Asti mengangguk pasti. “Kalau begitu aku hubungi orangtua Bunga dulu.”
“Siapa?!” seru Bunga dari dalam kamar.
“Cempaka nan cantik jelita hadir!” Suara merdu si gadis cilik membahana.
Lea mengucapkan selamat kepada pengantin. Mata Bunga bertemu dengan mata sang pria pasangan Lea.“Louis Cruz, is that you?” tanya Bunga. Rupanya dia mengenali pasangan Lea.Arya y
Sekar menelepon Anton suaminya, supaya memberikan ijin untuknya ke rumah sakit menemani Bunga. Namun ternyata Anton pun tak memberikan ia ijin. Bahkan sekarang Anton yang tadi ada di kantor Arya ikut pergi ke rumah sakit. Jadi sekarang hanya tertinggal Sekar dengan para keponakannya.Suara deru mobil memasuki halaman rumah mereka. Narendra melihat keluar siapa gerangan yang datang.
Bunga menangis semakin kencang bukan karena sakitnya jalan lahir yang sedang dibersihkan dokter tetapi karena ungkapan Arya, seolah pria yang sudah menjadi suaminya ini amat sangat mencintainya. Sesak sekali rasa di hatinya. Rasa nyeri saat melahirkan sudah ia lupakan.Seluruh keluarga yang bersuka cita berhamburan mengelilingi keduanya. Saat Bunga sudah dipindahkan ke dalam ruang rawat inap.
Di luar kamar dengan daun pintu yang sedikit terbuka, Yanuar mengintip kemesraan Bunga dengan Arya. Tangannya terkepal sampai buku tangannya memutih. Pancaran matanya yang memerah penuh amarah, sakit hati dan kecemburuan.“Bangs**! Kau Arya, segera Bunga akan menjadi milikku.”
Bunga dan Sekar sibuk mengurusi anak-anak mereka yang akan pentas tutup tahun ajaran, tahun ini mereka bertiga akan masuk ke Sekolah Dasar. Sekar dan putranya Helmi Jayadi tetap meneruskan di sekolah Harapan Bangsa, sedangkan kedua anak kembar Bunga akan dibawa ke Amerika. Adalah berita bahwa Yanuar akan segera keluar dari rumah sakit jiwa. “Bunda, ajak anak-anak ke dalam deh. Ayah sama Papi yang bawain kuenya,” usul Arya setelah memastikan perlengkapan pentas anak-anak tidak ada yang tertinggal di mobil.
“Mau apa kamu kemari?!” ketusnya suara Arya membuat si kembar merengsek mendekati bunda mereka.“Kak, sabar. Jaga emosi, anak-anak ketakutan nih,” bujuk Bunga.Arya yang tadinya sudah naik pitam, mencoba mengendalikan diri karena teringat dengan sang buah hati.
Yanuar berdiri di pinggir jalan tepat di seberang restoran tempat keluarga Bunga berada. Ia sedang menunggu seseorang untuk bergabung makan malam bersama. Ia kembali teringat saat dahulu ia mengamuk di rumah sakit tempat Bunga melahirkan kemudian ia yang terpaksa di masukkan ke rumah sakit jiwa.Di bulan ketiga ia berada di rumah sakit itu. Louis menyarankan agar ia pindah ke panti rehabilitasi.
Cempaka Akshita Atmaja tiba di bengkel besarStromderdilmilik ayahnya Jovan Adhi Atmaja. Tadi ayahnya menyuruhnya singgah ke bengkel guna mengambil vitamin ayahnya yang tertinggal di kantor sedangkan bengkel yang sudah pasti tutup jam delapan seperti ini karena bengkel sudah tutup sejak jam lima sore.Cempaka memarkirkan mobilnya persis di sebelah mobil city car berwarna merah. Kemudian melangkah membuka pintu samping menggunakan kunci cadangan miliknya.
Cempaka Akshita Atmaja tiba di bengkel besarStromderdilmilik ayahnya Jovan Adhi Atmaja. Tadi ayahnya menyuruhnya singgah ke bengkel guna mengambil vitamin ayahnya yang tertinggal di kantor sedangkan bengkel yang sudah pasti tutup jam delapan seperti ini karena bengkel sudah tutup sejak jam lima sore.Cempaka memarkirkan mobilnya persis di sebelah mobil city car berwarna merah. Kemudian melangkah membuka pintu samping menggunakan kunci cadangan miliknya.
Yanuar berdiri di pinggir jalan tepat di seberang restoran tempat keluarga Bunga berada. Ia sedang menunggu seseorang untuk bergabung makan malam bersama. Ia kembali teringat saat dahulu ia mengamuk di rumah sakit tempat Bunga melahirkan kemudian ia yang terpaksa di masukkan ke rumah sakit jiwa.Di bulan ketiga ia berada di rumah sakit itu. Louis menyarankan agar ia pindah ke panti rehabilitasi.
“Mau apa kamu kemari?!” ketusnya suara Arya membuat si kembar merengsek mendekati bunda mereka.“Kak, sabar. Jaga emosi, anak-anak ketakutan nih,” bujuk Bunga.Arya yang tadinya sudah naik pitam, mencoba mengendalikan diri karena teringat dengan sang buah hati.
Bunga dan Sekar sibuk mengurusi anak-anak mereka yang akan pentas tutup tahun ajaran, tahun ini mereka bertiga akan masuk ke Sekolah Dasar. Sekar dan putranya Helmi Jayadi tetap meneruskan di sekolah Harapan Bangsa, sedangkan kedua anak kembar Bunga akan dibawa ke Amerika. Adalah berita bahwa Yanuar akan segera keluar dari rumah sakit jiwa. “Bunda, ajak anak-anak ke dalam deh. Ayah sama Papi yang bawain kuenya,” usul Arya setelah memastikan perlengkapan pentas anak-anak tidak ada yang tertinggal di mobil.
Di luar kamar dengan daun pintu yang sedikit terbuka, Yanuar mengintip kemesraan Bunga dengan Arya. Tangannya terkepal sampai buku tangannya memutih. Pancaran matanya yang memerah penuh amarah, sakit hati dan kecemburuan.“Bangs**! Kau Arya, segera Bunga akan menjadi milikku.”
Bunga menangis semakin kencang bukan karena sakitnya jalan lahir yang sedang dibersihkan dokter tetapi karena ungkapan Arya, seolah pria yang sudah menjadi suaminya ini amat sangat mencintainya. Sesak sekali rasa di hatinya. Rasa nyeri saat melahirkan sudah ia lupakan.Seluruh keluarga yang bersuka cita berhamburan mengelilingi keduanya. Saat Bunga sudah dipindahkan ke dalam ruang rawat inap.
Sekar menelepon Anton suaminya, supaya memberikan ijin untuknya ke rumah sakit menemani Bunga. Namun ternyata Anton pun tak memberikan ia ijin. Bahkan sekarang Anton yang tadi ada di kantor Arya ikut pergi ke rumah sakit. Jadi sekarang hanya tertinggal Sekar dengan para keponakannya.Suara deru mobil memasuki halaman rumah mereka. Narendra melihat keluar siapa gerangan yang datang.
Lea mengucapkan selamat kepada pengantin. Mata Bunga bertemu dengan mata sang pria pasangan Lea.“Louis Cruz, is that you?” tanya Bunga. Rupanya dia mengenali pasangan Lea.Arya y
Asti mengangguk pasti. “Kalau begitu aku hubungi orangtua Bunga dulu.”“Siapa?!” seru Bunga dari dalam kamar.“Cempaka nan cantik jelita hadir!” Suara merdu si gadis cilik membahana.