“Jangan menghindariku,” desis Arya, terlihat jakunnya naik turun. Saat ini Bunga sungguh merasa terintimidasi.
“Itu hakku, terserah apa yang akan aku lakukan.” Bunga mendorong dada Arya sekuat tenaganya. Jengkel itu yang dirasakan oleh Bunga saat ini, walaupun apa yang dikatakan oleh Arya ada benarnya juga.
Arya mundur selangkah. kemudian kembali maju menangkup wajah Bunga, menundukkan kepala dan melumat bibirnya, menelusupkan lidahnya mengecap langit-langit mulut Bunga. Arya sudah tidak bisa menahan gejolak gairahnya terhadap Bunga dengan kasar Arya melucuti pakaian Bunga kemudian mengikat kedua pergelangan tangannya mengalungkan di leher Arya sendiri dan meloloskan celananya menampakan pusakanya yang sudah tegak sempurna, sedangkan Bunga yang masih syok dengan perlakukan Arya mencoba meronta melepaskan diri tetapi tidak bisa berbuat banyak karena tenaganya pun kalah dengan kekuatan Arya, dan tanpa aba-aba Arya mengangkat satu kaki Bunga dengan tangan kirinya serta tangan kanannya menyatukan tubuh mereka. Arya merasakan penghalang di dalam relung hangat, ketat dan sempitnya milik Bunga. Namun ia sudah tidak bisa menahan dirinya sendiri, tubuhnya menghujam sedalam mungkin kemudian memompa pinggulnya maju mundur.
“Ahhhh … sakit ... lepaskan aku Kak!” rintih Bunga. Kedua tangannya terkunci sehingga gerakannya terbatas, masih mencoba melepaskan diri tapi akibatnya Arya semakin menghujam ke dalam inti tubuhnya. Arya mengambil sesuatu dari jasnya tanpa melepaskan penyatuannya dan menyuntikkan cairan itu di lengan Bunga.
Hujaman Arya kasar dan tanpa ampun ia tidak memberikan waktu sedikitpun untuk Bunga menyesuaikan diri dengan keperkasaannya. Jeritan Bunga tidak dihiraukannya dan pastinya tidak bisa terdengar sampai luar karena kamar Bunga tinggali kedap suara.
Arya mencabut miliknya, membalikkan badan bunga memunggunginya, dihujamnya kembali miliknya yang masih tegak menantang. Punggung Bunga jelas terekspos dengan leluasa Arya mengecupi sepanjang bekas luka bakar di punggung Bunga dengan tangannya tidak tinggal diam meremas kedua payudara Bunga dengan lembut.
Bunga tidak bisa menahan dirinya untuk melenguh akibat rangsangan kecupan bibir hangat Arya di punggung telanjangnya, “Mmmhh.. Kak tolong hentikan, cabut Kak! Bunga nggak kuat.” Seketika Bunga merasa tidak enak badan.
Arya menghujamkan kejantanannya semakin dalam dengan tempo cepat untuk segera menjemput orgasmenya. Nggak lucu kalau sampai ia ketahuan ena- ena sedangkan seluruh keluarga Bunga berkumpul di bawah. Setelah Arya mendapatkan pelepasannya ia menyatukan kening mereka dan mengatur nafasnya. Bunga tampak lemas, walaupun mulut Bunga menjerit-jerit menolaknya tetapi tubuh gadis itu sangat menerimanya. Buktinya tubuh Bunga meresponnya dan mencengkeram erat miliknya berkali-kali, rasa tubuh Bunga sangat luar biasa beda sekali dengan para wanita teman pemuas birahinya selama ini.
Ternyata walaupun Bunga hidup lama di luar negeri ia tetap menjaga kehormatannya. Apakah Arya menyesal merenggut kehormatannya.
Tidak! Arya tidak menyesal, ia merasakan kepuasan yang amat sangat karena dirinya orang pertama yang mendapatkan keperawanannya, Arya melepaskan penyatuannya dengan Bunga. Milik Bunga berdenyut nyeri saat Arya dengan kasar melepaskan diri. Kelakuan Arya sudah sama persis dengan seorang bajing**. Lantas Arya melepaskan ikatan pada tangan Bunga.
Kernyitan di dahinya semakin dalam, Bunga meringis menahan perih di intinya walaupun tak sebanding dengan perih di hatinya karena perbuatan Arya yang masih tak bisa diterimanya membuatnya semakin bingung, Bunga limbung kemudian Arya merengkuhnya ke dalam gendongannya merebahkan gadis itu di ranjang dengan lembut dan menyelimuti gadis itu, Arya juga sempat-sempatnya mencuri ciuman pada bibir Bunga yang tampak membengkak karena cumbuannya tadi. Arya memunguti pakaiannya yang terserak begitu juga dengan pakaian Bunga dan menaruhnya di tepi ranjang.
Arya kemudian berjalan ke kamar mandi mengambil handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air hangat. Arya dengan santai mendekati Bunga yang tergeletak di atas ranjang polos, telanjang bulat setelah pria itu menyingkap selimutnya kembali. Arya meraih tubuh Bunga membuka pahanya kemudian membersihan intinya tanpa kecanggungan yang berarti. Diusapnya dengan lembut, tubuh Bunga menegang karena ulahnya.
Arya menundukkan wajahnya melumat bibir Bunga dengan lumatan dalam dan cepat, kemudian melanjutkan aksinya membersihkan tubuh Bunga. Arya menundukkan kepalanya mengulum dan menggigit gemas puncak dada Bunga bergantian. Bunga berusaha menggeser tubuhnya, dan menekan kepala Arya menggunakan sikunya yang langsung di tahan oleh Arya di atas kepalanya. Bunga masih syok dan lemas dibiarkannya Arya berbuat sesuka hatinya. Air matanya tak berhenti mengalir sedari tadi. Arya melebarkan paha Bunga, kepalanya turun ke bawah, di antara belahan inti bunga memberikan kecupan dan lumatan lembut, sampai Bunga melenguh.
Arya mengangkat kepalanya kemudian berbisik di telinga Bunga. “Tenang aku tidak akan menyentuhmu lagi setidaknya tidak sekarang. Tetapi jika kamu masih menghindariku, jangan salahkan aku. Akan kubuat kamu tidak bisa berjalan.” Setelah berkata demikian Arya mencumbu bibir dan pipi Bunga.
Arya sengaja tidak meninggalkan kiss mark di tubuh bagian atas bunga tetapi di paha dan inti bunga banyak tanda tertinggal di sana. Arya membuka ikatan tangan bunga memasukkan dasinya ke saku celananya. Arya berjalan di walking kloset milik Bunga mengambil piyama dan membantu Bunga memakainya dan menyelimuti tubuh Bunga.
“Dengarkan aku baik-baik, besok kau ikut kembali ke rumah jika tidak, aku akan membatalkan perjodohan ku dengan Sekar dan membuat malu keluarga besarmu, kau mau keluargamu ku bikin malu?”
Bunga menggeleng frustasi, air matanya tak berhenti mengalir.
“Kenapa kau tega melakukan ini kepadaku, badanku lemas sekali?”
Arya menundukkan wajahnya dan berbisik di telinga Bunga. “Aaku menyuntikkanmu penenang. Aku tahu kamu pasti akan berontak. Jadi aku akan menadai milikku terlebih dahulu.”
“Kau tidak bisa melakukan ini padaku dan saudaraku,” protes Bunga disela-sela isak tangisnya.
“Aku bisa dan akan aku lakukan. Kau pikir saudaramu itu mencintaiku? Setelah semua perhatian yang aku berikan?”
Bunga mengerutkan dahinya menatap bingung kepada Arya. Bunga tahu pasti Sekar tidak mungkin melakukan hal itu pada pria tampan yang semakin terkesan bengis di hadapannya. Bunga merasa menyesal pernah menaruh hati pada pria psyco ini. Hatinya sungguh sakit tak terperi, kehormatannya terenggut oleh orang yang sebentar lagi menjadi iparnya.
“Hapus air matamu aku tak suka melihatmu menangis.”
“Kau yang membuatku begini. Tega sekali kamu menghancurkanmu seperti ini,” ujar Bunga lirih, pilu sakit hatinya bertambah berkali lipat.
Arya diam membisu tidak membalas ucapan Bunga. Arya mengusap puncak kepala Bunga dan memberikan kecupan sekali lagi. Mematikan lampu dan beranjak keluar kamar.
Baik untuk mereka berdua tak ada satu orangpun yang melihat kejadian tersebut.
Arya membasuh muka dan kejantanannya yang lengket akibat cairan dirinya dan Bunga di kamar mandi. Mencengkeram pinggiran wastafel dengan kuat. Arya sendiri tak mengerti dengan dirinya. Gairahnya terhadap Bunga tak bisa di bendung lagi. Biasanya ia paling bisa mengendalikan diri. Satu yang pasti tidak ada satu orangpun laki-laki yang boleh memiliki Bunga sekalipun itu Yanuar. Dirinya sudah memendam amarahnya, kecemburuan yang membuncah hanya dengan melihat kedekatan Bunga dengan Yanuar.
Arya tidak peduli bahwasanya ia sudah memperkosa Bunga karena dirinya sangat yakin Bunga masih mencintainya. Malam ini ia akan tidur di sini, ia tidak akan biarkan Yanuar satu atap dengan Bunga, walaupun keluarga bunga ada di sana juga. Perbuatannya memang sangat nekat, tetapi ahhhh peduli setan.
Arya akan pastikan bahwa Bunga hanya akan menjadi miliknya. Arya berubah menjadi seorang yang telah kehilangan kewarasannya hanya karena seorang Bunda dan Arya lupa akan keberadaan Sekar. Arya bahkan belum pernah tidur dengan Sekar yang notabene adalah kekasihnya. Tetapi sudah menggagahi saudara kekasihnya.
Ketukan di pintu menyadarkan dari lamunannya. “Sayang, kamu baik-baik saja kok lama banget?” Itu suara Sekar.
Arya membuka pintu kamar mandi. “Aku baik,” ujarnya sembari bersandar di daun pintu.
Sekar mengusap dada Arya. “Jadi kita akan kembali ke rumahmu atau bermalam di sini?” tanyanya.
“Bagaimana kalau di sini saja, sepertinya aku lelah.”
“Baiklah kalau begitu.” Senyum Sekar merekah, ia senang bisa memiliki kesempatan satu atap dengan Yanuar. Mungkin ia punya kesempatan menarik hati pria pujaannya itu.
Arya memang lelah tetapi sekaligus puas. Entah mengapa percintaannya dengan Bunga membuat tubuhnya segar. Arya memang bukan pria perjaka, dia sudah sering bermain dengan wanita maka dari itu orang tuanya menjodohkan dia supaya kelakuannya yang suka celup sana sini bisa berubah.
Di lain pihak Bunga yang merasa tubuhnya remuk redam seluruh persendiannya terasa luluh lantak, Bunga sama sekali tidak bisa memejamkan mata intinya berdenyut nyeri karena perlakuan kasar Arya. Arya tahu kelemahannya ia tidak mungkin sampai hati menyakiti keluarganya. Esok ia harus menuruti Arya untuk kembali ke rumah.
Keesokan harinya, setelah membersihkan diri dan bersiap-siap. Bunga membuka pintu kamar dan terperanjat saat mendapati Arya sudah berdiri bersandar di daun pintu kamarnya dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya.Bunga mengerutkan dahinya, “Kenapa kamu belum turun?” tanya bunga.
Ponsel Bunga berdering, Yora mengulurkan ponsel pribadi milik Bunga. Bunga memeriksa id penelepon, senyum tersungging disudut bibirnya. Hatinya tergelitik menggoda Arya, apakah Arya akan merasa cemburu ataukah tidak? Padahal yang meneleponnya adalah Adyatama putra Almira dan Davka Alsaki.“Ya Sayang?” saya Bunga dengan halus.Diliriknya Arya melalui kaca tengah mobil. Raut wajah Ar
Bunga sedang disibukkan dengan pekerjaan di kantor barunya, saat sang bunda masuk dan membawakan bekal makan siangnya.“Sayang sepertinya kamu lebih berisi sekarang. Mama senang Nak, apalagi minggu depan ada pesta pertunangan Sekar. Bagaimana jika kamu juga segera menyusul?” ujar Lucy.
Arya semakin mengetatkan pelukannya, ia tak suka jika Bunga merasa Arya adalah milik Sekar. Sebelah tangannya yang lain sudah naik merengkuh tengkuk Bunga sembari mendongakkan wajah sang gadis kemudian melumat bibirnya, dengan ciuman dalam dan memabukkan.Bunga bisa merasakan sisa wine di lidah Arya yang masuk membelit lidahnya dan mengusap dengan lembut langit-langit mulutnya.
Bunga akan segera pergi, ia harus mengorbankan banyak hal untuk kebahagiaan Sekar. Menjauh dari orangtuanya, keluarga besarnya. Mungkin sang bunda sudah memiliki firasat tidak enak maka tadi menelepon, tetapi Bunga bisa apa. Ia juga punya andil dalam kesalahan karena terlibat dengan Arya.Bunga dan bayinya akan pergi jauh, ya Bunga hamil. Dirinya menyadari jika ia sudah terlambat haid saat bundanya datang beberapa waktu yang lalu ke ka
Tiga bulan telah berlalu dan Bunga masih bersikukuh tidak mau kembali sedangkan kehamilannya sudah memasuki bulan keenam.Bunga sedang menikmati teh camomile di beranda rumah kecilnya di Bali. Sudah dua bulan ia berada di Indonesia karena usaha yang dirintis olehnya tidak bisa ditinggal terlalu lama.
“Ayo dong cepat tebak!” ujar Bayu.
“Ah, Arya jangan,” tolak Bunga dengan nafas tersengal saat Arya sudah berhasil melucuti seluruh pakaiannya.Arya mendekatkan wajahnya menyisakan jarak sejengkal dari bibir ranum Bunga. “Jangan berhenti kan sayang? Pasti.” Setelah berkata demikian Arya bangkit dan melucuti pakaiannya.
Cempaka Akshita Atmaja tiba di bengkel besarStromderdilmilik ayahnya Jovan Adhi Atmaja. Tadi ayahnya menyuruhnya singgah ke bengkel guna mengambil vitamin ayahnya yang tertinggal di kantor sedangkan bengkel yang sudah pasti tutup jam delapan seperti ini karena bengkel sudah tutup sejak jam lima sore.Cempaka memarkirkan mobilnya persis di sebelah mobil city car berwarna merah. Kemudian melangkah membuka pintu samping menggunakan kunci cadangan miliknya.
Yanuar berdiri di pinggir jalan tepat di seberang restoran tempat keluarga Bunga berada. Ia sedang menunggu seseorang untuk bergabung makan malam bersama. Ia kembali teringat saat dahulu ia mengamuk di rumah sakit tempat Bunga melahirkan kemudian ia yang terpaksa di masukkan ke rumah sakit jiwa.Di bulan ketiga ia berada di rumah sakit itu. Louis menyarankan agar ia pindah ke panti rehabilitasi.
“Mau apa kamu kemari?!” ketusnya suara Arya membuat si kembar merengsek mendekati bunda mereka.“Kak, sabar. Jaga emosi, anak-anak ketakutan nih,” bujuk Bunga.Arya yang tadinya sudah naik pitam, mencoba mengendalikan diri karena teringat dengan sang buah hati.
Bunga dan Sekar sibuk mengurusi anak-anak mereka yang akan pentas tutup tahun ajaran, tahun ini mereka bertiga akan masuk ke Sekolah Dasar. Sekar dan putranya Helmi Jayadi tetap meneruskan di sekolah Harapan Bangsa, sedangkan kedua anak kembar Bunga akan dibawa ke Amerika. Adalah berita bahwa Yanuar akan segera keluar dari rumah sakit jiwa. “Bunda, ajak anak-anak ke dalam deh. Ayah sama Papi yang bawain kuenya,” usul Arya setelah memastikan perlengkapan pentas anak-anak tidak ada yang tertinggal di mobil.
Di luar kamar dengan daun pintu yang sedikit terbuka, Yanuar mengintip kemesraan Bunga dengan Arya. Tangannya terkepal sampai buku tangannya memutih. Pancaran matanya yang memerah penuh amarah, sakit hati dan kecemburuan.“Bangs**! Kau Arya, segera Bunga akan menjadi milikku.”
Bunga menangis semakin kencang bukan karena sakitnya jalan lahir yang sedang dibersihkan dokter tetapi karena ungkapan Arya, seolah pria yang sudah menjadi suaminya ini amat sangat mencintainya. Sesak sekali rasa di hatinya. Rasa nyeri saat melahirkan sudah ia lupakan.Seluruh keluarga yang bersuka cita berhamburan mengelilingi keduanya. Saat Bunga sudah dipindahkan ke dalam ruang rawat inap.
Sekar menelepon Anton suaminya, supaya memberikan ijin untuknya ke rumah sakit menemani Bunga. Namun ternyata Anton pun tak memberikan ia ijin. Bahkan sekarang Anton yang tadi ada di kantor Arya ikut pergi ke rumah sakit. Jadi sekarang hanya tertinggal Sekar dengan para keponakannya.Suara deru mobil memasuki halaman rumah mereka. Narendra melihat keluar siapa gerangan yang datang.
Lea mengucapkan selamat kepada pengantin. Mata Bunga bertemu dengan mata sang pria pasangan Lea.“Louis Cruz, is that you?” tanya Bunga. Rupanya dia mengenali pasangan Lea.Arya y
Asti mengangguk pasti. “Kalau begitu aku hubungi orangtua Bunga dulu.”“Siapa?!” seru Bunga dari dalam kamar.“Cempaka nan cantik jelita hadir!” Suara merdu si gadis cilik membahana.