Prak....
"Arghhhh...hikss...gue benci takdir".
Terdengar suara pecahan kaca dari sebuah kamar dan ringisan dari seorang gadis , membuat para pembantu kewalahan menenagkan gadis itu.
"Non..luna sadar mbak ada disini".ucap salah satu pembantu yang berkerja untuk mengasuh luna,Ya gadis itu bernama Luna anindira putri.
"Pergii kalian,gue muak tinggal disini biarkan gue pergiiii..hikss gue lelah dengan semuanya,gue mau bebas ,gue mau bahagia,hidup nya gue dirumah ini hanya buat gue makin derita,apa salah gue hah?
Salah kalau gue lahir kedunia?Arghhh.....hikss".Suara tangisan Luna makin jadi dengan tanggan terluka akibat pecahan beling kaca yang ia lempar mengenai sedikit bagian tanggan nya.
Selain itu para pembantu hanya bisa diam pasrah mereka tidak bisa berbuat apa apa karna mereka hanya dibayar untuk mengasuh Luna saja.Tak lama terdengar suara langkah kaki menuju kamar Luna. Terlihat sosok seorang pemuda tampan , kulit sawo matang berjalan menuju ke arah Luna dan ternyata itu adalah Galang . Galang lelaki yang selalu bisa menenagkan Luna jika ia bersedih.
"Unaa..jangan sedih galang ada disini".ucap pria itu yang bernama galang ia berusaha menenagkan Luna dan mulai memeluk nya secara perlahan.
"Lang..una takut una gamau ada disini,hikss please lang bawa una pergi , una janji gabakal nyusahin lang lagi una janji juga gabakal bikin lang khawatir dan una juga janji ga bakal nangis lagi, yah lang bawa una pergi".
Luna memohon kepada galang untuk membawa nya pergi dari rumah ini,
Dengan tatapan sayu disisi lain air mata terus mengalir dipipi Luna,tanggan nya yang sudah bergetar sungguh miris.Galang hanya bisa diam tanpa berkata banyak ia pun tidak tahu apa jadinya jika ia membawa Luna pergi dari rumah ini,disisi lain ia juga tidak ingin melihat Luna terus terusan begini.
Tangisan luna mulai melunak secara perlahan lahan galang sedari dari tadi mengusap ngusap bahu luna agar ia bisa diam dan lebih tenang.
Selain itu ia juga tidak merespon permintaan dari luna."Lang..lang denger una kan".
"Iya una lang denger kok , tapi sekarang una harus minum obat dulu yah habis itu kita pergi dari sini".
Luna menganguk menuruti semua perkataan galang.ia pun mengambil obat yang di berikan pembantu dan meminum nya , Tak lama luna tiba tiba merasa pusing dan semua pandangan buyar kabur dan ia pun pingsan seketika, melihat itu galang mengangkat tubuh Luna ke atas ranjang nya .
"Unaa maafin Galang yah untuk sekian kali nya Galang gabisa bawa una pergi dari sini,Galang yakin suatu saat nanti una pasti bisa bahagia".
Galang beserta para pembantu keluar secara perlahan lahan meninggalkan Luna sendirian dikamar agar ia bisa istirahat.Disaat Galang menuruni tangga ia mendengar Pak Bram papa nya Luna berbicara dengan seseorang ditelepon.Galang pun berhenti melangkahkan kaki nya dan mendengarkan apa yang pak Bram katakan.
"Saya gamau tau , Lala putri saya harus segera ditangani khusus, saya mau putri saya sembuh dok,secepatnya saya akan membawa Luna untuk mendonorkan darah nya untuk Lala". Ucap papa Bram dengan raut wajah khawatir dan cemas akan putri nya Lala.
Setelah mendapat jawaban dari dokter papa bram langsung matikan hp nya dan pergi terburu buru menaiki tangga atas menuju arah kamar Luna.
"Galang, sejak kapan kamu ada disini?
Kamu pasti mendengar pembicaraan om tadi kan"."Oh tidak om , galang tidak mendengar apapun ohiya om galang mau jenguk Lala dirumah sakit dulu, galang pamit yah om". Galang sengaja pura pura tidak mendengar nya padahal ia mendengar dengan jelas jika Luna akan dipaksa untuk mendonorkan darah nya untuk Lala saudara tiri Luna.
"Yasudah jaga Lala bentar lagi om bakal kesana".
Galang pamit keluar menuju ke arah rumah sakit untuk menemani Lala.
Sementara itu Papa Bram mendobrak kamar Luna dan membangunkan Luna dengan suara lantang."Heii bangun kamu,sekarang kamu ikut saya". Ucap papa Bram dengan nada memerintah.Tapi Luna tidak bangun Juga , Papa bram sangat kesal dan mengambil segelas air di atas meja dan menyiramkan nya ke arah wajah Luna.sontak saja Luna langsung terkejut dan terbangun.
"Pa_pa kenapa nyiram Luna, Luna ada salah ya pah,maafin Luna pah". Tanya luna dengan badan yang bergemetar dan baju yah basah akibat tumpahan air tadi.
"Kamu ikut saya kerumah sakit, ingat kamu tuh udah saya urus dari kecil jadi jangan ngebantah,kamu harus donorin darah kamu buat Lala, paham kamu".
"Luna gamau pah,Luna takut disuntik sama dokter,jangan yah pah ,please pah Luna takut, hiks...".
Seketika Luna melemah mendengar itu karna ia sangat phobia terhadap jarum suntik,selain itu Luna dalam kondisi lemah saat ini,ia juga tersiksa batin karna di perlakukan tidak adil antara kasih sayang ia dan saudara nya Lala. Disisi lain Mama Nawa sedang menemani Lala di rumah sakit.Mama Nawa adalah ibu kandung Luna tapi mama Nawa lebih berpihak Terhadap Lala.
Lalu papa Bram menarik tanggan Luna dan membawa nya menuju kerumah sakit. Diperjalanan Luna terus saja menangis , sementara itu papa Bram tidak memperdulikan tanggisan Luna.
Sesampainya di rumah sakit Luna masih dalam kondisi menangis ,
Ia juga melihat galang duduk disamping Lala sambil mengusap- usapkan tanggan nya ke Lala.Entah kenapa melihat itu membuat Luna merasa iri, Lala di kelilingi oleh orang- orang yang sangat menyayangi nya sementara Luna ia hanya bisa meratapi nasib nya yang miris.
Luna sekarang berada diruang tunggu sambil menunggu Papa bram yang sedang berbincang bersama dokter nya Lala.Air mata Luna jatuh ketika ia mengingat bahwa papa nya lebih sayang sama Lala ketimbang dirinya.Disaat Luna menangis tanpa sadari ada anak kecil berusia 6 tahun mengampiri nya dan duduk tepat disebelah nya."Kaka cantik kenapa nangis?tanya anak kecil itu kepada Luna. Luna yang terkejut langsung menolehkan pandangan nya ternyata anak lelaki yang memakai baju pasien serta mata nya yang sayu , dan bibir yang pucat."Ohh engga kok , kaka engga nangis, ohiya kamu sendiri kok bisa ada disini."Raka bosen kak, tiap hari harus berada dalam kamar , Raka pengen nghirup udara Segar makanya Raka jalan - jalan kesini.""Ohh nama kamu Raka, kenalin nama kaka Luna tapi panggil kak una juga boleh."Anak kecil itu tersenyum melihat Luna ia pun menjulurkan tanggan nya sebagai salam perkenalan."Raka , kalo kaka boleh tau Raka sakit apa.""Ka
Dua hari kemudian..."Pagi semuaa." Sapa Lala dengan riang kepada Papa , dan mama nya. Lala sudah mulai membaik bahkan hari ini ia sudah diperbolehkan untuk kesekolah. Lala sarapan bersama Papa dan mama nya berbeda dengan Luna ia sudah pergi pagi- pagi sekali ke sekolah menggunakan busway. Bahkan Luna pergi tidak ada yang peduli satu pun kepadanya.Sementara itu Galang datang menggunakan mobil nya untuk menjemput Lala.Lala mendengar suara mobil dari arah Luar , ia pun lansung menuju arah pintu untuk bertemu Galang."Pa ,Ma Lala pergi dulu yah Galang udah jemput.""Iya hati- hati ya La , nih mama bikin kamu bekal biar ga jajan sembarangan disana."Lala tersenyum dan mencium pipi Papa dan mama nya sebelum berangkat. Lalu mereka pun berangkat ke sekolah.Disisi lain Luna sekarang berada diperpustakaan untuk menenagkan pikiran
"Oh ternyata Lo murid baru pindahan dari bandung.""Iya gue ke sini karna ada urusan gitu makanya gue sekalian pindah sekolah, Ya baru dua hari lah gue sekolah disini."Penasaran Luna terbayarkan ternyata Arga adalah murid baru disekolahnya.Selain itu wajar saja ia tidak tau karna dua hari yang lalu ia tidak masuk sekolah dikarnakan harus mendonorkan darah untuk Lala."Ohiya gue ke kelas dulu , kalo lo mau nyari gue tinggal ke kelas 11 MIPA 1.""Kek nya gue gabakalan deh nyari lo jadi gausah kepedean.""Yakin , oke kita liat aja nanti dah gue pergi dulu."Arga pergi menuju ke kelas nya , sementara itu Luna juga pergi menuju ke kelas nya. Setibanya di kelas ia melihat Galang dan Lala yang sedang duduk bersama teman- teman lain sesekali mereka bercanda dan tertawa bersama."Ehh La , kok lo ga malu sih punya saudara kek Luna, yang te
Luna sudah bersiap- siap dengan menggunakan pakaian yang berwarna hitam. Ia menuruni tangga tanpa sengaja ia berpapasan dengan Galang ."Loh lun, kamu mau kemana?"Iya lang, aku mau ikutan yasinan dirumah Raka.""Bentar deh Raka itu siapa?"Raka itu anak kecil yang ga sengaja aku ketemu di rumah sakit , padahal kami ada janji jika dia sembuh aku akan ngajak dia makan eskrim tetapi tepat tadi pagi dia sudah meninggal dan sekarang aku mau ikut yasinan.""Aku ikut deh, biar kita barengan.""Bukan nya kamu ada janjian sama Lala, aku bisa pergi sendiri kok lagian Arga udah ada di depan.""Arga? anak baru di IPA kan.""Iya , kamu tau ya Lang.""Aku tadi pagi engga sengaja ngeliat kalian makan bareng di kantin, pake acara ketawa- ketawa lagi." Ucap Galang dengan mengalihkan pandangan nya ke arah lain , agar Ia tidak ketahuan cemburu ."Yaudah deh Lang ,aku pergi dulu yah kasian Arga nunggu lama.""Eitss ..kamu sam
Ceklek...Pintu kamar Luna terbuka , bi mirna melihat Luna yang masih dalam keadaan tertidur. Bibi merasa tidak enak membangunkan Luna , selain itu Bi Mirna juga merasa iba kepada non nya itu.Sekarang sudah pukul 07.00 . Mau tidak mau Bi Mirna membangungkan Luna , takut jika Luna telat ke sekolah.Dengan perlahan Bi Mirna memanggil Luna untuk bangun."Non Luna, bangun Non sudah pagi nanti Non telat lagi.""Euhghhh."Luna membuka matanya secara perlahan , terlihat matahari sudah memancarkan cahaya nya yang menembus sela- sela jendela Luna.Luna pun bangun dari tidurnya, tak sengaja Bibi melihat tanggan kanan Luna yang memar , sontak saja itu membuat Bi Mirna khawatir.Karna ia pasti tau ini hukuman dari Papa Bram, akibat ulah nya yang mengadu ke Lala jika Galang jalan bersama Luna. Itu membuat hati Bi Mirna merasa bersalah sama Luna."Non maafin bibi yah non, ini semua karna bibi yang bilang ko non Lala , jika den Gala
Kring...kring...Bel berbunyi menandakan sudah waktu nya istirahat . Luna terkejut ketika keluar dari kelas ia melihat Arga sudah stand by tepat di samping kelas nya. Arga mengampiri Luna lalu memengang tanggan nya ."Kamu laper kan? Ayok makan."Belum sempat Luna berkata- kata ia sudah terlebih dahulu di tarik oleh Arga. Sesampainya di kantin Arga dan Luna menjadi sorotan siswa- siswi lain.Luna sama Arga anak baru itu mereka jadian.Wahh gabisa nih Arga cakep kok mau sama Luna , iya sih cantik tapi cakepan gue.Sok kecakepan banget Luna , galang di tinggalin ehh malah Arga yang di pepet terus, ga tau malu.Begitulah cacian mereka terhadap Luna, sadari dari tadi Luna hanya bisa menuntup telinga nya dari cacian mereka. Arga yang menyadari itu membawa Luna pindah dari kantin menuju perpustakaan. Sesampainya di perpustakaan , Arga mengajak Luna duduk di tempat pertama kali mereka bertemu."Ga lepasin!"Kamu ga usah pikirin
Waktu semakin larut malam , Luna memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia tidak memiliki tempat nginap lain selain rumah nya , Lagian pula mungkin acara party Lala sudah berakhir. Sesampainya di depan rumah , Luna masuk melewati pintu belakang . Dengan diam- diam dia masuk agar tidak ketahuan . Rupanya party Lala masih belum selesai , bahkan masih terdengar suara mereka yang asik tertawa. Luna mengendap- ngendap masuk ke dalam kamar ia pun menutup pintu dengan perlahan- lahan. Sedikit Rasa lega ia masuk ke rumah tanpa ada yang tau setidaknya dia tidak bikin Lala malu.Luna meletakkan tas nya ke atas meja rias nya , ketika itu tiba- tiba saja Luna terkejut karna tanpa ia sadari ada seseorang di dalam kamar nya."Masuk seperti maling segitu takut nya kalo sampai ketahuan sama yang lain.""Ga...lang ngapain Lo di sini?"Ck ..bahkan raut wajah Lo bisa ketebak ,
Dengan ngos- ngosan Luna berlari dari Arga , pas pula di samping Luna ada sebuah kursi , tanpa basa basi ia langsung duduk di kursi itu."Hosh...hoshh , lo kenceng amat si Lun lari capek gue ngejernya.""Ya lagian sih Lo , gue ga ada nyuruh Lo lari ngejer gue.""Lo makin lama makin nyebelin deh Lun , gue karungin juga lo lama- lama.""Udah deh jangan kebanyakan bicit , Makan yuk gue laper tapi lo yang bayarin , gue ga punya duit.""Yaudah ayok , Lo mau makan apa?"Heumm ... nah itu aja kita makan bubur."Pas tidak jauh dari mereka ada mamang jual bubur , karna Luna sudah laper banget mereka pun memesan dua mangkok bubur ayam.Keringat wajah Luna mulai bercucuran , Ketika ia ingin mengelap wajah nya itu tapi sudah kedahuluan oleh Arga."Makanya , lari jangan cepet - cepet kan jadi nya keringetan.""Kan jogging ya harus keringetan dong , yakali cuman jalan doang biar engga keringetan.""Harusnya tuh kita lari k
"Ga? aku mau nanya, Luna itu siapa ?""Kamu kenapa nanya kek gitu."Raisa mengacuhkan bahu nya "Entahlah , firasat aku bilang kalo dia itu berarti banget buat kamu!"Arga mendekatkan dirinya dengan Raisa " Dia hanya gadis sederhana , penuh derita dan luka . Dia kesepian , banyak kegelapan yang hadir menutupi warna dalam hidup nya .""Lantas apa karna itu kamu mencari dia?"Arga mengeleng" Tidak , aku mencarinya karena dia hanya butuh seseorang untuk mengobati luka itu , dan aku ingin jadi seseorang yang bisa membuat dia bahagia."Raisa berdecak "Ck, jika aku seperti dia maka lebih baik aku milih mati. Dari pada harus hidup hanya untuk menjadi beban."Arga mengusap rambut Raisa dengan lembut " Tidak ada seseorang yang ingin di anggap sebagai beban."Raisa terdiam mendengar perkataan dari Arga , sementara itu Andre kini mendadak spot jantung . Karen
"Lu-na?" Jujur Galang tidak suka melihat Luna memegang tanggan nya Aldo ."Lang , kita kesana aja yuk! biar ini urusan papa." Lala menarik Galang untuk berpindah tempat , tapi Galang melepaskan tanggan Lala dari dirinya."Kamu aja yang kesana! aku mau di sini ."Lala mendengus sebal , ia menatap Luna dengan tatapan sinis . Sementara itu Aldo pamit ke Dimas , padahal ia ingin berlama-lama di sini tapi keadaan lagi tidak memungkinkan jadi terpaksa ia harus pamit duluan , satu sisi ia ingin menjaga Luna dari orang-orang jahat seperti mereka ."Sorry semua tampak nya kita berdua tidak bisa berlama-lama di sini , btw Mas gue pulang dulu sekali lagi selamat yah buat lo dan istri lo ." Aldo menarik Luna dari sana , melihat Luna hendak pergi Galang berlari menyusul Luna ."Luna tunggu!"Luna menghentikan langkah nya , ia berbalik arah . Ia melepaskan gengaman nya dari Aldo , dan berjala
"Wah kamu cantik banget Lun?" Aldo terpesona dengan kecantikan Luna . Bahkan matanya susah ingin melepaskan pemandangan indah itu .Make up Luna yang sederhana , membuat nya semakin ber aura berbeda dari wanita lain.Luna tampak canggung di tatap terus menerus oleh Aldo " ke-napa ada yang salah dari tadi di lihatin mulu." Aldo mengganguk " Ada yang salah karena kamu terlalu cantik hingga saya tidak bisa mengalihkan pandangan mata saya dari kamu!"Luna tersipu malu , Aldo sepertinya raja ngegombal buktinya saja ia membuat Luna menahan malu karena pipinya kini sudah merah merona ."Yuk kita berangkat." Aldo membuka kan pintu mobil untuk Luna . Di saat Luna hendak memasang sabuk pengaman tiba-tiba saja macet . Aldo yang melihat Luna kesusahan , dengan sigap ia membantu nya bahkan jarak mereka berdua begitu dekat ."Santai saja gausah kaku begitu."Ya ampun , hampir aja gue kena spot jantung gara-gara di Aldo nih gue jadinya kaku seper
Tanggan Luna kini sudah beranjak sembuh , bahkan bekas lukanya sudah tidak ada lagi . Ini semua berkat Aldo yang telaten membantu Luna ketika tanggan nya itu sakit .Hari ini Luna mulai bekerja sebagai model , dari pagi sekali ia sudah bersiap-siap agar tidak telat . Sejujurnya bisa di bilang Luna masih malu dengan apa yang terjadi kemarin , tapi ya sudahlah itu semua terjadi begitu saja apa boleh buat bukan?Sebelum pemotretan di mulai Luna terlebih dahulu berganti pakaian yang sudah di tentukan . Luna tampak begitu cantik , dan anggun . Aldo yang dari tadi terdiam , ia pangling melihat kecantikan Luna .Luna di arahkan untuk beberapa pose pemotretan , padahal ini baru pertama bagi Luna tapi ia tidak tampak begitu kesulitan . Semua arahan dari Aldo dapat di pahami Luna dengan baik .Luna begitu menawan saat pemotretan , bahkan Aldo salut kepadanya karena ia sudah seperti berpengalaman di bidang modeling .
"Luna , tolong buka pintunya." Sudah hampir setengah jam Aldo memencet bel apartemen tapi Luna tak kunjung juga membuka kan pintu.Tadinya ia berniat untuk menemani Luna tapi karena gadis itu menolak permintaan dari dirinya , dengan terpaksa ia berpura-pura pergi . Sebenarnya dia dari tadi berada di dalam mobil karena khawatiran nya semakin menjadi ia nekat menemui Luna.Hati Aldo semakin gelisah , ia baru saja mengingat kode apartemen yang dia gunakan . Dan benar pintu nya terbuka.Aldo melangkahkan kaki nya menuju arah kamar , tidak terlihat ada Luna tapi ia terkejut dengan adanya tetesan darah . Ia terus mengikuti arah tetesan darah itu , sontak saja Aldo menjadi terkejut melihat keadaan Luna."Luna."Gadis itu membuka matanya " kamu.""Bertahan lah , saya akan membawa kamu ke rumah sakit."Ketika Aldo hendak mengangkat tubuh nya tapi di cegat oleh Luna."Tidak usah!""Ta-pi kan tanggan kamu-""Biarkan saja , a
Luna yang tadinya ingin membeli kartu tapi tidak jadi karena kejadian barusan. Ia sekarang duduk di dalam apartemen nya , sedangkan Aldo tadi ingin menemani Luna tapi Luna tidak ingin di bilang macam-macam jadi ia meminta Aldo pulang terlebih dahulu."Hiks__kamu tega banget sih Lang , kenapa kamu bilang aku jalang." Luna masih syok dengan apa yang di katakan Galang ."Aku pikir kamu orang yang bisa paling mengerti aku Lang , ternyata aku salah."Prak!Luna menjatuhkan sebuah pot bungga , lalu ia mengambil pecahan kaca , sedikit demi sedikit ia menyayat tubuh nya . Sebenarnya bukan untuk pertama kali Luna seperti ini , sudah beberapa kali . Bukan Luna namanya jika tidak bisa menyembunyikan hal apapun agar tidak ketahuan.Goresan demi goresan ia mulai mengukir di tanggan nya , sakit itu tidak sepadan dengan apa yang di katakan Galang . Lelaki yang ia cintai , yang ia percaya just
Kini Luna sudah berada di dalam apartemen yang di berikan Aldo . Di saat Luna memasuki apartemen ini , ia tampak begitu terkejut , karena isi di dalam nya begitu mewah dan arogan . Terlebih lagi , meskipun apartemen ini jarang di tempati oleh Aldo tapi masih terlihat bersih.Luna meletakkan tas nya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya ."Akhirnya setelah sekian lama gue mandi juga." Luna membuka lemari , isi di dalam nya begitu lengkap semua pakaian yang berbaur wanita , bahkan hal terpenting wanita pun ada di dalam lemari."Bagaimana bisa semua pakaian wanita ada di sini , apa Aldo sering mengajak para wanita tidur di sini?"Gumam Luna di dalam hati nya.Drttt....drttt...Tiba-tiba saja ponsel Luna berbunyi , ia pun mengambil dari dalam tas nya."Hallo.""Anu- saya menelfon kamu karena jangan berpikir yang aneh-
"Lang , tunggu!""Kenapa lo?""Di mana Luna?""Gue gatau dia di mana."Arga lagi-lagi harus menghela nafas berat , ia pikir dengan menyusul Galang ke kantin ia bakalan tahu Luna dimana , tapi nyatanya tidak."Yaudah makasih." Galang pergi meninggalkan Arga , sementara itu si Arga memilih untuk duduk dan berfikir bagaimana cara ia bisa menemukan Luna. Meskipun sudah di bantu oleh Andre tapi Arga belum cukup puas , ia ingin Luna segera di temukan , ia rindu dengan gadis cantik itu."Ga , ngapain lo bengong di sini." Arga kaget , karena Bima datang tiba-tiba hingga mengejutkan dirinya."Gue , mikirin Luna ." Bima tahu jika Arga kini sangat mencintai Luna , ia bahkan berusaha keras untuk bisa menemukan Luna.Bima menepuk bahu Arga"Gue yakin bentar lagi Luna bakalan ketemu."Arga melirik ke arah Bima" Semoga saja."********
"Mbak_bangun mbak , ga baik perempuan tidur di sini!""Enghh___ " Luna membuka matanya , sekaligus menstabilkan pandangan nya . Ia mengucek- ngucek mata nya hingga melihat sosok bapak- bapak yang memanggil nama nya dari tadi."Eh iya pak!""Ngapain kamu tidur di sini , rumah kamu di mana?" Luna sedikit bungkam , ia tidak mungkin mejelaskan kepada bapak itu kalau dia di usir dari rumah."Oh__itu- pak rumah saya di persimpangan sana , tadinya saya mau pulang tapi karena kecapean jadi saya tertidur di sini deh__ hehehe."Bapak itu mengelengkan kepala nya" lain kali jangan tidur di sini lagi , entar ada orang jahat gimana."Luna mengangguk , mendengarkan baik - baik saran dari bapak itu."Iya pak , makasih .""Sama - sama , saya pamit dulu ya." Bapak itu pergi meninggalkan Luna.Sementara itu Luna mencari toilet umum , untuk membersihkan penampilan