."

"Begini saja, aku menyediakan dapur beserta isinya dan Nak Vero menyediakan ikannya untuk kita semua. Kita akan memasak bersama, sekalian aku ingin belajar bagaimana caramu memasak."

"Baiklah."

"Ah, sepertinya kita harus menunggu Bima kembali. Meja resepsionis tidak boleh kosong."

Bima saat ini sedang keluar main bersama teman-temannya. Biasanya dia sudah pulang saat ini.

"Kalau begitu, apa aku boleh membuat minuman sekalian menunggu Bima?"

"Tentu."

Vero yang mendapat izin langsung menuju dapur, dia membuat minuman yang dibuat dari beberapa buah. Buah yang baru saja dia petik saat tidak sengaja menemukan mereka di hutan. Buah-buah itu dia haluskan hingga menjadi bubur, tak lupa dia menambahkan susu cair secukupnya.

"Ada yang kurang..."

Setelah merasakan olahan buah itu, dia merasa ada rasa yang kurang. Dia kemudian mengambil dan menghaluskan tanaman herbal yang dipanennya tadi lalu hanya mengambil beberapa tetes sarinya. Menambahkan empat sendok madu ke dalam sari herbal itu dan mencampurnya ke olahan buah.

Olahan yang sudah diaduk kemudian dimasukkan ke tempat pendingin. Vero membersihkan bekas pekerjaannya dan saat itulah tepat Bima sudah pulang.

"Sekarang kita bisa mulai," ucap Hilma.

"Aku akan membuat dua menu ikan."

Kelima ikan itu sudah dibersihkan. Vero memotong tiga ekor ikan menjadi beberapa bagian kecil. Hilma menyiapkan bahan yang sudah diminta dan mengolahnya seperti arahan Vero. Setelah bumbu siap, Vero mengambil alih dan memasaknya dengan bumbu kuning itu.

Menu kedua, Vero mengambil sisa dua ekor ikan untuk dibuat steak. Dia hanya mengambil bagian dagingnya dan mengoleskan bumbu di permukaannya. Tidak lupa memberi perasan lemon untuk menghilangkan bau amis. Kemudian dia meminta Hilma untuk menyiapkan beberapa bahan saus steak sembari Vero memanggang ikan tersebut.

Kerjasama mereka menghabiskan waktu kurang dari satu jam. Setelah dua menu itu jadi, mereka menyiapkannya di meja ruang tunggu.

"Silakan dinikmati. Menu pertama merupakan sup ikan bumbu kuning dan menu kedua merupakan steak ikan saus spesial."

"Seperti biasa aroma masakannya sangat lezat."

"Aku sekarang mengetahui resepnya, apa tak masalah?"

"Tidak apa, biarkan ini jadi menu dari Penginapan Palapa."

Bima yang melihat makanan itu mengeluarkan air liur.

"Cepatlah makan, Bima. Kalau dilihat terus nanti dingin dan rasanya akan berkurang."

Setelah mendengar itu, Bima langsung mencoba sup ikan dengan nasi hangat.

"Aku akan menangis karena ini sangat nikmat."

Dia kemudian mencoba steak ikan dengan tambahan saus itu.

"Aku benar-benar akan menangis!!!"

"Ini sangat segar. Memang ikan hasil tangkapan sendiri itu nikmat," ucap Hilma.

Melihat mereka lahap makan, Vero terlebih dahulu menyelesaikan makan siangnya. Dia kemudian menuju dapur dan mengambil olahan buah yang dibuatnya tadi. Menuangkan beberapa sendok ke dalam tiga gelas lalu memasukkan sisanya kembali ke tempat pendingin.

"Terakhir, es buah dengan tetesan mint. Kuharap sesuai selera kalian."

"Ternyata ini yang kamu buat tadi."

"Wahhhh..."

Mereka kemudian mencicipinya dan membuat reaksi yang melebihi sebelumnya. Bima tak henti-hentinya memuji es buah itu.

"Merasakan masakanmu, aku pikir kenapa tidak kamu berjualan saja?"

"Aku juga sempat berpikir namun tidak memiliki tempat untuk memulai bisnis ini."

"Bagaimana jika di penginapan ini saja? Lagian penginapan ini sepi pengunjung," sahut Bima yang masih asik dengan es buahnya.

Tak ada yang berbicara. Vero melihat ke arah Hilma sedangkan Hilma memikirkan perkataan Bima dengan hati-hati.

"Itu ide yang bagus, tapi bukannya kamu akan mulai sekolah?"

"Benar juga... Bagaimana kalau begini, aku akan memberi beberapa resep dan tentu akan mengajarinya sebelum masa sekolah."

"Iya Bu, bukannya penginapan ini sepi? Mungkin dengan adanya makanan yang lezat bisa menarik perhatian pengunjung."

Akhirnya, Hilma memutuskan akan membuka kedai di lantai satu penginapannya. Rencananya ini juga sudah diketahui oleh Ken dan kawan-kawan tepat saat mereka datang. Mereka berencana akan membantu dalam merenovasi lantai satu. Pembagian tugas juga diberikan, Ken dan Niki akan membuat meja panjang dan beberapa meja persegi, sementara Yui dan Zizi membantu membersihkan ruangan dan membeli hiasan meja.

Vero sendiri mengajarkan Hilma dengan beberapa resep masakannya hari itu juga hingga jam sepuluh malam. Malam itu menjadi malam kedua Vero di penginapan.

Related chapters

  • I'm Alone in This World    06. Hari Tes

    Terdapat sekitar tiga ratus calon peserta yang mengikuti tes masuk, yang dibagi menjadi enam kelas dengan masing-masing menghadirkan lima puluh peserta. Vero, yang memiliki nomor tes empat puluh sembilan, ditugaskan di ruangan pertama. Saat memasuki ruangan tersebut, Vero melihat hampir seluruh bangku telah terisi. Ia mencari tempat duduk sesuai dengan nomor urutnya dan menemukannya di pojok paling belakang. Beberapa menit kemudian, ruangan tersebut telah penuh dan pengawas ujian memberikan sepuluh lembar pertanyaan kepada peserta. Setiap lembar soal terdiri dari lima belas pertanyaan. Setiap jawaban benar akan memberikan dua poin, jawaban yang dianggap kurang tepat diberikan satu poin, sementara jawaban yang salah akan dikenai poin minus satu. Dengan demikian, untuk memenuhi passing grade, peserta harus menjawab minimal tujuh puluh lima soal dengan benar. "Diberikan waktu satu setengah jam untuk mengerjakan soal. Jangan harap ada kesempatan untuk menyontek!" tegas pengawas. Atmosf

    Last Updated : 2021-06-30
  • I'm Alone in This World    07. Hari yang Sibuk

    "Sejak kapan ada bangku-bangku ini?!""Aku juga tidak tahu, penginapan ini terkunci saat malam.""Mungkin saja tukang mebelnya datang pagi-pagi sebelum kita semua bangun," duga Ken. Mereka saling bertatapan, bingung dengan kehadiran bangku-bangku tersebut. Mendengar keributan, Hilma keluar dari kamarnya. "Apa yang terjadi? Sudah pagi-pagi begini ribut?" tanya Hilma. "Gini Bu, kita sebenarnya ingin merapikan ruangan lagi sebelum dibuka, tapi tiba-tiba ada banyak bangku yang sudah tersusun rapi padahal pintunya belum dibuka," jelaskan Yui. Hilma yang mendengar penjelasan Yui segera memeriksa keadaan. Dia juga terkejut melihat banyaknya bangku yang telah tersusun rapi di dalam penginapan. "Oh, begitu ya... Tadi sebelum kalian turun, aku membuka pintunya, dan pada saat itulah mereka membawa bangku-bangku ini masuk," jawab Hilma, mencoba menutupi kebenaran Vero. "Hmm... mereka benar-benar pekerja keras," komentar Niki, percaya dengan alasan Hilma. Pagi itu, mereka melanjutkan members

    Last Updated : 2021-07-01
  • I'm Alone in This World    08. Hari Pertama

    Pagi ini aula akademi kerajaan dipenuhi oleh para murid baru karena acara pembukaan dialihkan ke sini. Mereka memakai seragam yang sudah dibagikan dan duduk di masing-masing kelas. Kelas hitam berada di sisi kanan dan kelas putih berada di sisi kiri. Setiap sisi terdapat bangku yang diatur sedemikian rupa. Bangku-bangku itu diatur menjadi lima belas baris dan setiap baris berisi sepuluh bangku. Vero yang sudah datang dari awal berada di kursi barisan kedua. Memakai seragam putih dan rambut peraknya menjadi perhatian murid di sekitar. Vero sudah tak mempermasalahkan tatapan itu dan melanjutkan aktivitasnya namun tiba-tiba seseorang masuk. Seorang siswa kelas hitam, memiliki mata tajam, rambut merah, dan wajah rupawan. Di sampingnya berdiri seorang siswa kelas hitam juga, dia mengikuti siswa berambut merah. Saat dua orang itu melewati bangku-bangku belakang, aroma khas tercium. "Hei, bukannya mereka dari Sirius?" bisik seseorang ke teman di sebelahnya. "Darimana kau tau?" "Lihat la

    Last Updated : 2021-07-04
  • I'm Alone in This World    9. Berjalan lancar

    Biasanya, para murid menghabiskan jam istirahat mereka di kantin, lapangan, tempat latihan, atau perpustakaan. Namun, Vero termasuk siswa yang memilih tempat lain. Dia berada di bawah pohon yang dapat ditemukan melalui jendela perpustakaan. Saat ini, dia tertidur pulas dengan buku menutup wajahnya. Kicauan burung di dahan pohon terdengar merdu, sementara suara dentingan pedang yang beradu di lapangan terdengar sampai ke tempatnya. Angin sepoi menambah rasa kantuk dalam diri Vero. Tuk. Tuk. Tuk. Waktu santainya terganggu, Vero bangun dari tidur setelah merasakan sesuatu pada tubuhnya. Dia melihat ada tiga butir kacang di dekatnya lalu melihat sekeliling. Tak ada orang. Kemudian, dia melihat ke atas pohon. "Rupanya kau," kata Vero. "Ah, aku ketahuan ya," balas Reito. Seseorang itu turun dari pohon dan ikut duduk di dekatnya. "Ada apa sampai harus mengganggu tidurku?" tanya Vero. "Aku hanya iseng melihat kau tidur dengan pulas," jawab Reito. Mendengar itu, Vero memutar matanya deng

    Last Updated : 2021-07-29
  • I'm Alone in This World    10. Kerusuhan Reito

    "Apa yang kau lakukan?" tanya Vero, membalikkan kepalanya untuk melihat Reito yang mengikutinya. "Aku?" Reito mengernyitkan keningnya. "Cepat katakan. Kenapa kau mengikutiku?" "Siapa juga yang mengikutimu, aku hanya ingin mengunjungi Kedai Palapa itu." "Terserah kau saja." Vero sudah tidak mempedulikan dirinya yang diikuti oleh Reito sejak pulang dari akademi. Dia meneruskan jalannya menuju penginapan. Sebenarnya, Reito mengikuti Vero karena penasaran dengan kehidupan Vero. Apa saja yang dilakukannya hingga bisa seperti itu. Rasa penasaran Reito semakin menjadi setelah mereka melakukan latihan tanding. *** Dua orang pemuda berada di dalam ruang latihan. Mereka berdiri di atas arena latih tanding dengan perlengkapan yang lengkap. Kedua pemuda itu menggunakan pelindung dada dan sarung tangan. "Ternyata kau benar datang ke sini ya," kata Reito kepada Vero. Vero hanya terdiam, fokus pada persiapan dirinya untuk latihan. Dia menganggap seolah-olah tidak ada orang di depannya dan te

    Last Updated : 2021-08-01
  • I'm Alone in This World    11. Tidak terduga

    "Ada apa ini?" Vero bingung ketika baru sampai akademi karena melihat banyak orang berkumpul di depan papan pengumuman. Mereka melihat sebuah informasi terpasang di papan tersebut. Menyipitkan matanya, dia melihat dengan jarak lima meter dari papan itu. "Apa maksudnya ini?" Tak habis pikir dengan informasi yang dibacanya, Vero mengerutkan keningnya. Informasi yang dibacanya memang sedikit mengejutkan. Akademi baru saja menerima murid baru sehari yang lalu namun saat ini akan mengadakan pertukaran pelajar. Pertukaran pelajar dengan akademi nomor dua di Kerajaan Quella ini. Kabarnya, siswa tahun pertamalah yang akan menjadi peserta dalam kegiatan tersebut. Akademi Xerrn merupakan akademi terbesar kedua di Kerajaan Quella. Akademi ini tidak kalah megah dan istimewa. Perbedaan keduanya hanyalah dari sejarah dan pencapaian lulusan terhadap kerajaan. Sebelumnya, mereka tidak pernah mengadakan hal semacam itu membuat sebag

    Last Updated : 2021-08-05
  • I'm Alone in This World    12. Kejutan

    Suasana di dalam ruang latihan sedikit mencekam, terutama bagi mereka kelas putih. Jika membandingkan masing-masing dari perwakilan, mereka merasa akan kalah. Robin menyadari akan hal itu namun dia membiarkan para muridnya merasa tidak berdaya. Dia hanya ingin membuat mereka terinovasi dengan siapa pun pemenangnya. "Baiklah, pertandingan pertama antara Reyna dan Vira." Keduanya maju menuju arena. "Mari buat ini menjadi pertandingan yang menarik, Putri Reyna," ucap Vira. "Aku juga berharap begitu." Mereka berdua mengenakan pelindung badan. Reyna yang pandai dalam sihir hanya memakai sebuah belati. Sedangkan Vira menggunakan pedang pendek. Kemudian mereka saling bersiap untuk melawan. Vira yang pertama kali maju menyerang Reyna. Dia berlari dan melompat ke titik buta lawannya dengan cepat namun Reyna lebih dulu mengetahuinya. Serangan Vira ditahannya menggunakan belati kemudian mundur menjaga jarak.

    Last Updated : 2021-08-09
  • I'm Alone in This World    13. Keluarga Kerajaan

    Hari itu menjadi hari yang panjang sekaligus menakjubkan bagi mereka semua, kelas putih dan hitam. Walaupun pemenang dari pertandingan itu adalah kelas hitam namun mereka tidak peduli. Saat ini mereka hanya bisa terkagum dan mempelajari ketiga pertandingan itu. Salah satu yang membuat itu menjadi tambah menarik ialah kejutan dari pertandingan ketiga, Reito melawan Vero. Tidak ada yang menyangka dengan hasil pertandingan itu. Mereka juga dibuat heran dengan Vero yang tiba-tiba menghilang dari pandangan. Vero sendiri tidak sepenuhnya menghilang, dia hanya melakukan gerakan biasa dengan kecepatan tidak normal. Berpindah ke sana kemari sebelum Reito menemukan dan menyerangnya lalu berniat langsung melancarkan serangan terakhir. Namun suara Reyna mengganggu rencananya. "Hei manusia dingin! Aku tidak menyangka kau bisa menang melawan Reito." "..." "Ha.. Aku sudah lelah mengajakmu berbicara. Vero, jawablah sekali jika orang berbicara deng

    Last Updated : 2021-08-14

Latest chapter

  • I'm Alone in This World    26. Perjanjian dan Peringatan

    Kembali ke hari di mana Vero membuat janji akan bertemu dengan Dika dan Yoga. Hari itu mereka membuat janji akan bertemu di suatu tempat saat jam istirahat. Vero menyetujui itu karena penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan. Sudah menjadi rahasia umum kalau mereka merupakan anggota suatu organisasi di akademi yang sering menindas. "Kamu mau kemana?" tanya Allya melihat Vero keluar kelas dan berjalan beda arah. "Aku ada urusan," ucap Vero singkat mengabaikan Allya. Dengan jawaban singkat seperti itu membuat Allya curiga dengannya, dia berniat mengikuti Vero namun tiba - tiba seseorang menyapanya. "Allya, kenapa kau berdiri di depan pintu seperti ini? Kau menunggu seseorang?" "... Aku hanya bingung mau ke kantin dengan siapa." "Kalau kau bingung begitu, kenapa tidak bersama denganku? Ayo kita ke kantin bersama." "Eh, tapi—" "Ayolah, Reyna juga pasti lagi

  • I'm Alone in This World    25. Seleksi Kedua

    Sekarang adalah hari di mana mereka akan diseleksi kembali. Peserta yang berhasil mencapai 20 besar akan melakukan pertandingan dengan peraturan baru. Kali ini murid tahun pertama akan melawan murid tahun kedua. Tidak peduli apakah mereka baru menjadi murid di akademi, karena hasil seleksi dari ajang ini memerlukan seseorang yang memiliki kekuatan. Sama seperti sebelumnya, mereka akan mengambil nomor urut secara bergiliran. "Vero! Kali ini aku berharap kita akan mendapatkan nomor yang sama." "Rei, kau tidak pernah menyerah huh." "Tentu saja!" "Tapi sayangnya kali ini tahun pertama akan melawan tahun kedua." "Ah kenapa peraturan konyol seperti itu ada?!" Seperti biasa, Reito kesal dengan sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencananya. Mereka maju satu persatu dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Petugas kali ini tidak mengumumkan siapa yang akan menjadi lawan m

  • I'm Alone in This World    24. Merenung

    Di tengah malam gelap gulita, seseorang keluar dari penginapan. Dia keluar layaknya seorang pencuri yang mengendap-endap. Orang itu pergi mengunjungi sebuah rumah yang berjarak enam rumah dari penginapan palapa. Tok tok... Pintu rumah yang diketuk itu kemudian terbuka menampilkan ruangan terang benerang. "Kau kembali?" "Aku ingin bertemu ketua." "Ketua saat ini istirahat, kau sampaikan saja kepadaku." "... Kalau begitu aku akan kembali besok." Pria yang diajak berbicara membuat muka masam. Pasalnya orang di depannya itu terlihat mencurigai dirinya. "Ketua ada di dalam, dia menunggumu." Pria itu membuka suara ketika orang tadi hampir sepenuhnya keluar dari pintu. "Aku tambah mencurigaimu," balasnya sambil melewati pria tersebut. Di balik pintu itu duduk seorang pria tua dengan sebuah buku di tangannya. "Apa ada yang ingin kau sampaikan malam-malam begini?"

  • I'm Alone in This World    23. Orang Bertudung

    Sudah sehari terlewat semenjak pertandingan Vero dengan Ferry. Pertandingan keduanya bisa dikatakan sangat menarik perhatian satu akademi. Saat hampir semua murid membicarakan pertandingan keduanya di asrama, Vero saat ini berada penginapan. Menjalani kegiatan rutinnya. "Biarkan aku juga membantumu memasak," tawar Allya di depan pintu dapur. "Kau lebih baik jangan mengacau. Jadilah anak baik." "Nak Vero, jangan seperti itu. Allya berniat baik untuk menolong kita di dapur. Setidaknya jawab dia dengan baik." "Kalau ibu bilang begitu... Kau bisa membantuku menyiapkan makanan. Yui, tolong urus dia." Yui yang mendengar itu tentu terlihat antusias namun tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Dia merasa tertolong dengan bantuan Allya. Allya secara cepat beradaptasi dengan suasana dapur. Tidak ada kesalahan yang diperbuat olehnya. Berkat dirinya pekerjaan terasa lebih ringan dari biasanya. "K

  • I'm Alone in This World    22. Hari Ketiga

    Hari ini merupakan babak penyisihan empat puluh besar. Mereka yang berhasil lolos hingga tahap ini akan diseleksi kembali menjadi dua puluh besar. "Kuharap kita bisa bertanding, Vero." "Kuharap tidak." "Ayolah, kali ini aku akan serius menghadapimu." "Kau tidak bosan kalah dariku, Rei?" Di bangku ruang tunggu, Reito terus berbicara dengan Vero. Dia ingin sekali menantang Vero bertanding. Namun, kali ini pertandingan dilakukan dengan pengundian. Setiap peserta akan menulis nama mereka masing-masing di atas sebuah lembar kertas. Lembaran-lembaran itu dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah kotak. Terdapat dua petugas yang akan mengambil masing-masing satu lembaran itu, kemudian nama yang muncul akan bertanding satu sama lain. "Baik, sekarang kami akan mengambil nama kalian. Apapun hasilnya, tidak dapat diganggu gugat." Dua petugas maju ke depan kotak. Mereka mengambil masing-m

  • I'm Alone in This World    21. Menarik vs Membosankan

    Hari seleksi pertama sudah berlalu dengan lancar. Tidak ada kecelakaan apapun yang terjadi. "Hei, bukankah hari ini giliranmu?" tanya Elvina di kursi penonton. "Ya, dan itu bukan urusanmu," jawab Vero dengan menutup matanya. Elvina yang melihat reaksi jawaban dari Vero merasa amat kesal. Dia kesal karena sikap yang diberikan kepadanya berbeda dengan sikap yang diberikan kepada Allya. "Kamu mendapat nomor urut ke berapa?" balas Allya mendengar percakapan keduanya. "Kenapa? Aku mendapat nomor tiga puluh enam," jawab Vero dengan menghadap ke arah Allya. Sebenarnya Vero hanya mengerjai Elvina dengan berperilaku seperti itu karena merasa bosan. "Sekarang sudah urutan tiga puluh, sebaiknya kau bersiap sekarang juga sana!" kesal Elvina. "Kau bisa diam tidak? Aku sudah tau itu, Elvina." Elvina membuang muka dengan raut wajah kesalnya. Dia benar-benar kesal dengan Vero saat ini. Saat mereka bertiga mengobrol, s

  • I'm Alone in This World    20. Reito vs Yoshi

    Pagi hari itu menjadi begitu sangat ramai. Semua murid akademi berkumpul di lapangan. Mereka duduk di kursi penonton untuk menyaksikan pertandingan yang akan dimulai pada hari pertama. Semua kursi yang disediakan hampir terisi penuh, para guru juga menyaksikan siapa bibit unggul tahun ini. "Baiklah dengan ini aku menyatakan bahwa seleksi pertama dimulai!" teriak Mazumi dari tempat duduknya. Sorakan terdengar riuh di stadium menyambut pengumuman kepala akademi. Dengan demikian, pertandingan pertama akan segera dimulai. "Bagi yang mendapatkan nomor urut pertama silakan maju. Sekali lagi, bagi yang mendapat nomor urut pertama silakan memasuki arena!" MC mengumumkan melalui speaker agar peserta segera memasuki arena. Pintu masuk arena terbuka dan seketika semua perhatian tertuju kepadanya. "A-ah, I-ini terlalu me-menakutkan.." gumam pemuda berkacamata yang saat ini berjalan menuju arena. Di

  • I'm Alone in This World    19. Bertambah Penghuni

    Mengejutkan. Di penginapan, Vero terkejut dengan keberadaan seorang gadis yang dia tidak pernah perkirakan akan tinggal di sana juga. Gadis itu adalah Allya. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Vero di depan meja resepsionis. "Kamu juga kenapa di sini?" tanya Allya balik dengan muka polos. "Aku tinggal di sini." "Kamu tinggal di sini juga? Astaga aku tak menyangka kita akan sepenginapan," ucapnya dengan senyuman. "Oh.. Tu-tunggu, apa maksudmu?!" "Haha.. Jangan terkejut seperti itu, mukamu yang biasanya kaku terlihat lucu saat ini." "Tidak. Aku serius bertanya, kenapa kau tidak tinggal saja di asrama akademi atau apakah kau tidak punya tempat tinggal?" tanya Vero panjang lebar. "Rumahku dari akademi cukup jauh dan tinggal di asrama sedikit kurang nyaman karena itu bukan akademi asalku." "Setidaknya ada banyak penginapan lain!" Walaupun Vero mengeluh dengan kehadiran

  • I'm Alone in This World    Pemberitahuan

    Hai, mohon maaf sebelumnya. Saya selaku penulis novel ini ingin mengabarkan bahwa novel ini update satu Chapter per minggu dikarenakan kesibukan. Sangat disayangkan memang namun saya harus memprioritaskan urusan pribadi. Saya juga merasa seperti tidak ada yang membaca novel ini karena selama ini hanya satu respon atau dukungan yang saya terima, itu membuat saya ragu apakah ada yang membaca cerita ini atau tidak hingga sekarang. Namun, saya akan tetap menyelesaikan novel ini hingga tamat sesuai kontrak. Kemungkinan novel ini update setiap hari sabtu atau minggu. Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca cerita ini. Mohon maaf bila ada kata yang salah.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status