“Selamat untuk wisudamu” sambil menyerahkan buket bunga peony pink kepada Marcia. Membuat senyum gadis itu perlahan memudar dan tubuhnya membeku ditempatnya.
“Keenan..” bisik gadis itu lirih.
Marcia terdiam. Keenan yang melihat reaksi Marcia yang tidak seperti biasanya akan senang jika di kasih bunga peony jadi makin curiga.
“Baby…ada apa denganmu hmm?” di raihnya pundak dan di usapnya anak rambut Marcia yang tertiup angin yang melintasi wajahnya.
“Ahh ak-aku gakpapa Nan. Ehem.” Marcia berdeham untuk menetralkan suaranya yang bergetar. Padahal Marcia belum siap bertemu Keenan.
“Terima kasih bunganya. Sangat cantik” bisik Marcia sambil mencium buket bunga di tangannya.
“Om, Tante. Apa kabar?” sapa Keenan sopan sambil menyalami Thomas dan Ellena
“Kami baik Nan” Thomas tersenyum menyalami Keenan
“Bicaralah dengan Marcia. Kami akan tunggu di café itu” lanjut Thomas dan menunjuk sebuah café yang t
Ellena yang melihat Marcia berjalan ke arahnya sambil menangis segera keluar café dan langsung meraih Marcia ke dalam pelukannya. “Sayang…ayo” ajak Ellena sambil menuntun putrinya ke arah mobil mereka yang terparkir di depan. Thomas bergegas menyusul kedua wanita tersayangnya dan membukakan pintu mobil bagian belakang. Killian yang mengamati dari kejauhan hanya bisa melihat pemandangan itu dengan hati sesak karena melihat gadisnya menangis dalam pelukan ibunya. Ia tidak berani menampakkan diri di depan Marcia. Karena sejak Killian tau Marcia tinggal dengan Shizuka, Ia mengutus asistennya, Agung untuk mengawasi Marcia dari jauh. Dan di ketahui jika Marcia berkonsultasi dengan psikiater seminggu sekali sejak keluar dari rumah. Dan hal tersebut membuat Killian semakin merasa berdosa terhadap Marcia. Setidaknya sekarang Killian merasa sedikit lega karena Marcia tidak sendirian. Ada Thomas dan Ellena yang menemani dan juga Shizuka.
“Pak Keenan, nanti sore kita berangkat ke Surabaya bersama dua orang dari Tim Marketing. Untuk segala keperluan di sana dan akomodasi sudah di konfirmasi ke pihak hotel. Dan tadi pagi, pihak Auto Spectra juga sudah memberikan konfirmasi kehadiran. ” Keenan yang sedang memeriksa laporan penjualan di meja kerja di ruangannya langsung mendongak menatap asistennya dengan wajah datar. “Jadi, pihak Auto Spectra sudah setuju dengan nilai pembelian spare partnya? Tidak ada negosiasi harga lagikan?” tanya Keenan. Sambil menutup laporan yang telah selesai di periksanya dan memberikan laporan tersebut kepada asistennya. “Tidak ada Pak. Malam ini kita akan tanda tangan kontrak kerja sama dengan mereka di JW Club” “Gimana dengan Ten Accessories? Jadi order dengan kita?” tanya Keenan lagi “Besok rencananya Amira dan Bagus dari Tim Marketing akan follow up lagi kelanjutan meeting minggu lalu” “Ok. Kamu urus semuanya.” &nb
Begitu pintu tertutup rapat dengan kunci otomatis, Keenan langsung menghimpit tubuh Amira ke dinding yang terdapat di sebelah pintu membuat Amira yang masih berusaha melepaskan high heels nya kaget atas serangan Keenan yang tiba-tiba itu. Keenan yang sedang sangat bergairah akibat obat perangsang yang di berikan Amira langsung mencumbu bibir Amira dengan penuh nafsu, tubuhnya yang tinggi memeluk erat tubuh Amira membuat payudara Amira hampir menyembul keluar akibat himpitan dada bidang Keenan. “Ahhh Keenan..” desah Amira sambil tersenyum memejamkan matanya dan semakin memiringkan kepalanya memberikan Keenan akses tak terbatas saat pria itu mulai mencumbu rahangnya, perlahan turun ke lehernya, melepas tali spaghetti dress Amira lalu mulai mengecup bahunya yang telanjang membuat Amira semakin tersenyum lebar. Kaki kanan Amira mulai melingkar di pinggang Keenan, mini dressnya sudah terangkat naik hingga ke pinggang, dress bagian atasny
Marcia berdiri membeku menatap pria di hadapannya dengan wajah pucat pasi. Perlahan tubuhnya mulai gemetar dan keringat dingin mulai timbul. Setelah pergulatan batin yang menguras energinya, dan mondar mandir selama satu jam di depan mobilnya di basement apartemen, Killian yang sudah sangat merindukan Marcia nekat mendatangi unit apartemen yang di tinggali gadis itu. Killian tersenyum semringah ketika mendapati Marcia yang membuka pintunya sambil tersenyum ceria padanya. Tetapi… “Darl!” Killian yang melihat reaksi Marcia langsung dengan sigap menangkap tubuh Marcia yang oleng hampir terjatuh. Sadar dirinya sedang dalam pelukan Killian membuat Marcia berusaha melepaskan diri dari Killian. “Lepas!” tangan Marcia menghentakkan Killian yang berusaha memeluknya. Mendengar keributan di depan, Shizuka keluar dari kamarnya dan terperangah dengan kedatangan Killian. “Ada apa ini!” Shizuka tergesa mendatangi Ki
Dua minggu berlalu sejak Killian bertemu Marcia. Dan sejak itu hubungan keduanya mulai membaik. Minimal Marcia sudah bisa bertemu dengan Killian tanpa kehadiran Shizuka untuk menemaninya. Keluar dari ruang meeting, ponsel Killian langsung bergetar di saku celananya. “Halo” sapa Killian tanpa melihat lagi nama si penelpon “Akhirnya kamu angkat juga telpon dariku Beb” suara seorang wanita di seberang sana. Killian langsung berhenti berjalan. Di lihatnya nama si penelpon dan matanya langsung membulat kaget. ‘Shit. Bisa-bisanya aku main angkat aja’ maki Killian dalam hati. “Ada apa?” tanya Killian sambil melanjutkan perjalanan ke ruangan nya. “Aku kangen Beb. Kita ketemu ya?” suara manja itu mulai membujuk “Aku sibuk. Lagian kita kan udah putus lama. Ngapain sih masih nyari aku” ketus Killian “Bebyyyyyyy jangan ngomong gitu dong. Kita hanya break sementara. Nggak pernah putus! Titik” suara manja itu mulai men
“Kamu nggak bisa giniin aku Beb!” Teriakan Amira menggema di ruangan kantor Keenan.Siang ini Keenan sedang pusing memeriksa laporan penjualan yang merosot tajam dari cabang Makassar ketika Amira mendadak masuk keruangannya bagai angin ribut dan menutup pintu ruangannya dengan kasar membuat Linda, Asisten Keenan ketakutan karena sebelumnya boss nya sudah berpesan agar tidak di ganggu.Mendonggakkan kepalanya Keenan menatap Amira dengan dingin dan duduk santai menyenderkan punggungnya di kursi kerjanya.Setelah memberi tanda kepada Linda agar keluar dari ruangannya, Keenan mendesah pelan.“Apa maksudmu” dengan tenang Keenan bertanya sambil memainkan pena di tangannya.“Kenapa kamu gak bales chat aku? Kamu juga gak angkat telponku!” kesal Amira menghentakkan kakinya berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.“Haruskah?”Amira terperangah mendengar pertanyaan Keenan yang kelewat tenang itu. M
Suara siulan memenuhi kamar yang luas itu. Sesekali terdengar senandung seorang pria yang tengah berdandan untuk pergi kencan dengan pujaan hatinya. Berjalan melintasi kamar menuju walk in closet, di ambilnya kaos oblong berwarna putih kemudian di pakainya dan pas membalut tubuhnya yang aduhai atletisnya, siulan kembali bergema di walk in closet itu, kemudian mengambil celana panjang warna khaki dan mengenakannya sambil bersiul. Selesai mengenakan celana panjangnya, sang pria menarik laci di meja di tengah-tengah ruangan walk in closet yang menyimpan deretan dasi, jam tangan dan ikat pinggangnya kemudian mengambil salah satu jam tangan bermereknya lalu beranjak ke depan cermin besar di depan ranjangnya sambil mengenakan jam tangannya. Membentuk rambutnya yang lebat yang sudah berpomade sambil bersiul, kemudian pria itu mengamati penampilannya di cermin. ‘Hhm…Not bad…I’m quite handsome as always’ memuji dirinya sendiri dalam hati sambil tersenyum menat
“Darl, kamu lagi dimana?” Killian yang sedang senggang sore itu menelpon Marcia.Sejak kencan mereka di Dufan, Killian selalu berusaha mengajak Marcia berkomunikasi layaknya sepasang kekasih. Seenggaknya itulah yang ada di pikiran Killian kalau hubungannya dengan Marcia sudah naik tingkat menjadi sepasang kekasih. Dia ingin agar mereka menjadi dekat lagi seperti dulu.“Aku lagi di apartemen” Marcia sedang mengocok adonan secara manual menggunakan whisk.Memisahkan adonan putih menjadi dua bagian, Marcia mengambil bubuk coklat untuk di campur dengan adonan putih yang satu lagi. “Kenapa Kak?” tanya Marcia sambil mengaduk adonan coklat.Di cek nya suhu oven yang letaknya di belakangnya, kemudian menuangkan adonan putih ke cetakan kue yang sudah di siapkannya lalu menuang lagi adonan coklat di atas adonan putih di atur selang seling dan di buat garis-garis supaya adonannya bermotif.“Kakak ke sana sekarang ya”Marcia yang mendengar permintaan Killian tertegun kemudian “Ehh jangan Kak!”“
Killian sampai rumah jam sepuluh malam. Rumah sudah sepi karena semua pelayan sudah masuk ke kamar masing-masing.Dengan perlahan Killian membuka pintu kamar dan mendapati Marcia yang tertidur sambil memeluk Kieran yang tidur di sampingnya.Kedua hartanya yang paling berharga. Killian sangat terharu melihat impiannya terwujud di depan matanya dan sedang terlelap dengan nyenyak saat ini.Berusaha tidak menimbulkan suara, Killian melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia harus mandi sampai bersih apalagi tadi darah si supir sempat muncrat ke bajunya.Selesai membersihkan diri, Killian berjalan ke walk in closetnya dan mengenakan piyamanya di sana kemudian berjalan ke tempat tidur dan mengecup pelan kening Marcia dan Kieran lalu merebahkan dirinya di samping sang istri.Killian lalu tidur dan melepas lelah sambil memeluk belahan jiwanya sampai pagi menyapa.&n
Supir itu terkesiap “Ja-jangan tolong!” Supir itu memohon dengan gemetar.Tapi Killian sudah kepalang murka. Dalam sekali tebas darah segar langsung mengucur di dada supir truck tersebut. Teriakan kesakitannya terdengar sangat menyakitkan memenuhi ruangan suram itu.“AAAAAKKKKKKHHH SAKITT!!!” Teriak supir itu.“Cih!” Kesal Killian membersihkan cipratan darah yang mengotori tangannya. Kemudian Killian tersenyum kejam menatap datar supir itu.Ketika tangannya akan menyayat tubuh di depannya lagi, supir tersebut langsung berteriak “Jangan saya mohon! Saya akan katakan semuanya tapi tolong ! Tolong” Teriak supir itu sambil menangis meratapi luka sayatan di dadanya yang cukup dalam itu.Mendengar perkataan supir itu Killian mendengus. Kemudian menghela napas dalam lalu menatap Agung di sampingnya.Agung yang mengerti kode dari Killian langsung menarik supir itu ag
Sejak mengetahui Marcia sedang kritis di rumah sakit dan mengetahui tentang kekejaman papanya, Keenan belum bertemu lagi dengan sang papa. Dia hanya kembali ke rumah sang mama dan di penghujung hari setelah pulang dari kantor, Keenan akan pulang ke apartemennya.Meskipun Amira selalu menelponnya yang tidak pernah di angkat oleh Keenan karena Keenan mengetahui Soraya, ibunya Amira juga ikut andil dalam mencelakai Marcia meskipun tidak secara langsung.Keenan sangat muak dengan ibu dan anak itu yang selalu membayangi hidupnya. Mereka berdua tidak ubahnya lintah yang terus menempel dan menghabiskan harta papanya.Tidak cukupkah mereka menghancurkan keluarganya, membuat papa dan mamamya bercerai dan membuatnya hidup tanpa kasih sayang yang utuh dari papanya. Meskipun Keenan tumbuh besar dalam pengasuhan kedua orangtuanya di tempat terpisah. Mengingat itu Keenan menjadi kesal.Alhasil yang Keenan lakukan
Pemandangan indah penuh bunga dan rumput musim semi menyapa Marcia yang tiba-tiba menginjakkan kakinya di padang indah itu.Sejauh mata memandang hanya ada hamparan rumput hijau dan bunga-bunga berbagai warna dengan aromanya yang harum. Marcia sangat menyukai bunga dan musim semi. Karena itulah dia sangat suka padang ini dalam sekali lihat.“Wah....Yuhuuuu...” Teriak Marcia dengan penuh semangat merentangkan kedua tangannya dan berlari berputar-putar menjelajahi padang bunga itu.“Cantik banget tempat ini”Kemudian Marcia menarik napas dalam sambil memejamkan mata dan menghembuskannya. Menikmati suasana sekitarnya yang sunyi dan udaranya yang segar dengan senyuman tidak henti menghiasi wajah cantiknya.“Aku ingin tunjukin tempat ini ke Kak Lian. Eh, tapi kok Kak Lian dari tadi ‘gak ada ya” Gumam Marcia baru sadar kalau sejak tadi dia sendirian.Kemudian Marci
Sepasang suami istri itu berlarian dengan panik di lorong rumah sakit. Keduanya mendapat kabar dari Agung kalau putra-putri mereka mendapat kecelakaan dan sekarang Marcia sedang di operasi untuk mengeluarkan bayinya.Thomas berjalan secepat mungkin ke arah ruang operasi dan menemukan Killian yang sedang tertunduk lesu.Kemeja dan celana panjangnya terdapat banyak noda darah.‘Apa Killian terluka?’ Batin Thomas cemas.“Lian!” Ellena sang ibu memanggil putranya dan segera memeluk sang putra saat di lihatnya putranya sedang tidak baik-baik saja.Killian langsung memeluk ibunya dan menangis tersedu di sana. Dia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Segala resah, cemas, takut dan khawatir istri dan bayinya kenapa- kenapa campur aduk menjadi satu.Thomas yang melihat putranya sedang butuh dukungan langsung memeluk istri dan anaknya deng
“Marcia adalah putri dari wanita yang aku cintai sepenuh hati. Sejak dulu. Bahkan sampai saat ini” Angga berkata dengan lugas.Menatap Lucy langsung ke dalam matanya.Mendengar pengakuan Angga entah kenapa hati Lucy serasa tercubit. Bertahun-tahun bersama Angga rupanya tidak pernah membuat pria itu jatuh cinta padanya ternyata.Lucy kira selama ini Angga mencintainya karena itulah dia bercerai dengan istrinya, tidak pernah menikah lagi dan selalu mencarinya jika butuh untuk di puaskan. Ternyata kisahnya bukan seperti yang selama ini di pikirkannya.‘Brengsek!’ Maki Lucy dalam hati. Tatapan matanya menajam menatap Angga yang duduk di hadapannya. Tapi dia masih berusaha tenang.“Wanita yang kau cintai itu maksudnya Misato Kellgaren?” Tanya Lucy“Misato Minamoto. Itu namanya sebelum menikah dengan Andrew Kellgaren si pembully itu!” Kata Angga. Matanya berkilat p
“Sabar ya nak. Sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit. Kita akan segera bertemu sayang. Tenang-tenang dulu ya di dalam perut mama” Bisik Killian berulang-ulang ke perut Marcia sambil tidak henti mengelus perut sang istri.Sesekali Killian mengecup kening Marcia yang sudah tidak sadarkan diri. Jantungnya bertalu-talu. Takut dirinya sudah terlambat menyelamatkan istrinya.***Sepuluh menit kemudian mereka berhasil mencapai rumah sakit terdekat di daerah pinggiran kota. Killian langsung menggendong Marcia yang sudah tidak sadarkan diri keluar dari mobil dan berteriak ke arah petugas kesehatan yang sudah membawa brangkar agar segera menyelamatkan istrinya.Wajah Killian sangat pucat, panik menguasai pikirannya yang biasanya selalu tenang meskipun dalam keadaan terjepit. Ketakutan sangat kentara di wajahnya yang tampan.“Tolong selamatkan istri saya!” Teriak Killian sambil membaringkan Marcia di atas brankar.Dokter dan perawat segera membawa Marcia ke ruang IGD dan mulai melakukan pemer
Dengan senyum kemenangan, Lucy berkata “Aku tau apa yang kau lakukan Angga” Bisiknya pelan.Tidak ingin terpancing oleh wanita paruh baya di hadapannya ini, Angga berusaha bersikap santai. Kemudian dia duduk di sofa single di depan Lucy sambil menyilangkan kaki dan memantik cerutu.Seketika asap cerutu berkualitas tinggi membubung tinggi keluar dari bibir Angga. Kemudian sambil duduk santai dan menyenderkan punggungnya pria paruh baya itu menatap Lucy dengan tajam.“Apa maksudmu Lucy” Tanya Angga pura-pura tidak tahu.Lucy tersenyum sinis. “Aku sudah melihat isi laptopmu. Dan tau apa yang sudah kau lakukan bertahun lalu” Kata Lucy terus terang.Dia malas tarik ulur. Lucy sudah tarik ulur dengan Angga belasan tahun dan sudah muak melakukannya. Kalau dapat hasil sih tidak masalah tapi yang ada malah capek melayani lelaki tua ini!“Tidak ku sangka kalau kau dan Misato saling mengenal” Kata Lucy sekilas otaknya langsung traveling ke beberapa tahun silam saat Angga terlihat bahagia di hari
“Darling kamu udah siap ?” Tanya KillianMarcia yang sedang di ruang walk-in closet kamar mereka mulai memakai gaunnya. Malam ini ada pesta ulang tahun perusahaan Phoenix Corporation. Marcia sebagai istri sang CEO tentu saja harus hadir.Killian berjalan menghampiri sang istri yang sedang mengenakan gaun malamnya. Gaun malam yang sangat indah hasil dari rancangan seorang designer terkenal langganan keluarga Tjahyadinata.Sebuah gaun malam warna biru navy yang simple namun sangat anggun dan elegant jika di pakai oleh istrinya. Sewarna dengan mata indahnya yang selalu membuat Killian serasa tenggelam di lautan dalam jika memandangnya.Gaun itu bermodel long sleeve berbahan satin yang lembut dengan belahan dada v-neck yang tidak terlalu rendah tapi masih sopan dan garis pinggang yang menegaskan lekuk tubuh sang istri yang sedang mengandung 8 bulan. Tidak berlebihan aksesoris, payet ataupun ornamen lainn