Share

06. Hari Tes

Author: aliznarun
last update Last Updated: 2021-06-30 20:54:28

Terdapat sekitar tiga ratus calon peserta yang mengikuti tes masuk, yang dibagi menjadi enam kelas dengan masing-masing menghadirkan lima puluh peserta. Vero, yang memiliki nomor tes empat puluh sembilan, ditugaskan di ruangan pertama.

Saat memasuki ruangan tersebut, Vero melihat hampir seluruh bangku telah terisi. Ia mencari tempat duduk sesuai dengan nomor urutnya dan menemukannya di pojok paling belakang. Beberapa menit kemudian, ruangan tersebut telah penuh dan pengawas ujian memberikan sepuluh lembar pertanyaan kepada peserta.

Setiap lembar soal terdiri dari lima belas pertanyaan. Setiap jawaban benar akan memberikan dua poin, jawaban yang dianggap kurang tepat diberikan satu poin, sementara jawaban yang salah akan dikenai poin minus satu. Dengan demikian, untuk memenuhi passing grade, peserta harus menjawab minimal tujuh puluh lima soal dengan benar.

"Diberikan waktu satu setengah jam untuk mengerjakan soal. Jangan harap ada kesempatan untuk menyontek!" tegas pengawas.

Atmosfer di ruangan menjadi hening, dipenuhi dengan konsentrasi peserta yang sedang mengerjakan soal. Ragam soal mulai dari yang mudah hingga yang sulit membuat ekspresi wajah mereka bervariasi, menunjukkan betapa sulitnya ujian ini.

Vero pun mulai mengerjakan sepuluh soal pada setiap lembar. Ia menyelesaikan lembar pertama yang berisi soal hitungan, lalu melanjutkan ke lembar berikutnya yang menguji pengetahuan umum, hingga lembar terakhir yang mempertanyakan strategi dalam perang. Semua soal dijawab dengan lancar, namun ia memilih untuk menyisakan lima soal kosong pada setiap lembar.

"Sisa waktu sepuluh menit. Jika sudah selesai, silakan tinggalkan jawaban di atas meja dan menuju ke aula," ujar pengawas.

Saat itulah Vero menunggu untuk melihat siapa yang akan pertama kali meninggalkan ruangan, tanpa ingin menjadi sorotan. Namun, ketika hendak berdiri, seorang perempuan mendahuluinya dan meninggalkan ruangan. Vero pun mengikutinya ke aula.

Di aula, sudah ada sekitar tiga puluh orang yang menunggu. Seorang pengawas berbicara dari atas mimbar, "Ada sekitar tiga puluh orang di sini. Bagi yang merasa siap, silakan maju."

"Penguji untuk tes kedua ini adalah saya. Bagi yang merasa percaya diri, silakan maju, dan saya akan menilai kemampuan kalian," tambah penguji sambil memegang pedang dan mengenakan pakaian putih.

Namun, tidak ada yang langsung maju. Semua peserta ingin melihat bagaimana cara bertarung sang penguji terlebih dahulu. Hingga akhirnya, seorang pemuda yang baru datang memecahkan keheningan dengan bertanya, "Apakah ini tes kedua? Mengapa tidak ada yang maju?"

"Kalian tidak berani? Kalau begitu biar aku tunjukkan cara bertarung yang benar," tantang Patrick dengan bangganya, lalu naik ke atas arena sambil mengayunkan pedangnya. Setelah berhadapan dengan penguji, dia memperkenalkan diri.

"Perkenalkan, namaku Patrick Quella, anak dari Duke Ternan Quella."

Patrick merupakan sepupu Reyna yang memiliki kepribadian sombong.

"Hormat saya untuk Duke Ternan. Bisa kita mulai?" tanya penguji itu tanpa memberikan penghargaan khusus padanya.

Tentu saja Patrick kesal mendengar itu. Dia merasa tidak dihormati sebagai putra duke. Dengan emosi, dia berlari ke arah penguji dan melancarkan serangan-serangan bertubi-tubi, namun penguji dengan mudahnya menghindari dan menahan setiap serangannya.

"Kau tidak akan bisa mengenaiku jika menyerang dengan membabi buta," komentar penguji dengan tenang, membuat Patrick terdiam sejenak.

Setelah berpikir sejenak, Patrick menggunakan sihir apinya. Dia melemparkan serangan sihir dari berbagai arah sambil berlari menuju penguji. Meskipun begitu, penguji masih mampu menghindari serangannya dengan lincah.

"Lihat! aku sudah membuat Anda mundur!" seru Patrick, yakin bahwa dia telah berhasil.

"Mungkin ini saatnya," ucap penguji tiba-tiba muncul di belakang Patrick.

Dengan cepat, penguji menyentuh leher Patrick dengan pedang kayunya, menandakan kekalahan Patrick.

"A-apa yang terjadi?!" teriak Patrick, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Para peserta lainnya juga bingung dengan kejadian itu.

"Kau sudah kalah, silakan turun dari arena," tegur penguji.

Masih tidak terima dengan kekalahan, Patrick keluar dari arena sambil memaki pertandingan itu, lalu kembali ke mansionnya.

Selanjutnya, tes dilanjutkan dengan pertarungan biasa. Kadang ada pertarungan yang menarik perhatian mereka, seperti saat Putri Reyna menggunakan dua macam sihirnya, Roy dan Yoshi yang mahir dalam ilmu berpedang, serta Bella yang menggunakan taktiknya dengan cermat.

Namun, satu pertarungan yang paling mengejutkan adalah pertarungan tangan kosong dari pemuda bernama Reito. Meskipun tidak bersenjata, dia mampu mengimbangi serangan-serangan dari penguji dengan sangat baik.

Sudah lebih dari empat jam berlalu, dan hanya tinggal dua puluh peserta yang tersisa. Akhirnya, Vero memutuskan untuk maju.

"Oh.. Pemuda tampan, bukan? Namun, penampilan saja tidak cukup untuk membuktikan kehebatan seseorang," komentar penguji saat melihat Vero naik ke atas arena.

"Saya Vero, nomor tes empat puluh sembilan. Mohon bimbingannya," kata Vero sambil memegang belati di tangan kanannya.

"Penggunaan belati, ya? Tidak masalah, terutama setelah melihat ada peserta tanpa senjata. Sekarang, mari kita mulai," jawab penguji.

Penguji menjadi yang pertama menyerang Vero dengan pedangnya, serangannya datang tanpa henti. Namun, Vero berhasil menghindari semua serangan dengan menggunakan belatinya. Serangan demi serangan dilancarkan penguji, tapi Vero tetap bertahan tanpa menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Para peserta lainnya terkesan dengan kecepatan dan ketangguhan keduanya.

Dalam perlawanan yang sengit, Vero kemudian melemparkan jarum dari balik lengan bajunya, yang berhasil menggores baju sang penguji. Penguji itu mundur beberapa langkah, terkejut dengan serangan tersembunyi Vero.

"Serangan licik, eh? Kau ternyata sangat mahir," ujar penguji.

"Di dalam pertarungan sungguhan, segala cara sah untuk bertahan, bukan?" balas Vero.

Penguji itu kembali menyerang, kali ini dengan membuat bayangan dirinya menjadi banyak. Ada belasan bayangan sang penguji yang mengepung Vero. Para peserta terkejut melihat jurus bayangan yang digunakan penguji.

"Aku merasakan bahwa kau memiliki pengalaman bertarung. Lebih berpengalaman daripada peserta lain yang sudah kubertarungkan sebelumnya. Kupikir aku akan lebih serius kali ini. Jangan membuatku menyesal," ujar penguji dengan serius.

"Apakah saatnya? Mungkin ini memang akhirnya," gumam Vero.

Dua bayangan penguji maju menyerang Vero, namun Vero berhasil menangkis serangan mereka dengan menggunakan jarum lagi. Bayangan yang terkena serangan lenyap, sementara yang lain terus menyerang bergantian, tetapi tetap bisa ditangkis oleh Vero.

Kemudian, penguji kembali menciptakan bayangan, kali ini menyerang Vero dengan serangan bersamaan. Vero, menyadari situasi, hanya diam dan menutup matanya. Bayangan pertama berhasil ditangkisnya, namun bayangan lainnya tidak mampu. Penguji bingung dengan tindakan Vero yang tiba-tiba berhenti bertarung.

"Kau kalah," ujar penguji.

"Ah, sungguh disayangkan," ucap Vero.

"Hei, mengapa kau menahan diri dan tidak menyerang?" tanya penguji.

"Apa maksud Anda? Saya memang tidak bisa menghindari serangan itu," jawab Vero.

Penguji tetap merasa aneh dengan keputusan Vero.

Setelah mengatakan itu, Vero turun dari arena dan kembali ke penginapannya. Para peserta lainnya dibuat takjub dengan pertarungan mereka. Meskipun hanya menghindar, Vero berhasil menunjukkan kecerdikannya.

Di penginapan, Ken dan Niki hampir menyelesaikan pembuatan meja. Hanya tinggal meja panjang di dekat tembok yang mereka kerjakan. Sementara itu, Yui dan Zizi sedang pergi untuk membeli perlengkapan dapur dan bahan makanan.

Siang itu, Vero pergi mencari toko mebel untuk membeli beberapa bangku. Namun, setelah melihat harga satu kursi yang paling murah adalah lima puluh koin perunggu, dia membatalkan niatnya. Namun, ide tiba-tiba muncul dalam benaknya. Dia lalu pergi ke hutan untuk mencari potongan kayu. Setelah mengumpulkan beberapa potongan kayu, dia menggunakan skill Creation miliknya untuk membuat satu bangku.

"Jika Niki dan Ken melihat ini, mungkin mereka akan marah," gumam Vero sambil memikirkan reaksi teman-temannya.

Vero sengaja membiarkan mereka membuat meja agar tetap ada kegiatan yang mereka lakukan bersama. Namun, dia sendiri baru saja memikirkan ide untuk membuat bangku dari kayu hutan. Lalu, Vero melanjutkan mencari balok kayu lainnya yang tersedia di sekitar hutan. Setelah beberapa waktu, sekitar dua puluh bangku sudah berhasil dia buat.

"Sepertinya sudah cukup," pikir Vero.

Dia kemudian memasukkan bangku-bangku tersebut ke tempat penyimpanan dan kembali pulang saat sore hari.

Sesampainya di penginapan, Vero langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Dia melihat lantai satu sudah selesai direnovasi dan dibersihkan.

"Mungkin nanti malam saja aku akan mengeluarkan bangku-bangku itu," renung Vero.

Setelah seharian berada di luar, dia membutuhkan istirahat sebentar sebelum turun lagi.

Tiga jam berlalu dan saatnya makan malam sudah tiba. Bima memanggil Vero untuk segera turun dan makan malam bersama.

"Sepertinya kamu sangat lelah hari ini," komentar Bima.

"Iya... Eh, bukankah ini menu yang kita buat kemarin sore?" tanya Vero.

"Aku mencobanya sebelum menjualnya besok. Semoga rasanya sama enaknya dengan buatanmu," jawab Bima sambil tersenyum.

Mereka semua duduk bersama dan menikmati makan malam. Ken menanyakan bagaimana hasil tes akademi Vero, dan Vero menjelaskan bahwa kemungkinan besar dia akan lulus.

"Tunggu dulu, aku baru sadar... Siapa yang akan membantu Ibu untuk melayani pelanggan nanti?" tanya Niki, memecah keheningan.

Mereka saling menatap satu sama lain, menyadari bahwa mereka belum memikirkan hal tersebut.

"Ah iya, aku baru ingat kita juga akan kembali dua hari lagi," tambah Yui.

"Hmm, urusan itu nanti saja dipikirkan. Saat ini, bagaimana cara kita mempromosikan penginapan ini?" sela Ken, mencoba mengalihkan perhatian.

"Bagaimana kalau begini..." Hilma memulai untuk memberi saran tentang memberikan potongan harga pada hari pembukaan besok, sambil membagikan brosur kepada para petualang dan penduduk di jalanan.

"Biarkan aku yang membagikannya, sementara aku juga bisa mampir ke akademi," tawar Vero.

"Aku juga bisa membantu," tambah Niki.

Akhirnya, tugas dibagi: Niki dan Vero akan menyebarkan brosur, Yui akan membantu Hilma di dapur, Zizi akan mengantar makanan bersama Bima, sementara Ken bertugas menjaga kasir.

"Vero, bagaimana rasa makanannya?" tanya Hilma.

"Benar-benar lezat. Aku yakin pelanggan akan puas," jawab Vero.

Malam itu, Hilma memutuskan untuk memasukkan hidangan tersebut dan nasi goreng daging sapi ke dalam menu hari pertama penginapan mereka.

"Sekarang yang harus dipikirkan... apa mereka nanti akan makan tanpa kursi?" sahut Zizi.

"Mengenai itu, aku sudah memesannya tadi siang. Mungkin besok pagi akan diantar," kata Vero, sambil mencoba menutupi kemampuannya.

Setelah makan malam selesai, mereka kembali ke kamar masing-masing. Vero memastikan bahwa semua bangku sudah berada di tempatnya sebelum akhirnya naik ke kamarnya sendiri.

Related chapters

  • I'm Alone in This World    07. Hari yang Sibuk

    "Sejak kapan ada bangku-bangku ini?!""Aku juga tidak tahu, penginapan ini terkunci saat malam.""Mungkin saja tukang mebelnya datang pagi-pagi sebelum kita semua bangun," duga Ken. Mereka saling bertatapan, bingung dengan kehadiran bangku-bangku tersebut. Mendengar keributan, Hilma keluar dari kamarnya. "Apa yang terjadi? Sudah pagi-pagi begini ribut?" tanya Hilma. "Gini Bu, kita sebenarnya ingin merapikan ruangan lagi sebelum dibuka, tapi tiba-tiba ada banyak bangku yang sudah tersusun rapi padahal pintunya belum dibuka," jelaskan Yui. Hilma yang mendengar penjelasan Yui segera memeriksa keadaan. Dia juga terkejut melihat banyaknya bangku yang telah tersusun rapi di dalam penginapan. "Oh, begitu ya... Tadi sebelum kalian turun, aku membuka pintunya, dan pada saat itulah mereka membawa bangku-bangku ini masuk," jawab Hilma, mencoba menutupi kebenaran Vero. "Hmm... mereka benar-benar pekerja keras," komentar Niki, percaya dengan alasan Hilma. Pagi itu, mereka melanjutkan members

    Last Updated : 2021-07-01
  • I'm Alone in This World    08. Hari Pertama

    Pagi ini aula akademi kerajaan dipenuhi oleh para murid baru karena acara pembukaan dialihkan ke sini. Mereka memakai seragam yang sudah dibagikan dan duduk di masing-masing kelas. Kelas hitam berada di sisi kanan dan kelas putih berada di sisi kiri. Setiap sisi terdapat bangku yang diatur sedemikian rupa. Bangku-bangku itu diatur menjadi lima belas baris dan setiap baris berisi sepuluh bangku. Vero yang sudah datang dari awal berada di kursi barisan kedua. Memakai seragam putih dan rambut peraknya menjadi perhatian murid di sekitar. Vero sudah tak mempermasalahkan tatapan itu dan melanjutkan aktivitasnya namun tiba-tiba seseorang masuk. Seorang siswa kelas hitam, memiliki mata tajam, rambut merah, dan wajah rupawan. Di sampingnya berdiri seorang siswa kelas hitam juga, dia mengikuti siswa berambut merah. Saat dua orang itu melewati bangku-bangku belakang, aroma khas tercium. "Hei, bukannya mereka dari Sirius?" bisik seseorang ke teman di sebelahnya. "Darimana kau tau?" "Lihat la

    Last Updated : 2021-07-04
  • I'm Alone in This World    9. Berjalan lancar

    Biasanya, para murid menghabiskan jam istirahat mereka di kantin, lapangan, tempat latihan, atau perpustakaan. Namun, Vero termasuk siswa yang memilih tempat lain. Dia berada di bawah pohon yang dapat ditemukan melalui jendela perpustakaan. Saat ini, dia tertidur pulas dengan buku menutup wajahnya. Kicauan burung di dahan pohon terdengar merdu, sementara suara dentingan pedang yang beradu di lapangan terdengar sampai ke tempatnya. Angin sepoi menambah rasa kantuk dalam diri Vero. Tuk. Tuk. Tuk. Waktu santainya terganggu, Vero bangun dari tidur setelah merasakan sesuatu pada tubuhnya. Dia melihat ada tiga butir kacang di dekatnya lalu melihat sekeliling. Tak ada orang. Kemudian, dia melihat ke atas pohon. "Rupanya kau," kata Vero. "Ah, aku ketahuan ya," balas Reito. Seseorang itu turun dari pohon dan ikut duduk di dekatnya. "Ada apa sampai harus mengganggu tidurku?" tanya Vero. "Aku hanya iseng melihat kau tidur dengan pulas," jawab Reito. Mendengar itu, Vero memutar matanya deng

    Last Updated : 2021-07-29
  • I'm Alone in This World    10. Kerusuhan Reito

    "Apa yang kau lakukan?" tanya Vero, membalikkan kepalanya untuk melihat Reito yang mengikutinya. "Aku?" Reito mengernyitkan keningnya. "Cepat katakan. Kenapa kau mengikutiku?" "Siapa juga yang mengikutimu, aku hanya ingin mengunjungi Kedai Palapa itu." "Terserah kau saja." Vero sudah tidak mempedulikan dirinya yang diikuti oleh Reito sejak pulang dari akademi. Dia meneruskan jalannya menuju penginapan. Sebenarnya, Reito mengikuti Vero karena penasaran dengan kehidupan Vero. Apa saja yang dilakukannya hingga bisa seperti itu. Rasa penasaran Reito semakin menjadi setelah mereka melakukan latihan tanding. *** Dua orang pemuda berada di dalam ruang latihan. Mereka berdiri di atas arena latih tanding dengan perlengkapan yang lengkap. Kedua pemuda itu menggunakan pelindung dada dan sarung tangan. "Ternyata kau benar datang ke sini ya," kata Reito kepada Vero. Vero hanya terdiam, fokus pada persiapan dirinya untuk latihan. Dia menganggap seolah-olah tidak ada orang di depannya dan te

    Last Updated : 2021-08-01
  • I'm Alone in This World    11. Tidak terduga

    "Ada apa ini?" Vero bingung ketika baru sampai akademi karena melihat banyak orang berkumpul di depan papan pengumuman. Mereka melihat sebuah informasi terpasang di papan tersebut. Menyipitkan matanya, dia melihat dengan jarak lima meter dari papan itu. "Apa maksudnya ini?" Tak habis pikir dengan informasi yang dibacanya, Vero mengerutkan keningnya. Informasi yang dibacanya memang sedikit mengejutkan. Akademi baru saja menerima murid baru sehari yang lalu namun saat ini akan mengadakan pertukaran pelajar. Pertukaran pelajar dengan akademi nomor dua di Kerajaan Quella ini. Kabarnya, siswa tahun pertamalah yang akan menjadi peserta dalam kegiatan tersebut. Akademi Xerrn merupakan akademi terbesar kedua di Kerajaan Quella. Akademi ini tidak kalah megah dan istimewa. Perbedaan keduanya hanyalah dari sejarah dan pencapaian lulusan terhadap kerajaan. Sebelumnya, mereka tidak pernah mengadakan hal semacam itu membuat sebag

    Last Updated : 2021-08-05
  • I'm Alone in This World    12. Kejutan

    Suasana di dalam ruang latihan sedikit mencekam, terutama bagi mereka kelas putih. Jika membandingkan masing-masing dari perwakilan, mereka merasa akan kalah. Robin menyadari akan hal itu namun dia membiarkan para muridnya merasa tidak berdaya. Dia hanya ingin membuat mereka terinovasi dengan siapa pun pemenangnya. "Baiklah, pertandingan pertama antara Reyna dan Vira." Keduanya maju menuju arena. "Mari buat ini menjadi pertandingan yang menarik, Putri Reyna," ucap Vira. "Aku juga berharap begitu." Mereka berdua mengenakan pelindung badan. Reyna yang pandai dalam sihir hanya memakai sebuah belati. Sedangkan Vira menggunakan pedang pendek. Kemudian mereka saling bersiap untuk melawan. Vira yang pertama kali maju menyerang Reyna. Dia berlari dan melompat ke titik buta lawannya dengan cepat namun Reyna lebih dulu mengetahuinya. Serangan Vira ditahannya menggunakan belati kemudian mundur menjaga jarak.

    Last Updated : 2021-08-09
  • I'm Alone in This World    13. Keluarga Kerajaan

    Hari itu menjadi hari yang panjang sekaligus menakjubkan bagi mereka semua, kelas putih dan hitam. Walaupun pemenang dari pertandingan itu adalah kelas hitam namun mereka tidak peduli. Saat ini mereka hanya bisa terkagum dan mempelajari ketiga pertandingan itu. Salah satu yang membuat itu menjadi tambah menarik ialah kejutan dari pertandingan ketiga, Reito melawan Vero. Tidak ada yang menyangka dengan hasil pertandingan itu. Mereka juga dibuat heran dengan Vero yang tiba-tiba menghilang dari pandangan. Vero sendiri tidak sepenuhnya menghilang, dia hanya melakukan gerakan biasa dengan kecepatan tidak normal. Berpindah ke sana kemari sebelum Reito menemukan dan menyerangnya lalu berniat langsung melancarkan serangan terakhir. Namun suara Reyna mengganggu rencananya. "Hei manusia dingin! Aku tidak menyangka kau bisa menang melawan Reito." "..." "Ha.. Aku sudah lelah mengajakmu berbicara. Vero, jawablah sekali jika orang berbicara deng

    Last Updated : 2021-08-14
  • I'm Alone in This World    14. Malam yang Panjang

    Malam itu merupakan malam yang sangat panjang bagi mereka berenam. Bangsawan yang menyewa kedai ternyata berasal dari keluarga kerajaan. Tidak ada yang mengetahui itu karena itu sebuah kerahasiaan untuk keselamatan mereka. "Aku tidak menyangka sudah bertemu..." "Ji-jika aku tahu itu dari keluarga kerajaan, aku pasti akan bersiap-siap dengan sangat baik." "Sayangnya tidak ada Pangeran Louis..." "Putri Reyna sangat cantik!" "Ibu, aku ingin menjadi kesatria kerajaan!" Mereka berlima masih diam dengan kejutan yang tiba-tiba datang malam itu. "Ayo kita segera bereskan meja. Ini sudah malam" "Hei Vero, apa kau tidak merasa terkejut dengan itu semua?!" "Apa? Aku juga terkejut dengan kedatangan mereka. Lalu apa lagi setelah itu?" Dari semua orang di kedai, Vero lah yang paling merasa terkejut dengan kehadiran mereka. Terutama dengan kehadiran Elvina dan Reyna yang membuatnya tidak bebas bergera

    Last Updated : 2021-08-18

Latest chapter

  • I'm Alone in This World    26. Perjanjian dan Peringatan

    Kembali ke hari di mana Vero membuat janji akan bertemu dengan Dika dan Yoga. Hari itu mereka membuat janji akan bertemu di suatu tempat saat jam istirahat. Vero menyetujui itu karena penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan. Sudah menjadi rahasia umum kalau mereka merupakan anggota suatu organisasi di akademi yang sering menindas. "Kamu mau kemana?" tanya Allya melihat Vero keluar kelas dan berjalan beda arah. "Aku ada urusan," ucap Vero singkat mengabaikan Allya. Dengan jawaban singkat seperti itu membuat Allya curiga dengannya, dia berniat mengikuti Vero namun tiba - tiba seseorang menyapanya. "Allya, kenapa kau berdiri di depan pintu seperti ini? Kau menunggu seseorang?" "... Aku hanya bingung mau ke kantin dengan siapa." "Kalau kau bingung begitu, kenapa tidak bersama denganku? Ayo kita ke kantin bersama." "Eh, tapi—" "Ayolah, Reyna juga pasti lagi

  • I'm Alone in This World    25. Seleksi Kedua

    Sekarang adalah hari di mana mereka akan diseleksi kembali. Peserta yang berhasil mencapai 20 besar akan melakukan pertandingan dengan peraturan baru. Kali ini murid tahun pertama akan melawan murid tahun kedua. Tidak peduli apakah mereka baru menjadi murid di akademi, karena hasil seleksi dari ajang ini memerlukan seseorang yang memiliki kekuatan. Sama seperti sebelumnya, mereka akan mengambil nomor urut secara bergiliran. "Vero! Kali ini aku berharap kita akan mendapatkan nomor yang sama." "Rei, kau tidak pernah menyerah huh." "Tentu saja!" "Tapi sayangnya kali ini tahun pertama akan melawan tahun kedua." "Ah kenapa peraturan konyol seperti itu ada?!" Seperti biasa, Reito kesal dengan sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencananya. Mereka maju satu persatu dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Petugas kali ini tidak mengumumkan siapa yang akan menjadi lawan m

  • I'm Alone in This World    24. Merenung

    Di tengah malam gelap gulita, seseorang keluar dari penginapan. Dia keluar layaknya seorang pencuri yang mengendap-endap. Orang itu pergi mengunjungi sebuah rumah yang berjarak enam rumah dari penginapan palapa. Tok tok... Pintu rumah yang diketuk itu kemudian terbuka menampilkan ruangan terang benerang. "Kau kembali?" "Aku ingin bertemu ketua." "Ketua saat ini istirahat, kau sampaikan saja kepadaku." "... Kalau begitu aku akan kembali besok." Pria yang diajak berbicara membuat muka masam. Pasalnya orang di depannya itu terlihat mencurigai dirinya. "Ketua ada di dalam, dia menunggumu." Pria itu membuka suara ketika orang tadi hampir sepenuhnya keluar dari pintu. "Aku tambah mencurigaimu," balasnya sambil melewati pria tersebut. Di balik pintu itu duduk seorang pria tua dengan sebuah buku di tangannya. "Apa ada yang ingin kau sampaikan malam-malam begini?"

  • I'm Alone in This World    23. Orang Bertudung

    Sudah sehari terlewat semenjak pertandingan Vero dengan Ferry. Pertandingan keduanya bisa dikatakan sangat menarik perhatian satu akademi. Saat hampir semua murid membicarakan pertandingan keduanya di asrama, Vero saat ini berada penginapan. Menjalani kegiatan rutinnya. "Biarkan aku juga membantumu memasak," tawar Allya di depan pintu dapur. "Kau lebih baik jangan mengacau. Jadilah anak baik." "Nak Vero, jangan seperti itu. Allya berniat baik untuk menolong kita di dapur. Setidaknya jawab dia dengan baik." "Kalau ibu bilang begitu... Kau bisa membantuku menyiapkan makanan. Yui, tolong urus dia." Yui yang mendengar itu tentu terlihat antusias namun tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Dia merasa tertolong dengan bantuan Allya. Allya secara cepat beradaptasi dengan suasana dapur. Tidak ada kesalahan yang diperbuat olehnya. Berkat dirinya pekerjaan terasa lebih ringan dari biasanya. "K

  • I'm Alone in This World    22. Hari Ketiga

    Hari ini merupakan babak penyisihan empat puluh besar. Mereka yang berhasil lolos hingga tahap ini akan diseleksi kembali menjadi dua puluh besar. "Kuharap kita bisa bertanding, Vero." "Kuharap tidak." "Ayolah, kali ini aku akan serius menghadapimu." "Kau tidak bosan kalah dariku, Rei?" Di bangku ruang tunggu, Reito terus berbicara dengan Vero. Dia ingin sekali menantang Vero bertanding. Namun, kali ini pertandingan dilakukan dengan pengundian. Setiap peserta akan menulis nama mereka masing-masing di atas sebuah lembar kertas. Lembaran-lembaran itu dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah kotak. Terdapat dua petugas yang akan mengambil masing-masing satu lembaran itu, kemudian nama yang muncul akan bertanding satu sama lain. "Baik, sekarang kami akan mengambil nama kalian. Apapun hasilnya, tidak dapat diganggu gugat." Dua petugas maju ke depan kotak. Mereka mengambil masing-m

  • I'm Alone in This World    21. Menarik vs Membosankan

    Hari seleksi pertama sudah berlalu dengan lancar. Tidak ada kecelakaan apapun yang terjadi. "Hei, bukankah hari ini giliranmu?" tanya Elvina di kursi penonton. "Ya, dan itu bukan urusanmu," jawab Vero dengan menutup matanya. Elvina yang melihat reaksi jawaban dari Vero merasa amat kesal. Dia kesal karena sikap yang diberikan kepadanya berbeda dengan sikap yang diberikan kepada Allya. "Kamu mendapat nomor urut ke berapa?" balas Allya mendengar percakapan keduanya. "Kenapa? Aku mendapat nomor tiga puluh enam," jawab Vero dengan menghadap ke arah Allya. Sebenarnya Vero hanya mengerjai Elvina dengan berperilaku seperti itu karena merasa bosan. "Sekarang sudah urutan tiga puluh, sebaiknya kau bersiap sekarang juga sana!" kesal Elvina. "Kau bisa diam tidak? Aku sudah tau itu, Elvina." Elvina membuang muka dengan raut wajah kesalnya. Dia benar-benar kesal dengan Vero saat ini. Saat mereka bertiga mengobrol, s

  • I'm Alone in This World    20. Reito vs Yoshi

    Pagi hari itu menjadi begitu sangat ramai. Semua murid akademi berkumpul di lapangan. Mereka duduk di kursi penonton untuk menyaksikan pertandingan yang akan dimulai pada hari pertama. Semua kursi yang disediakan hampir terisi penuh, para guru juga menyaksikan siapa bibit unggul tahun ini. "Baiklah dengan ini aku menyatakan bahwa seleksi pertama dimulai!" teriak Mazumi dari tempat duduknya. Sorakan terdengar riuh di stadium menyambut pengumuman kepala akademi. Dengan demikian, pertandingan pertama akan segera dimulai. "Bagi yang mendapatkan nomor urut pertama silakan maju. Sekali lagi, bagi yang mendapat nomor urut pertama silakan memasuki arena!" MC mengumumkan melalui speaker agar peserta segera memasuki arena. Pintu masuk arena terbuka dan seketika semua perhatian tertuju kepadanya. "A-ah, I-ini terlalu me-menakutkan.." gumam pemuda berkacamata yang saat ini berjalan menuju arena. Di

  • I'm Alone in This World    19. Bertambah Penghuni

    Mengejutkan. Di penginapan, Vero terkejut dengan keberadaan seorang gadis yang dia tidak pernah perkirakan akan tinggal di sana juga. Gadis itu adalah Allya. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Vero di depan meja resepsionis. "Kamu juga kenapa di sini?" tanya Allya balik dengan muka polos. "Aku tinggal di sini." "Kamu tinggal di sini juga? Astaga aku tak menyangka kita akan sepenginapan," ucapnya dengan senyuman. "Oh.. Tu-tunggu, apa maksudmu?!" "Haha.. Jangan terkejut seperti itu, mukamu yang biasanya kaku terlihat lucu saat ini." "Tidak. Aku serius bertanya, kenapa kau tidak tinggal saja di asrama akademi atau apakah kau tidak punya tempat tinggal?" tanya Vero panjang lebar. "Rumahku dari akademi cukup jauh dan tinggal di asrama sedikit kurang nyaman karena itu bukan akademi asalku." "Setidaknya ada banyak penginapan lain!" Walaupun Vero mengeluh dengan kehadiran

  • I'm Alone in This World    Pemberitahuan

    Hai, mohon maaf sebelumnya. Saya selaku penulis novel ini ingin mengabarkan bahwa novel ini update satu Chapter per minggu dikarenakan kesibukan. Sangat disayangkan memang namun saya harus memprioritaskan urusan pribadi. Saya juga merasa seperti tidak ada yang membaca novel ini karena selama ini hanya satu respon atau dukungan yang saya terima, itu membuat saya ragu apakah ada yang membaca cerita ini atau tidak hingga sekarang. Namun, saya akan tetap menyelesaikan novel ini hingga tamat sesuai kontrak. Kemungkinan novel ini update setiap hari sabtu atau minggu. Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca cerita ini. Mohon maaf bila ada kata yang salah.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status