"Aku akan menunggu Valerie dan laki laki itu di sini sampai aku tahu siapa dia," kata Ruth. Kapal sudah berlabuh di dermaga sejak 1 jam tadi, dan Ruth tak langsung pulang dan masih di dalam mobilnya. Damian sudah disuruh pulang oleh Ruth karena dia ingin tahu siapa yang sudah menolong Valerie kali ini. "Awas saja kamu Valerie, kalau sampai aku tahu siapa lelaki itu, aku pasti akan merebutnya darimu." Tak berselang lama, muncul seorang lelaki bersama Valerie. Mata Ruth langsung membesar untuk mengetahui siapa lelaki yang sedang mengenakan kemeja putih yang dia gulung sampai sikunya. "Cih, kupikir sangat tampan, tapi rupanya biasa saja," kata Ruth menghina. "Tampangnya tidak menunjukkan kalau dia orang kaya sekali, tapi kenapa Valerie sangat sopan padanya?" Otak Ruth berpikir keras untuk mengetahui siapa sebenarnya lelaki yang sedang bersama adik tirinya itu. Dia tak langsung percaya kalau lelaki itu adalah orang kaya yang menyewa lantai dua. Ruth masih berada di sana untuk mengikut
Sekarang Valerie masih tak percaya karena bisa duduk berhadapan dengan mantan pengawal yang biasa melindunginya. Berdiri di sebelah mejanya ketika dia makan, tapi kini dia sudah menjadi ayah dari anak yang dikandungnya. "Bagaimana kalau kamu keluar dari pekerjaanmu?" tanya Noah tiba tiba. "Dokter mengatakan kamu tidak boleh terlalu kelelahan." Valerie dengan ekspresi wajahnya seakan tidak setuju dengan hal itu. "Tapi..." "Aku akan menanggung semuanya." "Tapi aku juga ingin mencari uang sendiri, Noah." Noah tak mau membuat perasaan Valerie memburuk. Dia tahu bagaimana sifat Valerie, jadi dia mengalah untuk saat ini. "Berjanjilah kalau kamu akan baik baik saja," ucap Noah. Valerie mengangguk dengan mantap meyakinkan Noah. Tak berapa lama, menu yang dipesan oleh Noah pun datang. Salmon panggang pang yang kaya akan asam lemak dan omega-3 yang baik untuk perkembangan janin. Kemudian udang kukus untuk zat besi. Lalu ada juga kepiting dengan protein yang tinggi. Semuanya Noah pesan
Ruth pulang ke rumah dengan raut wajah yang masam. Jika teringat betapa beruntungnya Valerie saat ini, dia jadi merasa bahwa dunia tak adil karena hanya adiknya itu yang bisa mendapatkan pria kaya tanpa bersusah payah. Anne muncul dengan wajah yang cemas, karena Fredison sejak tadi pagi mencari Ruth tapi tidak menemukannya di mana mana. "Kamu habis dari manal, Ruth? Ayahmu mencarimu ke mana-mana," bisik Anne agar Fredison tidak mendengarnya. "Bu, aku membuntuti Valerie. Dan ibu tau apa? Dia telah mendapatkan jackpot yang besar!" "Apa maksudmu?" Ruth mengembuskan napasnya dengan panjang dan berat. "Dia benar benar mendapatkan lelaki kaya, mana mungkin dia bisa memikat laki laki sementara dia sudah miskin dan tak memiliki apa apa." "Ruth, kamu sudah memiliki Damian. Sebaiknya kamu fokus saja dengan Damian. Jika kamu bisa bersabar, perusahaan itu pasti akan jatuh ke tangan Damian, bukan?" Ruth memutar bola matanya, sejak dia tahu bahwa Valerie memiliki lelaki yang lebih hebat dari
Valerie tak dapat menolak ketika Raya mengajaknya untuk pergi ke kelab malam, karena dia sadar bahwa sahabat satu satunya yang selalu menemaninya adalah Raya. la tak bisa membiarkan Raya berlarut larut dalam kesedihan hanya karena lelaki yang sudah mengkhianatinya. "Tapi kita harus pulang sebelum jam sebelas, oke. Aku tidak mau membuat Noah menungguku," kata Valerie. "Baiklah baiklah, kita di sana sebentar. Aku hanya ingin minum lalu pulang." Awalnya itu adalah janji Raya, akan tetapi ketika jam sudah lewat sebelas malam. Raya tidak mau diajak pulang dan malah menari seperti orang gila. Valerie hanya melihat Raya dari kursinya, mengamati Raya agar tidak melakukan hal aneh yang dapat membahayakannya. Raya seperti bukan Raya sebelumnya, dia yang biasa terlihat kalem kini terlihat sangat luar biasa liar. Bahkan dia membiarkan beberapa orang lelaki memeluk pinggulnya sambil menari. Valerie tahu bahwa Raya sedang patah hati, tapi jika diteruskan maka Raya akan mengalami hal yang tent
Di sisi lain, seorang lelaki sejak tadi mengawasi Valerie dan Jason dengan mata curiga. "Kenapa kamu melihat wanita itu seperti itu?" goda wanita yang berpakaian terbuka itu dengan manja tapi bernada cemburu. "Kamu menyukainya ya? Dandanan dia sangat kampungan, tipe wanita kamu seperti itu, rupanya." "Tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat wanita itu. Tapi di mana ya?" gumam Rian teman Noah. Rian berdiri cukup lama sampai melihat bayangan Jason masuk duluan ke lift. "Ayo, kita jadi check in tidak," kata wanita yang bersama dengan Rian malam itu. "Kamu masuk dulu, aku harus menghubungi temanku." Wanita itu mendengus, tapi dia mau dan setuju naik lebih dulu. Rian menghubungi Noah. Tak perlu menunggu lama, Noah langsung menjawab telepon dari Rian. "Ada apa? Ini sudah malam, kenapa kamu menghubungiku ?" tanya Noah. "Istrimu... foto yang kamu perlihatkan padaku waktu itu. Aku melihatnya di hotel dekat kelab sekarang." Di ujung telepon Noah diam cukup lama. "Hei, Noah! Istrimu
Valerie berjalan mengikuti Noah dengan langkah cepat, mencoba mengejar langkah panjangnya yang marah. Wajah Noah terlihat tegang, dengan tatapannya menusuk Valerie seperti pisau. Sementara itu Valerie tampak cemas, langkahnya tergesa gesa sesekali menoleh ke arah Noah dengan ekspresi penuh penyesalan. Mereka melintasi lorong hotel yang sepi, lampu redup memberikan atmosfer yang tegang. Saat sampai di parkir mobil, Noah membuka pintu dengan kasar, menunggu Valerie dengan wajah yang dingin hingga membuatnya merasa tak enak. Valerie tak pernah melihat Noah seperti ini sebelumnya, apakah dia marah? Wajar saja jika Noah marah padanya, apalagi dia tidak pamit dan mengatakan akan pergi ke kelab dengan Raya. Dan juga, semuanya berakhir tidak seperti yang Valerie inginkan. Noah memergokinya masuk ke hotel, dan melihat dirinya berada di dalam kamar bersama dengan lelaki lain. Memang ada Raya, tapi dia seakan terpergok saat menyentuh wajah Jason seperti tadi. Tapi, mengapa Noah harus sem
Jason langsung membelokkan mobilnya untuk menghampiri Valerie. "Kamu mau ke mana Valerie?" tanya Jason pada Valerie, dia membuka sedikit jendela kacanya dan memandang Valerie penuh tanda tanya. "Saya akan kembali ke hotel, Pak. Lalu kenapa bapak ada di sini? Bukankah Anda harusnya menemani Raya?" Jason sedikit kelabakan. "Oh itu, aku akan kembali ke sana lagi. Ada sesuatu yang ingin kubeli. Mau ke sana bersama?" Valerie berpikir sejenak, kemudian dia masuk ke mobil Jason. Karena perjalanan ke hotel lumayan jauh juga. Di dalam mobil Valerie diam saja, dia malah kepikiran dengan Noah saat ini. "Kenapa dia jadi berubah begitu? Maksudku... kalau dia marah, bilang saja tak perlu..." "Kamu pasti sedang memikirkan kekasihmu ya?" tanya Jason tiba tiba membuat pikiran Valerie terputus. Valerie tersenyum canggung. "Tidak kok." "Apa kekasihmu marah? Dia terlihat seperti mau menelanku tadi," goda Jason. "Padahal dia bukan tipe pria seperti itu," sahut Valerie dengan suara yang seperti g
"Ya, ini aku," sahut Noah dengan wajah mengejek Valerie. Dia berhasil memergoki Valerie masuk ke rumahnya diam diam. Sebenarnya tadi dia melihat bayangan Valerie saat dirinya hendak meninggalkan area perumahan. Lalu dia kembali untuk memastikan bahwa yang dilihat oleh matanya adalah benar. "Kenapa baru pulang pagi ini?" "Sudah kubilang itu bukan urusanmu," jawab Valerie tak peduli. Dia pun masuk ke rumah lalu bergegas untuk mengganti pakaiannya. Hari ini dia akan pergi keluar kota dengan Jason, dan tak tahu jam berapa akan pulang. Saat keluar dari kamarnya, dia melihat Dimitri masih duduk di ruang tamu sambil sibuk menggeser layar gawainya. "Kamu belum berangkat juga? Bukankah sekarang sudah siang?" tanya Valerie. Padahal dia hanya tak mau melihat Noah. "Kamu juga belum berangkat." "Aku akan pergi ke luar kota dengan pak Jason." Valerie pun berjalan keluar tanpa memedulikan Noah. Noah melipat ponselnya lalu memasukkannya ke dalam sakunya. Dia mengejar Valerie dengan langkah p