Bab Satu: I’m Not Her
Selama ini impian Ashley dalam bekerja hanyalah satu, yaitu bisa dengan tenang mengerjakan jobdesk-nya tanpa harus ada side job lainnya. Datang ke kantor di pukul delapan dan pulang jam lima sore seperti layaknya pegawai yang rajin. Kalaupun ada lembur, setidaknya hanya beberapa jam saja, selebihnya dia bisa pulang dan bermanja-manja dengan bantal guling dalam rumah kontrakannya.
Namun, impian itu jelas hanya sekedar angan-angan Ashley. Karena menjadi sekretaris pribadi Noel dan merangkap sebagai tangan kanan lelaki yang dikenal sebagai The Sexiest CEO itu tidaklah mudah. Dia harus berkutat dengan pekerjaan bersamaan dengan hobi lelaki yang anti-mainstream itu.
Seperti sekarang contohnya. Dia harus tergesa-gesa berjalan menuju loby kantor dengan sepatu tinggi berwarna abu-abu yang senada dengan blazer dipakainya. Di tangannya memegang tablet putih sambil sesekali menjawab sapaan ramah dari para karyawan Big Bang.
Ugh! Dasar bos menyebalkan. Lagi-lagi aku harus mengurus ini semua! Bisa tidak dia dalam sehari saja membuatku tenang dalam bekerja? Kenapa harus aku lagi, aku lagi?
Ashley terus menggerutu dalam hati. Saat lift mulai membawanya turun ke bawah dan belum sampai semenit sudah sampai karena dia hanya turun dua lantai saja. Pintu terbuka dan dia melihat kegaduhan di loby. Sesuai seperti apa yang dibayangkan.
Seorang wanita seksi dengan riasan mewah dan lisptik merah tengah ditenangkan oleh seorang security yang bertugas sore ini. Ada satu lagi perempuan yang Ashley kenal sebagai resepsionis ikut berbicara dengan nada tenang sementara wanita berpenampilan mencolok itu terus marah-marah.
“Panggilkan saya boss kalian!” titah wanita memakai dress biru langit yang ditutupi dengan outer hitam mahal.
Resepsionis dan satpam saling pandang seolah mereka sudah kehabisan akal untuk menjawab perintah yang diulang-ulang itu. Tak ada pilihan lain bagi Ashley kecuali mempercepat langkahnya hingga sekarang berada di dekat tiga orang tersebut.
“Mohon maaf … Pimpinan perusahaan kita sedang tidak ada di tempat,” kata Ashley tak lupa dengan senyum manisnya.
Wanita itu melemparkan tatapan sinis pada Ashley. Namun, Ashley tidak ingin menundukkan wajah atau membuang arah tatapannya. Dia balas menatap perempuan yang dia ketahui namanya Marry itu. Tentu saja Ashley tahu perempuan yang mencari Noel karena dia lah yang membuat Noel terhubung dengan perempuan itu.
“Kalian bohong, kan?” tanya Marry dengan tatapan penuh curiga.
“Lebih baik anda jangan membuat keributan disini. Ini masih jam kerja dan kehadiran anda sudah mengganggu aktifitas kami,” kata Ashley dengan tegas.
“Saya kesini hanya ingin bertemu dengan lelaki pengecut itu!” bentak Marry tak segan-segan.
Ashley menelan ludah dan menahan kesabarannya. Ia terus tersenyum berkelas tanpa merasa terintimidasi sedikitpun.
“Sekali lagi saya minta maaf. Kalau anda ada keperluan dengan Pak Noel, maka anda harus mengatur jadwal terlebih dahulu,” jelas Ashley lagi dengan sabar.
“Noel?” ulang Marry.
“Benar.”
Detik berikutnya Ashley menangkap ekspresi skeptis dari raut wajah Marry. Inilah yang dia tunggu-tunggu.
“Yang saya cari namanya bukan Noel. Namanya William,” koreksi Marry dengan suara mulai rendah.
“William?” tanya Ashley pura-pura tidak mengerti. “Maaf, Bu … di kantor kita tidak ada pegawai yang bernama William dan tentu saja boss kita bernama Pak Noel Anderson,” jelas Ashley lagi.
Marry merasa sangat malu sekarang. Bagaimana bisa dia sudah salah alamat untuk marah-marah di kantor orang lain. Ia langsung menghentakkan kaki dan merapikan rambutnya dengan gelisah dan berusaha terlihat tidak malu sama sekali.
“Dasar lelaki brengsek! Dia mengaku sebagai CEO di Big Bang Group!” gerutu Marry merasa sudah dipermalukan.
Ashley hanya diam dan membiarkan Marry menikmati rasa bersalahnya.
“Ya sudah. Sorry, karena sudah mengganggu!” ketus Marry lalu membalikkan badan dan berjalan cepat menuju pintu keluar diiringi oleh satpam kantor.
Ashley menghela napas lega dan memegang dadanya. Masalah akhirnya terselesaikan.
Dasar Noel! Kesalnya dalam hati.
Saat Ashley ingin kembali menuju lift, dia melihat resepsionis muda yang menundukkan kepala dengan kedua tangan bersilang di depan.
“Lain kali kalau ada masalah seperti ini, tolong selesaikan dengan baik! Jangan sampai ada keributan lagi!” peringat Ashley dengan sangat tegas.
“Baik, Bu. Maafkan saya,” ucap resepsionis itu tanpa mengangkat wajahnya.
Ashley mengernyit sambil membaca sederet huruf di bagian name tag. Barulah dia sadar kalau gadis itu baru saja bekerja di Big Bang, wajar kalau belum cekatan.
Sambil mendengkus napas kasar, Ashley tidak menjawab dan menuju lift. Dia harus bertemu dengan Noel dan meluapkan kekesalannya pada lelaki yang selama ini selalu membebaninya dengan masalah absurd seperti ini.
*
Di ruangan CEO. Noel duduk menyandar di kursi putarnya sambil mendengarkan lagu lewat earbuds putih miliknya. Tidak ada sedikitpun di wajahnya merasa bersalah karena sudah membuat sebagian orang panik akibat ulahnya.
Pintu ruangan tiba-tiba dibuka dari luar. Noel hanya melihat lurus ke depan dan memerhatikan bagaimana Ashley yang masuk dengan wajah merah karena kesal.
“Sudah beres?” tanya Noel tanpa dosa.
Brak! Ashley meletakkan tablet di atas meja kerja Noel dengan kasar dan menatap tajam bossnya.
“Bisa tidak Pak Noel tidak ceroboh seperti itu?!” tanya Ashley dengan tegas.
Noel hanya mengedikkan bahu dan menjawab, “Aku mabuk dan tidak sadar sudah mengatakan kalau bekerja di sini.”
“Beruntung dia tahu kalau nama yang anda pakai adalah William. Bagaimana jadinya kalau dia tahu nama asli anda?” geram Ashley lagi.
“Yang penting masalah sudah selesai, kan?”
“Tidak semudah itu, Pak! Hampir saja nama baik Pak Noel hancur hanya karena hobi yang tidak ada untungnya ini”
Noel tersenyum miring. Dia tidak menyesal sedikitpun atas kejadian yang membuat keributan di loby tadi.
Kebiasaan Noel selama ini sebagai lelaki yang suka meniduri beberapa gadis yang diinginkannya benar-benar sangat buruk. Bahkan terkadang dia meminta Ashley untuk mencarikan gadis yang dia mau. Ashley tidak memiliki jalan lain kecuali menuruti permintaan bossnya karena bonus yang dia dapat sangat tinggi setiap kali selesai mengerjakan tugas rahasia dari bossnya tersebut.
“Makanya … kalau ingin semuanya aman dan baik-baik saja, seharusnya yang bermain denganku itu adalah kamu, Ash.” Noel tersenyum usil sambil menatap lekat Ashley.
Tentu saja Ashley akan mendengus dan menatap sinis Noel. Dia dengan tegas menjawab, “I’m not her, Sir.” Lalu pergi keluar dan meninggalkan Noel di ruangannya setelah membanting pintu dengan keras.
Noel hanya tertawa pelan melihat reaksi Ashley yang menggemaskan menurutnya.
***
Bab Dua: Anniversarry 5th Ashley merapikan meja kerjanya dengan terburu-buru. Dia sudah ada janji dengan Justin untuk makan malam. Lagipula setelah insiden Marry yang datang ke Big Bang dengan segala kehebohan dibuatnya, itu sudah lebih dari cukup untuk Ashley mengabdi pada Noel hari ini. Dia akan menolak lembur atau pekerjaan tambahan lainnya meskipun Noel akan mengiming-iming bonus lebih. “Sampai jumpa besok, Pak Noel,” ucap Ashley sembari membungkukkan badan ketika Noel lewat di hadapannya sambil membawa tas kerja. “Kerja bagus hari ini, Nona Ashley,” puji Noel, tak lupa dengan senyum menawannya. Ashley hanya membalas dengan ulasan senyum juga. Tak ingin membahas kembali masalah yang sudah membuatnya pusing hari ini. Noel kembali melanjutkan langkahnya dengan mantap menuju lift. Tanpa sadar Ashley mengembuskan napas panjang kemudian tersenyum karena merasa puas dengan pekerjaannya hari ini, dan bertemu dengan pacarnya bisa dikatakan sebagai
Bab Tiga: Prioritas Ashley tetap pada rencananya. Dia tidak akan meninggalkan Justin kali ini. Sudah cukup berapa kali Noel selalu menggagalkan rencananya yang ingin berkencan dengan pacarnya, sekarang tidak akan dia biarkan hal itu terjadi. Entah apa yang akan terjadi pada Pak Noel, aku tidak akan membatalkan rencana yang sudah susah payah dibuat oleh Justin … Ashley terus membatin dalam hati. Tatapan gadis itu lurus ke depan. Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Justin di samping sedang menyetir dengan tenang. “Kamu yakin tidak ingin menemuinya?” tanya Justin tiba-tiba hingga membuyarkan lamunan Ashley. “Hm?” Ashley mengerjap dan menoleh pada Justin. Baru saja dia sedikit tersentak kaget mendengar suara Justin. “Kupikir dia memang sedang urgent,” lanjut Justin tanpa mengulangi kalimat sebelumnya. “Ini bukan jam kerja. Aku tidak bisa membatalkan rencana kita begitu saja,” jujur Ashley. “Tapi, Ash … k
Bab Empat: Porsche dan Kesetiaan Ashley sudah tiba di rumah Noel. Pintu pagar yang besar itu terbuka otomatis ketika mobilnya berada di depan. Dengan menginjak gas pelan, mobil masuk lalu berhenti tepat di samping teras rumah Noel. Ia segera turun sambil menenteng tasnya dan masuk setelah pintu terbuka otomatis lagi. “Pak Noel,” panggil Ashley yang melangkahkan kaki menuju ruang kerja sang pemilik rumah. “Aku disini, Ash.” Ashley menghentikan langkah saat melihat Noel yang keluar dari kamarnya, bukan ruang kerja. Lelaki yang shirtless dan hanya memakai celana jeans panjang itu berdiri di lantai dua. Ia menatap ke bawah, melihat Ashley yang napasnya terengah karena terburu-buru. “Kupikir kamu akan mengabaikanku. Ternyata … aku tetap menjadi prioritasmu,” ucapnya dengan nada setengah mengejek. Ashley memutar bola mata dengan malas. Ia menadahkan wajahnya untuk melihat Noel di atas. “Apa saya harus kesana?” “Tunggu di san
Bab Lima: Surprise in the morning. Apa yang dikhawatirkan Ashley nanti ketika dirinya harus berpura-pura menjadi pasangan Noel di acara pernikahan sepupu bosnya itu. Apakah dia takut ketahuan? Mungkin saja. Karena sejauh ini berada di samping Noel sudah seperti memang dirinya menjadi pasangan lelaki itu meski statusnya adalah rekan kerja. Bukan hanya itu, Ashley yakin kalau ini sangat berbeda saat bekerja. Dia akan merasa canggung dan merasa kalau ini bukanlah hal yang bagus untuk dilanjutkan. Tapi, bagaimana bisa dia menolak Porsche idamannya? Dia bahkan pernah berandai-andai menjadi wanita paling keren di Big Bang ketika berangkat kerja dengan mobil hebat itu. Dia akan sengaja turun di depan pintu masuk loby dan membiarkan security untuk memarkir mobilnya atau bisa juga dia tak akan membiarkan siapapun menyentuh Lady Porsche miliknya. Hm, bahkan di saat mobil itu belum menjadi salah satu barang mewah miliknya, Ashley sudah memberikan nama
Bab Enam: Itu Bukan Selingkuh! Ashley berjalan di belakang Noel dengan langkah lunglai. Meski dirinya sudah sarapan, tetap saja yang dia butuhkan adalah kafein. Alih-alih diberikan segelas kopi, Ashley dibuatkan susu vanilla hangat dari bosnya sewaktu makan pagi tadi. Aku benar-benar mengantuk. Aku ingin tidur. Boleh tidak kalau aku tidur dua jam lagi? Ashley terus memohon dalam hatinya agar bisa tidur. Tidak mungkin dia mengatakan langsung pada Noel karena sudah jelas jawabannya adalah tidak. Permintaannya akan ditolak. “Pak, permisi,” panggil Ashley sebelum Noel masuk ke dalam ruangannya. “Ya?” Noel menjawab sembari membalikkan badannya. Ia memerhatikan wajah Ashley yang tidak segar seperti biasa. “Boleh tidak kalau saya pergi ke kafe sebelah untuk memesan kopi?” izinnya sebelum pergi keluar. Ashley takut ketika dirinya tidak ada di meja, saat itu Noel membutuhkan bantuannya. “Saya hanya butuh 15 menit saja,” janji A
Bab Tujuh: Burnt Out! Ashley melamun di kursinya. Ia terus memikirkan kata-kata sahabatnya ketika di kafe tadi. Bahkan kopi Americano miliknya saja masih tersisa setengah karena mendadak rasa kantuknya hilang akibat pusing memikirkan definisi arti dari selingkuh yang sebenarnya. Apa aku selingkuh? Apa itu benar-benar selingkuh? Kalau aku bicara pada Justin, apa ini tetap akan dinamakan selingkuh? Tapi, aku gak mungkin bilang ke dia. Dia pasti akan menolak mentah-mentah ide konyol ini. Ergh! Pusing!! "Ash? Are you okay?" tanya seseorang yang sekarang sudah berdiri di dekat meja Ashley. Ashley yang memegang kepalanya langsung terkejut dan menyengir. Ia tak menyangka kalau Noel akan melihat dirinya yang kelewat stress karena hal ini. "Pak Noel? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ashley buru-buru merapikan rambutnya. Noel menaikkan satu alisnya. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sekretaris kesayangannya. Lalu ia member
Bab Delapan: She’s Back. Di telapak tangan Ashley sekarang ada sebuah key card. Ia melangkah tenang menuju kamar yang sudah dipesan atas nama dirinya. Meski sebenarnya kamar suite yang dimasuki oleh Noel pun atas nama dirinya juga, setidaknya sekarang dia benar-benar memakai kamar yang memakai namanya ketika proses check in. “486,” gumam Ashley menatap benda putih berbentuk persegi panjang di tangannya. Ia lalu melihat ke arah pintu dengan nomor yang sama. “Here it is.” Ashley mendekatkan kartu itu dekat kenop pintu dan terdengar suara cklek! Bersamaan dengan terbukanya kunci kamar. Tanpa ragu, Ashley segera memutar kenop dan masuk ke dalam. Lampu otomatis menyala ketika sensor mendeteksi dirinya. “Hhh … tempat tidur,” ucap Ashley dengan senyum letih ketika menatap tempat tidur yang begitu rapi di dalam ruangan wangi. Tanpa berpikir panjang, ia segera melepaskan tas dan meletakkan benda-benda di tangannya di atas na
Bab Sembilan: My Fiance Ashley sudah bisa tersenyum lebar sembari menyetir mobil untuk kembali ke Big Bang. Ia merasa sudah sangat segar sekarang. Di dalam kamar hotel tadi dia bangun langsung cuci muka dan kembali touch up agar terlihat lebih fresh. Tentu saja Noel yang melihat sekretarisnya kembali lagi seperti semula hanya bisa tersenyum tanpa mengatakan apapun. “Pak, sudah makan?” tanya Ashley sambil terus menyetir dan menatap lurus ke depan. “Sudah.” “Oh. Saya belum,” lanjut Ashley dengan santai. “Boleh saya‒” “Lakukan semaumu, Ash.” Noel memotong kalimat Ashley. Tanpa menaruh curiga tentang suasana hati bosnya, Ashley mengangguk dan senang karena dia bisa membelokkan arah mobilnya menuju Mc.D dan bisa memesan via drive thru. “Big Mac, iced coffee tiramisu dan apple pie,” kata Ashley penuh semangat. Kemudian dia memajukan mobilnya lagi untuk membayar dan mengambil pesanan.
Bab Lima Belas: Impressed“Kamu dan Noel akan bertunangan?” tanya Ziva tanpa basa basi.Ashley sedikit bingung dengan konteks pertanyaan tersebut, ia melirik sepintas pada Noel yang mengedipkan kedua matanya sekali tanda dirinya harus mengangguk.“Iya, Bu. Rencananya kita akan bertunangan,” jawab Ashley.Ziva tersenyum tipis mendengar jawaban itu. “Kalian saling mencintai?”“Hah?” Tanpa sadar Ashley langsung menjawab seperti itu. Detik berikutnya ia mengatup bibirnya dengan rapat dan mulai kebingungan. Kenapa pertanyaan ini seolah diajukan dengan keseriusan. Bukankah Noel sudah mengatakan kalau ibunya sudah tahu rencana mereka yang akan berpura-pura. Kalau sudah seperti ini Ashley harus menjawab apa.“Kenapa jawabanmu seperti itu? Apa nanti kamu akan memberikan reaksi begini saat ditanya keluarga besar nanti?" singgung Ziva yang akhirnya mulai memperjelas maksud tujuannya bertanya.
Bab Empat Belas: DignitariesPagi ini Ashley sudah siap bekerja dengan side job tambahan yaitu berlatih menjadi pasangan yang manis untuk Noel. Selama ini dia melayani bosnya dengan batasan antara sekretaris dan pimpinan, sekarang ia harus mengubah itu lebih intens lagi. Entah dia siap atau tidak, setidaknya tak mungkin ada jalan untuk putar balik dan mengatakan tidak pada Noel.“Huh! Semangat, Ash!” ucapnya pada diri sendiri sambil menatap pantulan dirinya di cermin toilet khusus perempuan.Ia harus memastikan kembali penampilannya yang sudah rapi sebelum duduk di kursi kebanggaannya di Big Bang.“Semangat untuk apa?” tanya seseorang yang keluar dari salah satu bilik toilet.Ashley melihat Anna yang mulai mendekati wastafel lewat cermin besar. Setiap pagi Anna akan lebih mudah ditemukan dalam toilet karena gadis itu paling malas ketika jam kerja sudah dimulai, dia harus ke belakang hanya untuk buang air ke
Bab Tiga Belas: You Belong With Me Ashley menginjakkan kaki di teras rumahnya saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Semua rasa stress karena ulah Noel mendadak menguap begitu saja setelah dia mendapat kabar dari Justin tentang rencana hubungan mereka selanjutnya. “Ergh … capeknya!” Ashley memukul-mukul pundaknya dengan pelan. Ia kemudian membuka pintu dengan kunci yang sudah diambilnya dari dalam tas. Pintu terbuka dan membuatnya sedikit heran karena lampu ruang tamu sudah menyala. Dia coba mengingat apakah sudah mematikan lampu atau belum. Namun, dia yakin sekali kalau semua lampu sudah dia matikan. “Kenapa baru pulang?” Tiba-tiba terdengar suara dengan nada berat. Ashley terlonjak kaget, dia bahkan melompat ke belakang dan memegang dadanya, seolah jantungnya hampir saja copot. Seseorang muncul dari dalam dan menuju ruang tamu. Kedua tangannya di pinggang dengan wajah congkak. Ia bersiap untuk menginterogasi Ashley. Siapa lagi k
Bab Dua Belas: Point In Fact Noel pulang ke rumah dengan badan dan pikiran yang sangat melelahkan. Begitu letih rasanya hari ini setelah ia bertemu dengan Erika kemudian disambung dengan telponnya yang diabaikan oleh Ashley. Tentu saja dia merasakan tidak karuan. “Ergh! Kemana gadis itu?!” geram Noel sangat marah. Ia melepaskan jasnya lalu melemparkan ke sembarang arah lalu membuka kulkas mini bar untuk mengambil sebotol beer. Tanpa bicara, ia segera membuka tutup beer dan meminumnya hingga tiga kali teguk. “Ahh.” Noel menyeka bibirnya yang basah. Kemudian berjalan menuju ruang kerjanya terlebih dulu sebelum ke kamar. “Awas saja kalau ketemu. Akan kuberikan dia hukuman karena berani mengabaikan telponku!” gerutunya lagi. Noel mendorong pintu ruang kerja yang tertutup rapat. Namun, alangkah terkejutnya dia saat melihat seseorang berdiri di sana sembari membaca sebuah buku dengan posisi duduk tenang. “Mom?!” kag
Bab Sebelas: Married? “Calon tunangan katanya? Yang benar saja!” rutuk Ashley sambil mencengkeram kuat setir mobilnya. Setelah keluar dari ruangan Noel, ia tak peduli dan langsung meraih tas untuk pulang segera. Ia tak ingin tahu apa yang dibicarakan oleh dua orang di dalam ruangan CEO tersebut. Baginya, sudah cukup mendapat kejutan yang menjengkelkan seperti itu, tak perlu dia harus mendengarkan lebih jauh apalagi meminta penjelasan pada Noel. Yang dia pikirkan sekarang hanyalah ingin melampiaskan kekesalannya akibat ulah Noel. Ashley membelokkan arah mobilnya menuju rumah Justin. Dia butuh seseorang untuk menenangkannya. Saat dirinya berusaha untuk fokus, HP di atas kursi sampingnya berdering dan muncul nama Noel disana. Tanpa ragu Ashley langsung menggeser tanda merah. Ia tak ingin mendengar suara Noel sekarang. Mobil akhirnya tiba di depan sebuah rumah sederhana yang mana isinya ada tiga penghuni lelaki di kamar yang berbeda-beda. Justin tidak tin
Bab Sepuluh: Are You Kidding? Wait a second … Ashley mencerna apa maksud dari kalimat bossnya yang selama ini telah membuatnya begitu emosi. Ia mengerjapkan mata dengan mulut terbuka lalu menoleh pelan pada Noel yang tak menatapnya, melainkan menatap Erika yang begitu shock. Yang dilihat Ashley adalah wajah tampan itu tersenyum tanpa beban dan dosa saat mengatakan kalimat konyol yang bahkan sebelumnya tidak pernah mereka bahas sama sekali. Bagaimana bisa tiba-tiba saja ada pergantian status dalam hitungan detik saja dan itu belum dikonfirmasi sama sekali olehnya. Apa dia sedang bercanda? “Calon tunangan?” ulang Erika akhirnya memecah jeda sesaat. “Ya … Ashley, calon tunanganku.” Sekali lagi Noel menegaskan. Tangannya bukan hanya menggenggam tangan Ashley yang mulai dingin, melainkan merangkul pundak sekretarisnya yang mulai gemetar karena terkejut. “Bukankah dia sekretarismu?” cibir Erika yang tak mungkin bisa dibodo
Bab Sembilan: My Fiance Ashley sudah bisa tersenyum lebar sembari menyetir mobil untuk kembali ke Big Bang. Ia merasa sudah sangat segar sekarang. Di dalam kamar hotel tadi dia bangun langsung cuci muka dan kembali touch up agar terlihat lebih fresh. Tentu saja Noel yang melihat sekretarisnya kembali lagi seperti semula hanya bisa tersenyum tanpa mengatakan apapun. “Pak, sudah makan?” tanya Ashley sambil terus menyetir dan menatap lurus ke depan. “Sudah.” “Oh. Saya belum,” lanjut Ashley dengan santai. “Boleh saya‒” “Lakukan semaumu, Ash.” Noel memotong kalimat Ashley. Tanpa menaruh curiga tentang suasana hati bosnya, Ashley mengangguk dan senang karena dia bisa membelokkan arah mobilnya menuju Mc.D dan bisa memesan via drive thru. “Big Mac, iced coffee tiramisu dan apple pie,” kata Ashley penuh semangat. Kemudian dia memajukan mobilnya lagi untuk membayar dan mengambil pesanan.
Bab Delapan: She’s Back. Di telapak tangan Ashley sekarang ada sebuah key card. Ia melangkah tenang menuju kamar yang sudah dipesan atas nama dirinya. Meski sebenarnya kamar suite yang dimasuki oleh Noel pun atas nama dirinya juga, setidaknya sekarang dia benar-benar memakai kamar yang memakai namanya ketika proses check in. “486,” gumam Ashley menatap benda putih berbentuk persegi panjang di tangannya. Ia lalu melihat ke arah pintu dengan nomor yang sama. “Here it is.” Ashley mendekatkan kartu itu dekat kenop pintu dan terdengar suara cklek! Bersamaan dengan terbukanya kunci kamar. Tanpa ragu, Ashley segera memutar kenop dan masuk ke dalam. Lampu otomatis menyala ketika sensor mendeteksi dirinya. “Hhh … tempat tidur,” ucap Ashley dengan senyum letih ketika menatap tempat tidur yang begitu rapi di dalam ruangan wangi. Tanpa berpikir panjang, ia segera melepaskan tas dan meletakkan benda-benda di tangannya di atas na
Bab Tujuh: Burnt Out! Ashley melamun di kursinya. Ia terus memikirkan kata-kata sahabatnya ketika di kafe tadi. Bahkan kopi Americano miliknya saja masih tersisa setengah karena mendadak rasa kantuknya hilang akibat pusing memikirkan definisi arti dari selingkuh yang sebenarnya. Apa aku selingkuh? Apa itu benar-benar selingkuh? Kalau aku bicara pada Justin, apa ini tetap akan dinamakan selingkuh? Tapi, aku gak mungkin bilang ke dia. Dia pasti akan menolak mentah-mentah ide konyol ini. Ergh! Pusing!! "Ash? Are you okay?" tanya seseorang yang sekarang sudah berdiri di dekat meja Ashley. Ashley yang memegang kepalanya langsung terkejut dan menyengir. Ia tak menyangka kalau Noel akan melihat dirinya yang kelewat stress karena hal ini. "Pak Noel? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ashley buru-buru merapikan rambutnya. Noel menaikkan satu alisnya. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sekretaris kesayangannya. Lalu ia member