Ada beberapa hal yang membuat Marcia tidak pernah mengunjungi makam kedua orang tuanya. Selain karena saat itu usianya masih sangat belia, Marcia juga mengalami hilang ingatan partial. Setelah sadar dari koma, Marcia hanya ingat kejadian sebelum kecelakaan yang menewaskan ibunya dan membuatnya kehilangan ingatannya itu.Ya. Ingatannya mulai kembali sejak malam itu. Malam saat Marcia mengetahui dirinya tengah memgandung, sesaat sebelum berangkat ke Annecy.Mimpi itu menghantamnya dengan sangat jelas. Satu persatu ingatannya perlahan kembali dengan pesat. Seakan ada suatu pemicu yang mengembalikan seluruh memorynya.Ya hari itu... FlashbackMusim Panas di Tokyo,Sebelum menikah, Misato pernah bekerja di kantor pemerintahan Jepang.Dia memiliki keahlian di bidang IT. Di usia yang masih terhitung muda, Misato sudah mengepalai sektor IT di kantornya.Di musim panas tahun itu, Misato dan Andrew bertemu pertama kali ketika tidak sengaja Andrew menabrak Misato saat mereka selesai makan s
“Apa yang terjadi Yah?” Killian berjalan mendekati kedua orang tuanya dan bertanya kepada ayahnya yang berdiri di samping ibunya.“Misato meninggal” Lirih ayahnya.Killian terkesiap. Matanya langsung menatap ke arah gadis kecil yang masih belum sadarkan diri.Gadis kecil yang di seluruh tubuhnya terpasang selang dan jarum untuk menopang hidupnya.Tubuh kecil itu berusaha bertahan dari ambang kematian yang nyaris merenggut nyawanya. Bunyi detak jantung yang stabil masih terdengar di monitor di sebelah brangkar gadis cilik itu.Grafik yang menggambarkan detak jantung dan nadi terus berkedip stabil dengan bunyi yang teratur. Menandakan Marcia masih hidup.Tidak di sangkanya Marcia akan mengalami kejadian menyedihkan ini di usianya yang masih sangat muda.“Mobilnya menabrak pembatas jalan” Lanjut sang ayah.“Sepertinya Misato melindungi Marcia. Mereka menemukan Misato yang memeluk erat Marcia yang tidak sadarkan diri. Sedangkan Misato sendiri langsung meninggal ditempat.” Air mata menete
Setelah mengunjungi makam Andrew dan Misato dua hari lalu, Killian mengajak Marcia pulang ke rumah yang sudah di siapkannya untuk istrinya.Saat sampai di sebuah rumah yang terletak di dalam komplek perumahan elite di daerah Kemang, Marcia kebingungan.Mobil Killian memasuki gerbang tinggi itu dan memarkirkan kendaraannya di halaman rumah yang bisa menampung lima mobil.“Ini rumah siapa Kak?”Killian tidak menjawab, melainkan langsung melepas seatbelt nya dan membuka pintu mobil, berjalan mengitari kepala mobil untuk membukakan pintu mobil untuk sang istri yang masih kebingungan.“Ini rumah kita Darl” Jawab Killian sambil mengamit tangan Marcia dan menuntunnya berjalan ke pintu depan.Marcia menatap takjub dengan interior rumah itu. Bergaya modern minimalis dengan warna putih dan abu-abu mendominasi.Ruang tengah dengan ruang makan dan dapur memiliki konsep terbuka dan dapat saling melihat karena tanpa sekat.Dari ruang tengah dapat melihat dapur dan meja makan. Juga ada pintu geser
Setelah mandi bersama yang benar-benar mandi, istrinya menolak keras berendam plus-plus dengannya karena sudah kelelahan.Apa boleh buat, lebih baik Killian turuti dari pada sang istri ngambek dan berimbas pada jatah malamnya.Akhirnya mereka pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang.Killian ingin belajar memasak katanya."Sekali-sekali aku mau manjain kamu Darling" Mengedipkan matanya menggoda sambil memakai apron pink bermotif piglet si babi imut salah satu teman Winnie si Pooh.Marcia tersipu. Wajahnya merona malu. Apalagi sang suami terlihat makin tampan saat memakai apron.Gegas Marcia berbalik membelakangi Killian pura-pura menyibukkan diri dengan membuka pintu kulkas yang ada di belakangnya.Killian terkekeh melihat istrinya malu-malu."Kak Lian kapan masuk kantor lagi? " Tanya Marcia mencari bahan pembicaraan sangking gugupnya.Kentang terakhir yang sedang di pot
Sisa dua hari cuti di manfaatkan Killian dengan maksimal. Killian dan Marcia menjalani hari-hari sebagai pengantin baru yang bahagia di rumah baru mereka. Mereka berusaha saling mengerti dengan keinginan pasangannya dan kalau ada perbedaan pendapat, maka Killian akan mengajak istrinya berunding dan bertukar pikiran. Meskipun usia mereka terpaut 15 tahun, tetapi Marcia mampu mengimbangi kedewasaan Killian begitu pula sebaliknya dengan Killian. *** Kehamilan Marcia yang sudah masuk trimester kedua tidak mengalami kendala yang berarti. Marcia sejak awal kehamilan tidak mengalami ngidam ataupun pusing dan mual yang berat yang sampai mengganggu aktifitasnya. Hanya mual dan muntah ringan saja di dua minggu awal kehamilannya. Setelah itu, sang janin sepertinya sudah tau dan sangat pengertian dengan tidak membuat calon mamanya kerepotan. Marcia sedang mengulas lipstick tipis-tipis di depan kaca, kemudian mengusap gaun biru yang di kenakannya. Baby bumpnya sudah mulai terlih
'Hm, ini folder apa ya. Kok lain sendiri' Lucy mulai bertanya-tanya dalam hati ketika wanita itu menjelajah folder-folder laptop milik kekasihnya setelah urusannya selesai. Di bukanya folder itu yang seketika membuat Lucy sangat terkejut. "I-ini... " Lucy sungguh terkejut dengan kenyataan yang di ketahuinya secara tidak sengaja ini. Karena tidak mempercayai yang di lihatnya, Lucy membaca lagi dan memeriksa foto-foto seluruh dokumen di folder itu. “Ternyata aku tidak salah lihat” Lucy bergumam kecil. Gegas segera di simpannya file tersebut di ponselnya yang sudah menyala. “Untung aku bawa kabel.” Dengan tersenyum devil, di coloknya kabel USB itu dengan laptop yang ada dimeja. Keluar dari ruang kerja itu, Lucy kembali ke kamar sang pemilik rumah di lantai dua. Di lihatnya pria itu yang masih tertidur pulas setelah mendapatkan kepuasannya. Lucy tersenyum devil menatap pria itu. ”Nikmati dulu ketenanganmu sekarang sayang, sebentar lagi kita akan bermain” gumam wanita itu pela
-Flashback on- Beberapa bulan sebelumnya... Hinggar binggar musik berdentum memenuhi pendengaran Keenan yang sedang duduk di area bar meminum vodka pesanannya. Banyak pasangan sedang berdansa dengan enerjik di lantai dansa meliukkan tubuh mengikuti irama lagu yang menghentak membakar lantai dansa. "Satu lagi please" "Yakin? Kamu sudah minum banyak Nan" Tegur Juki sang bartender yang juga merupakan teman Keenan. "Ah berisik” Keenan menghiraukan peringatan sang bartender dan langsung mengambil botol vodka dari tangan Juki. "Heiii dude" Sang bartender kaget botol vodka di tangannya sudah berpindah tempat. Juki geleng-geleng kepala melihat langganannya ini minum-minum seperti orang kesetanan. "Okay, aku tidak akan melarangmu lagi. Kalau kamu mabuk dan pingsan itu bukan urusanku lagi man" Juki si bartender mengangkat kedua tangannya dengan sikap menyerah. Juki bekerja di club malam yang sering di datangi Keenan sejak pria itu di putuskan Marcia. Dia bekerja sebagai bartende
Killian tersadar di sofa ruang tamu di rumahnya. Pakaiannya masih sama seperti saat dia meeting dengan rekan bisnisnya di restoran hotel kemarin. Meskipun sudah acak-acakan. Masih merasa pusing, Killian perlahan bangun dan melihat sekeliling mencari istrinya. Saat di rasakannya tubuhnya sudah menyesuaikan diri, Killian bangkit dari sofa dan berjalan keliling seluruh rumah mencari Marcia. "Darling! Kamu dimana?! " Killian memanggil-manggil Marcia. Saat masuk ke kamar utama, di lihatnya ponsel Marcia tergeletak di atas nakas dalam keadaan tanpa daya. Killian bergegas memgambil ponsel itu dan menyalakannya.Begitu ponsel itu menyala, Killian mengecek applikasi pesan dan mengecek pesan terakhir istrinya. Di lihatnya pesannya masuk pukul dua siang setelah meeting dan sudah di baca sang istri.Dan terdapat pesan balasan Marcia kalau dirinya ingin jalan-jalan ke mall tapi masih belum di baca oleh Killian. Karena ulah seseorang yang ingin mencelakainya.Killian ingat, saat itu dia mera
Killian mendekatkan tubuh mereka dan mencium bibir merah Marcia yang merekah menyambutnya. Tangan Marcia memeluk suaminya. Membalas kecupan sang suami.Ciuman mereka yang lembut dan dalam penuh dengan cinta itu perlahan membuat Killian mulai panas dan merasakan bagian tubuhnya yang paling sensitif mulai memberontak ingin meminta lebih.Ciuman itu mulai berubah menjadi lebih menuntut dan lebih cepat, tangan Killian mulai naik dari pinggang sang istri menuju perut rata nan kencang tersebut dan mulai naik lagi ke salah satu aset sensitif sang istri di atas.Tangan itu mulai membelai dan meremas dengan gesit mulai masuk ke dalam piyama Marcia. Membuat istrinya terkesiap dan melepaskan ciuman mereka yang mulai panas dan intens.Napas keduanya tersengal, mata keduanya saling menatap dalam kabut gairah yang sudah mulai naik. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Killian langsung membuka piyamanya dan membuangnya sembarangan lalu mulai menerjang Marcia.Cumbuan di leher Marcia perlahan mulai turun k
New York, Empat tahun kemudian...Matahari bersinar indah dan mulai terik di luar rumah. Suasana di dalam rumah sangat tenang dan adem. Tentu saja tenang, karena hari masih menunjukkan pukul enam tiga puluh pagi.Dan hari ini tanggal merah artinya Killian libur kerja dan Kieran yang sudah berusia tiga setengah tahun juga sedang libur sekolah. Kedua pria tersayang Marcia sedang tertidur lelap di tempat tidur mereka masing-masing.Sejak dini Marcia dan Killian sudah melatih Kieran untuk tidur di kamar sendiri. Tentu saja yang paling senang adalah Killian. Dengan begitu dia bisa memiliki istrinya di malam hari untuk dirinya sendiri.Awalnya memang sulit dan penuh dengan drama, terutama drama antara ayah dengan anak laki-lakinya.Kieran selalu menangis meraung-raung dan memaksa agar mamanya tidur sambil memeluknya. Tapi setelah dua minggu di biasakan dan di beri pengertian akhirnya Kieran kecil mulai terbiasa dan beradaptasi.Tapi tidak dengan s
Soraya memacu mobilnya ugal-ugalan. ‘Sial!’ Batinnya kesal.Begitu sampai di rumah Angga, Soraya langsung keluar dari mobil dan berlari kecil ke satu tempat yang sudah lama menjadi incarannya. Bahkan mobilnya di biarkannya terparkir sembarangan.Ruang kerja!Iya ruang kerja Angga. Soraya pernah secara tidak sengaja melihat Angga menyimpan setumpuk uang dalam mata uang dollar di brankas rahasianya.Saat itu mereka sedang kelelahan setelah bercinta di sofa di ruang kerja Angga dan pria tua itu mengira kalau Soraya sedang tertidur karena kelelahan, padahal sebenarnya Soraya tidak tidur dan saat itulah Angga menerima uang dari asistennya sebanyak satu tas kecil yang semua isinya di pindahkan ke dalam brankas rahasianya.Dan tentu saja mata Soraya yang sangat jeli langsung bisa melihat nomor kombinasi digital yang di input oleh Angga karena Sofa tempat Soraya tiduri sangat dekat dengan brankas itu.
“Bagaimana keadaan ayah saya dokter”“Pak Angga mengalami koma” Keterangan dokter membuat Keenan bagai di hantam truk tronton.Dadanya berdebar nyeri mendengar ayahnya mengalami kecelakan dan koma seperti ini. Bagaimanapun buruknya sang ayah, Angga tetap seorang ayah yang penyayang untuk Keenan.Sejak kecil Angga berusaha membersamai tumbuh kembang Keenan kecil sampai masa dewasanya. Meskipun caranya terbilang ekstrim sampai menyakiti orang lain, Keenan tetap menyayangi ayahnya.Keenan sudah tidak bisa mendengarkan penjelasan dokter. Dia hanya bisa diam dan mengangguk kecil sebagai responnya untuk penjelasan dokter.Keenan menatap sang ayah yang sedang di tangani di ruang ICU. Sedikit mengusap sudut matanya dan berusaha tetap tenang.Tanpa di sadarinya ada Soraya yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya dan mengusap pundaknya dari belakang “Bersabarl
Killian sampai rumah jam sepuluh malam. Rumah sudah sepi karena semua pelayan sudah masuk ke kamar masing-masing.Dengan perlahan Killian membuka pintu kamar dan mendapati Marcia yang tertidur sambil memeluk Kieran yang tidur di sampingnya.Kedua hartanya yang paling berharga. Killian sangat terharu melihat impiannya terwujud di depan matanya dan sedang terlelap dengan nyenyak saat ini.Berusaha tidak menimbulkan suara, Killian melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia harus mandi sampai bersih apalagi tadi darah si supir sempat muncrat ke bajunya.Selesai membersihkan diri, Killian berjalan ke walk in closetnya dan mengenakan piyamanya di sana kemudian berjalan ke tempat tidur dan mengecup pelan kening Marcia dan Kieran lalu merebahkan dirinya di samping sang istri.Killian lalu tidur dan melepas lelah sambil memeluk belahan jiwanya sampai pagi menyapa.&n
Supir itu terkesiap “Ja-jangan tolong!” Supir itu memohon dengan gemetar.Tapi Killian sudah kepalang murka. Dalam sekali tebas darah segar langsung mengucur di dada supir truck tersebut. Teriakan kesakitannya terdengar sangat menyakitkan memenuhi ruangan suram itu.“AAAAAKKKKKKHHH SAKITT!!!” Teriak supir itu.“Cih!” Kesal Killian membersihkan cipratan darah yang mengotori tangannya. Kemudian Killian tersenyum kejam menatap datar supir itu.Ketika tangannya akan menyayat tubuh di depannya lagi, supir tersebut langsung berteriak “Jangan saya mohon! Saya akan katakan semuanya tapi tolong ! Tolong” Teriak supir itu sambil menangis meratapi luka sayatan di dadanya yang cukup dalam itu.Mendengar perkataan supir itu Killian mendengus. Kemudian menghela napas dalam lalu menatap Agung di sampingnya.Agung yang mengerti kode dari Killian langsung menarik supir itu ag
Sejak mengetahui Marcia sedang kritis di rumah sakit dan mengetahui tentang kekejaman papanya, Keenan belum bertemu lagi dengan sang papa. Dia hanya kembali ke rumah sang mama dan di penghujung hari setelah pulang dari kantor, Keenan akan pulang ke apartemennya.Meskipun Amira selalu menelponnya yang tidak pernah di angkat oleh Keenan karena Keenan mengetahui Soraya, ibunya Amira juga ikut andil dalam mencelakai Marcia meskipun tidak secara langsung.Keenan sangat muak dengan ibu dan anak itu yang selalu membayangi hidupnya. Mereka berdua tidak ubahnya lintah yang terus menempel dan menghabiskan harta papanya.Tidak cukupkah mereka menghancurkan keluarganya, membuat papa dan mamamya bercerai dan membuatnya hidup tanpa kasih sayang yang utuh dari papanya. Meskipun Keenan tumbuh besar dalam pengasuhan kedua orangtuanya di tempat terpisah. Mengingat itu Keenan menjadi kesal.Alhasil yang Keenan lakukan
Pemandangan indah penuh bunga dan rumput musim semi menyapa Marcia yang tiba-tiba menginjakkan kakinya di padang indah itu.Sejauh mata memandang hanya ada hamparan rumput hijau dan bunga-bunga berbagai warna dengan aromanya yang harum. Marcia sangat menyukai bunga dan musim semi. Karena itulah dia sangat suka padang ini dalam sekali lihat.“Wah....Yuhuuuu...” Teriak Marcia dengan penuh semangat merentangkan kedua tangannya dan berlari berputar-putar menjelajahi padang bunga itu.“Cantik banget tempat ini”Kemudian Marcia menarik napas dalam sambil memejamkan mata dan menghembuskannya. Menikmati suasana sekitarnya yang sunyi dan udaranya yang segar dengan senyuman tidak henti menghiasi wajah cantiknya.“Aku ingin tunjukin tempat ini ke Kak Lian. Eh, tapi kok Kak Lian dari tadi ‘gak ada ya” Gumam Marcia baru sadar kalau sejak tadi dia sendirian.Kemudian Marci
Sepasang suami istri itu berlarian dengan panik di lorong rumah sakit. Keduanya mendapat kabar dari Agung kalau putra-putri mereka mendapat kecelakaan dan sekarang Marcia sedang di operasi untuk mengeluarkan bayinya.Thomas berjalan secepat mungkin ke arah ruang operasi dan menemukan Killian yang sedang tertunduk lesu.Kemeja dan celana panjangnya terdapat banyak noda darah.‘Apa Killian terluka?’ Batin Thomas cemas.“Lian!” Ellena sang ibu memanggil putranya dan segera memeluk sang putra saat di lihatnya putranya sedang tidak baik-baik saja.Killian langsung memeluk ibunya dan menangis tersedu di sana. Dia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Segala resah, cemas, takut dan khawatir istri dan bayinya kenapa- kenapa campur aduk menjadi satu.Thomas yang melihat putranya sedang butuh dukungan langsung memeluk istri dan anaknya deng