Share

Chapter 6

Penulis: Azeela Danastri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya, setelah membersihkan diri dan bersiap-siap. Bunga membuka pintu kamar dan terperanjat saat mendapati Arya sudah berdiri bersandar di daun pintu kamarnya dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Bunga mengerutkan dahinya, “Kenapa kamu belum turun?” tanya bunga.

“Aku menunggumu,” jawab Arya dingin. Pandangan matanya tak beranjak dari wajah bunga. Wajah bunga merona, tampak matanya yang sembab dan sedikit bayangan hitam di kantong matanya menandakan jika gadis tersebut pasti menghabiskan waktu semalam ya dengan menangis dan tidak bisa tidur.

Seketika Arya maju ke depan merengkuh Bunga ke dalam pelukan dan menundukkan wajahnya. “Morning kiss,” bisiknya kemudian melumat bibir Bunga, tidak ada kelembutan dalam cumbuan Arya yang ada adalah cumbuan penuh tuntutan dan sedikit kasar. Arya melepaskan cumbuannya saat di rasanya Bunga kehabisan nafas.

“Ayo turun, kau jalan duluan,” ajak Arya serak seraya mengurai pelukannya.

“Harusnya kamu mencari Sekar bukan aku,” gumam Bunga yang masih bisa di dengar oleh Arya, reaksi pria itu hanya memicingkan sebelah matanya dengan alis tebalnya yang tertarik ke atas, seberti ulat bulu.

Sampai detik ini Arya masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri, tak ada penyesalan bahwa ia sudah merenggut keperawanan Bunga. Dirinya semakin puas malah, sepertinya akan sulit menghilangkan bayangan dan rasa gadis itu nantinya. Belum pernah Arya merasakan rasa kepemilikan dan posesif seperti ini. Arya tentu bukan pria bodoh. Dirinya tahu saat hatinya mulai menyimpan rasa, tetapi sekali lagi ego menutupi semuanya.

Kemudian di sisi lain tempat Sekar duduk dengan tenang memperhatikan Yanuar yang sedang melakukan olah raga pagi sekaligus memberikan arahan pada pegawainya untuk merapikan kebun mawar miliknya. Pria kekar penyuka bunga rupanya.

“Sedang apa di sini?” sapa Yanuar yang sudah berdiri di depan Sekar tanpa disadari gadis itu.

Sekar bengong menatap ke arah Yanuar dan menelan salivanya kasar. “Hanya menatap taman mawar saja. Harumnya membuai hidungku,” kilah Sekar. Tidak mungkin bukan, jika ia mengakui menikmati pemandangan makhluk Tuhan yang paling seksi ini.

Yanuar tersenyum geli kepada Sekar, ia tahu jika gadis yang berada di depannya saat ini sedang berbohong. Namun ia tidak akan mempermasalahkan soal itu.

“Bagaimana kalau kita sarapan sekarang,” ajak Yanuar.

Sekar mengangguk dengan wajahnya yang berseri-seri. Lalu mengikuti langkah Yanuar yang terlebih dulu masuk, Sekar berlari kecil mensejajari langkah lebar Yanuar.

Bunga jalan perlahan di depan Arya saat sampai di pertengahan tangga mereka bertemu dengan Sekar dan Yanuar yang muncul dari arah samping, wajah Sekar merah padam dilihatnya tetapi sepertinya Arya cuek. Sekalipun ia tidak menghampiri sang kekasih.

Yanuar berhenti dan berdiri di ujung tangga menunggu Bunga. Tatapan matanya lembut dan jenaka.

“Bagaimana tidurmu, Bunga?” tanya Yanuar, penuh perhatian. Tutur kata dan nada pria itu lembut dan hangat, Arya tidak suka hal itu.

Bunga tersenyum menatap Yanuar. “Nyenyak, ayo kita sarapan,” ajak Bunga. Bunga melangkah lebar dengan antusias dan mengulurkan tangannya.

Yanuar meraih siku tangan kiri Bunga. Arya yang berdiri persis di belakang mereka mengatupkan bibir rapat, rahangnya mengeras. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Rasanya ia ingin sekali menghancurkan pergelangan tangan Yanuar yang menyentuh Bunga.

“Sayang.” Sekar mengalungkan tangan di leher Arya mengecup sekilas bibir pria itu.

Arya melepaskan rengkuhan tangan Sekar di lehernya, menghela gadis tersebut menyusul Yanuar dan Bunga yang sudah terlebih dahulu ke ruang makan.

Suasana ceria terjalin saat sarapan berlangsung, “Bunga, jadi kita cari furniture untuk rumahmu ? Apa tidak sebaiknya kamu tinggal dengan kami saja?” tanya Lucy. Tetap masih berusaha mencari perhatian anak gadisnya itu.

Bunga mengangguk. “Sepertinya tidak Ma, Bunga ikut dengan kalian kembali ke rumah hari ini.” Bunga berkata demikian sembari melirik Arya yang dengan tenang menyantap sarapannya tak acuh.

“Bunga harus segera pergi ke luar pulau.” Bunga sungguh enggan mengatakan dengan spesifik ke mana dirinya pergi, karena di sana ada Arya. Dalam hati kecilnya ia tahu, Arya pasti akan memantau kegiatannya. Bukan bermaksud kepedean tetapi sejak kejadian semalam dan sikap Arya tidak menutup kemungkinan pasti akan ada saatnya pria itu menguntitnya atau menyuruh orang. Bunga bukan gadis bodoh yang bisa di kendalikan laki-laki dengan mudah.

“Pergi lagi?” protes sang ayah.

Bunga meringis, “Maaf Papa, putrimu ini bukan pengangguran. Kalau jadi, Kakak Jyoti dan Mbak Almira akan kemari membahas bisnis kami di Bali,” ujarnya lagi.

“Sepertinya Kakak ingin join usaha denganmu Sayang,” ujar Jovan dan disetujui oleh Roby kakaknya yang lain.

“Sedangkan aku lebih suka menjadi ibu rumah tangga biasa saja,” ucap Sekar.

“Maaf Nona Bunga, ada Nyonya Jyoti Abundio dan Nyonya Almira Alsaki di depan,” ujar salah seorang anak buah Yanuar.

“Terima kasih Bang Yusuf,suruh tunggu sebentar ya dan pesankan minuman di dapur. Bunga segera menyusul ke depan.”

Bunga melirik semua orang yang ada di meja makan. Robert menggeleng, tampak kekecewaan di wajahnya. Lagi-lagi keinginannya untuk mencoba motor keren milik sang putri sepertinya batal.

“Papa kenapa?” tanya Bunga heran.

“Papa sebenarnya ingin meminjam motor keren mu itu. Tapi sepertinya tidak mungkin,” keluh Robert.

Bunga tersenyum, Arya yang melihatnya tercubit rasa cemburu. Senyuman Bunga seharusnya hanya miliknya, sungguh posesifnya si Arya.

“Kalau Papa mau, motor itu bisa untuk Papa kok. Lagipula Bunga akan lebih sering di luar pulau,” ujar Bunga lagi.

Wajah Robert seketika berubah ceria. Seperti anak kecil yang mendapatkan apa yang ia inginkan

“Sungguh Nak? Terima kasih ya,” ujar Robert.

"Tante Bunga, jika Tante Mimi di sini berarti Lika juga di sini ya kan?" tanya Narendra keponakannya.

Bunga menggeleng. “Anulika sedang menyiapkan berkas untuk persiapan kuliahnya di Amerika. Bagaimana denganmu? Rendra ingin melanjutkan kuliah di mana?” tanya Bunga.

“Rendra maunya sama dengan Lika, tapi Mama nggak kasih.” Rendra melirik Nita sang bunda.

Nita berdeham. “Mama sih setuju saja jika papamu juga setuju.” Nita menatap suaminya Roby.

“Akan Papa pikirkan dulu.” ucap Roby. Roby harus memikirkan masak-masak karena anak pertamanya itu pergaulannya sangat luas dan sedikit bandel.

“Untuk apa lagi dipikir-pikir biarkan saja Rendra sekolah di Amerika. Cucuku ini kan pintar,” ucap Robert.

Iya, pintar tapi bandel! kata hati Roby.

“Pa, Rendra ini ingin kuliah di Amerika karena dia suka dengan Lika. Sedangkan Lika itu ‘kan masih anak-anak bahkan usianya masih empat belas tahun mana tau rasa cinta monyet, seperti yang Rendra rasakan,” timpal Roby.

“Rendra dengan Anulika cuma beda lima tahun saja Pa. Bukan usia yang jauh, Rendra pasti akan setia menunggu Anulika sedikit lebih dewasa baru Rendra melamar,” ucap Narendra dengan penuh kepercayaan diri.

“Sekolah dan kerja dulu yang benar, baru lamar anak orang,” timpal Giovani sang adik, sembari terkekeh. Seluruh orang di meja ikut tertawa dan mengamini perkataan Giovani.

Bunga bangkit berdiri, berpamitan untuk menemui tamunya. Setelahnya mereka kembali ke kediaman keluarganya. Tak lupa motornya ikut serta dengan mereka.

“Bunga, kamu tidak lupa kan jika aku akan segera bertunangan?” ucap Sekar.

Mereka sekarang berada di dalam mobil milik Arya. Beruntung bagi Arya bisa satu mobil dengan Bunga, tadi Sekar bersikeras agar Bunga ikut dengan mobil mereka.

“Iya, aku usahakan hadir ya. Jika pekerjaanku bisa kutinggalkan.” Bunga mencari alasan. Tak sengaja matanya bersirobok dengan mata Arya melalui kaca tengah mobil. Tatapan Arya tajam, dia pasti menginginkan Bunga hadir di pertunangannya.

Bunga menghembuskan nafas berat, kemudian memalingkan wajahnya menatap keluar jendela. Lamunannya kembali ke  malam sebelumnya. Bagaimana jika aku hamil, sepertinya sekarang ini masa suburku ? Tapi sepertinya tidak mungkin karena dokter pernah mengatakan bahwa aku akan susah memiliki anak bukan. Tadi Bunga sempat dilanda kecemasan, setelah dia mengingat kembali perkataan dokter dulu akhirnya dia lega. Karena dia tahu karena kecelakaan yang dulu menyebabkan masalah pada sel telurnya.

Yora yang berada di sampingnya menggeram tangannya menenangkan. Wanita itu tau jika majikannya sedang resah saat ini.

Aku harus mencari cara menghindari Arya. Apakah aku harus keluar negeri lagi saja kalau begitu? Ya, setelah mereka bertunangan aku akan pergi.

Bab terkait

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 7

    Ponsel Bunga berdering, Yora mengulurkan ponsel pribadi milik Bunga. Bunga memeriksa id penelepon, senyum tersungging disudut bibirnya. Hatinya tergelitik menggoda Arya, apakah Arya akan merasa cemburu ataukah tidak? Padahal yang meneleponnya adalah Adyatama putra Almira dan Davka Alsaki.“Ya Sayang?” saya Bunga dengan halus.Diliriknya Arya melalui kaca tengah mobil. Raut wajah Ar

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 8

    Bunga sedang disibukkan dengan pekerjaan di kantor barunya, saat sang bunda masuk dan membawakan bekal makan siangnya.“Sayang sepertinya kamu lebih berisi sekarang. Mama senang Nak, apalagi minggu depan ada pesta pertunangan Sekar. Bagaimana jika kamu juga segera menyusul?” ujar Lucy.

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 9

    Arya semakin mengetatkan pelukannya, ia tak suka jika Bunga merasa Arya adalah milik Sekar. Sebelah tangannya yang lain sudah naik merengkuh tengkuk Bunga sembari mendongakkan wajah sang gadis kemudian melumat bibirnya, dengan ciuman dalam dan memabukkan.Bunga bisa merasakan sisa wine di lidah Arya yang masuk membelit lidahnya dan mengusap dengan lembut langit-langit mulutnya.

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 10

    Bunga akan segera pergi, ia harus mengorbankan banyak hal untuk kebahagiaan Sekar. Menjauh dari orangtuanya, keluarga besarnya. Mungkin sang bunda sudah memiliki firasat tidak enak maka tadi menelepon, tetapi Bunga bisa apa. Ia juga punya andil dalam kesalahan karena terlibat dengan Arya.Bunga dan bayinya akan pergi jauh, ya Bunga hamil. Dirinya menyadari jika ia sudah terlambat haid saat bundanya datang beberapa waktu yang lalu ke ka

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 11

    Tiga bulan telah berlalu dan Bunga masih bersikukuh tidak mau kembali sedangkan kehamilannya sudah memasuki bulan keenam.Bunga sedang menikmati teh camomile di beranda rumah kecilnya di Bali. Sudah dua bulan ia berada di Indonesia karena usaha yang dirintis olehnya tidak bisa ditinggal terlalu lama.

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 12

    “Ayo dong cepat tebak!” ujar Bayu.

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 13

    “Ah, Arya jangan,” tolak Bunga dengan nafas tersengal saat Arya sudah berhasil melucuti seluruh pakaiannya.Arya mendekatkan wajahnya menyisakan jarak sejengkal dari bibir ranum Bunga. “Jangan berhenti kan sayang? Pasti.” Setelah berkata demikian Arya bangkit dan melucuti pakaiannya.

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 14

    “Karena aku tak ingin terlibat denganmu,” ucap Bunga memberanikan diri menatap manik indah Arya.Arya menangkup wajah Bunga dengan kedua tangannya. “Demi Tuhan Bunga, kau sedang hamil anakku bagaimana mungkin kau mengingkari hadirku hah?!” Arya melumat bibir Bunga dengan ciuman yang dalam dan intens.

Bab terbaru

  • I love you, Calon Ipar   Extra Part 4

    Cempaka Akshita Atmaja tiba di bengkel besarStromderdilmilik ayahnya Jovan Adhi Atmaja. Tadi ayahnya menyuruhnya singgah ke bengkel guna mengambil vitamin ayahnya yang tertinggal di kantor sedangkan bengkel yang sudah pasti tutup jam delapan seperti ini karena bengkel sudah tutup sejak jam lima sore.Cempaka memarkirkan mobilnya persis di sebelah mobil city car berwarna merah. Kemudian melangkah membuka pintu samping menggunakan kunci cadangan miliknya.

  • I love you, Calon Ipar   Extra part 3

    Yanuar berdiri di pinggir jalan tepat di seberang restoran tempat keluarga Bunga berada. Ia sedang menunggu seseorang untuk bergabung makan malam bersama. Ia kembali teringat saat dahulu ia mengamuk di rumah sakit tempat Bunga melahirkan kemudian ia yang terpaksa di masukkan ke rumah sakit jiwa.Di bulan ketiga ia berada di rumah sakit itu. Louis menyarankan agar ia pindah ke panti rehabilitasi.

  • I love you, Calon Ipar   Extra Part 2

    “Mau apa kamu kemari?!” ketusnya suara Arya membuat si kembar merengsek mendekati bunda mereka.“Kak, sabar. Jaga emosi, anak-anak ketakutan nih,” bujuk Bunga.Arya yang tadinya sudah naik pitam, mencoba mengendalikan diri karena teringat dengan sang buah hati.

  • I love you, Calon Ipar   Extra Part 1

    Bunga dan Sekar sibuk mengurusi anak-anak mereka yang akan pentas tutup tahun ajaran, tahun ini mereka bertiga akan masuk ke Sekolah Dasar. Sekar dan putranya Helmi Jayadi tetap meneruskan di sekolah Harapan Bangsa, sedangkan kedua anak kembar Bunga akan dibawa ke Amerika. Adalah berita bahwa Yanuar akan segera keluar dari rumah sakit jiwa. “Bunda, ajak anak-anak ke dalam deh. Ayah sama Papi yang bawain kuenya,” usul Arya setelah memastikan perlengkapan pentas anak-anak tidak ada yang tertinggal di mobil.

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 21

    Di luar kamar dengan daun pintu yang sedikit terbuka, Yanuar mengintip kemesraan Bunga dengan Arya. Tangannya terkepal sampai buku tangannya memutih. Pancaran matanya yang memerah penuh amarah, sakit hati dan kecemburuan.“Bangs**! Kau Arya, segera Bunga akan menjadi milikku.”

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 20

    Bunga menangis semakin kencang bukan karena sakitnya jalan lahir yang sedang dibersihkan dokter tetapi karena ungkapan Arya, seolah pria yang sudah menjadi suaminya ini amat sangat mencintainya. Sesak sekali rasa di hatinya. Rasa nyeri saat melahirkan sudah ia lupakan.Seluruh keluarga yang bersuka cita berhamburan mengelilingi keduanya. Saat Bunga sudah dipindahkan ke dalam ruang rawat inap.

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 19

    Sekar menelepon Anton suaminya, supaya memberikan ijin untuknya ke rumah sakit menemani Bunga. Namun ternyata Anton pun tak memberikan ia ijin. Bahkan sekarang Anton yang tadi ada di kantor Arya ikut pergi ke rumah sakit. Jadi sekarang hanya tertinggal Sekar dengan para keponakannya.Suara deru mobil memasuki halaman rumah mereka. Narendra melihat keluar siapa gerangan yang datang.

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 18

    Lea mengucapkan selamat kepada pengantin. Mata Bunga bertemu dengan mata sang pria pasangan Lea.“Louis Cruz, is that you?” tanya Bunga. Rupanya dia mengenali pasangan Lea.Arya y

  • I love you, Calon Ipar   Chapter 17

    Asti mengangguk pasti. “Kalau begitu aku hubungi orangtua Bunga dulu.”“Siapa?!” seru Bunga dari dalam kamar.“Cempaka nan cantik jelita hadir!” Suara merdu si gadis cilik membahana.

DMCA.com Protection Status