Bangun dari tidurnya tadi malam, Valerie merasakan perutnya sudah sangat kelaparan. Dia bergegas turun dari ranjang untuk berjalan ke dapur.
Noah tak ada di sampingnya ketika ia bangun, di mana-mana dalam apartemen pun tak ada. Hingga bunyi suara pintu dibuka pun terdengar dari arah depan."Aku membeli makanan di bawah," kata Noah.Valerie tersenyum lebar melihat Noah tahu apa yang Valerie inginkan saat ini."Nenek mencari kita tadi malam." Noah duduk lalu mengeluarkan makanan dari plastiknya."Lalu? Apa dia marah?""Tidak, tapi kita disuruh kembali ke rumah hari ini.""Kita sudah berjanji akan tinggal di sana, jadi mau bagaimana lagi Noah."Noah terkekeh, ia memeluk Valerie dari belakang sambil mengusap perut wanita itu."Nanti setelah anak-anak kita lahir, kita bisa tinggal di vila dekat pantai," bisik Noah kValerieemudian mengecup tengkuk leher Valerie dengan mesra.Valerie merasakan geli, tSekertaris Maxim siang itu terkejut ketika seorang lelaki berjalan ke arah ruangan atasannya."Apa Maxim ada di dalam?" tanya Noah.Sekertaris itu dengan gugup menjawab jika Maxim ada di dalam. Ia bergerak ke arah pintu kemudian membuka pintu untuk Noah.Tak hanya sekertarisnya yang terkejut. Maxim juga terkejut saat melihat kakaknya itu untuk pertama kalinya muncul di ruang kerjanya."Aku ingin bicara denganmu," kata Noah. Tanpa disuruh Maxim, Noah duduk di sofa tengah ruangan, menunggu Maxim menghampirinya duduk di sana."Hal apa yang membuatmu datang ke sini?" tanya Maxim."Isadora," jawab Noah.Maxim mengembuskan napasnya seakan sudah menyerah dengan hal itu."Apa kamu mau perempuan itu bersama dengan laki-laki yang tidak baik?""Kak, tentu saja aku mau dia bersama dengan lelaki yang jauh lebih dariku. Tapi..."Noah mengambil sesuatu dari kantong jasnya, ia melempar foto-foto yang didapatka
Isadora masuk ke kamar hotel di mana Maxim berada, Noah duduk di dekat ranjang dan menoleh ke arah Isadora saat wanita itu masuk ke kamar hotelnya."Ada apa dengan Maxim? Kamu tidak memukulnya sampai tak sadarkan diri, kan?" tuduh Isadora."Apa aku sekejam itu?"Isadora mendengus."Max! Maxim!" Isadora naik ke atas ranjang dan mengguncangkan tubuh Maxim."Dia baik-baik saja, dia sepertinya terlalu banyak minum.""Minum?" Isadora melirik tajam ke arah Noah. "Kamu mengajak Maxim minum, padahal dia tidak kuat minum Noah !"Noah diam-diam tersenyum.Apa-apaan gadis itu, masih peduli dengan adiknya tapi bertunangan dengan orang lain."Aku akan pergi," kata Noah."Pergi ke mana? Lalu bagaimana dengan Maxim?""Kamu tunggu saja sampai dia sadar, ibunya akan marah kalau tau dia mabuk.""Tapi... aku ada acara makan malam dengan Jason."Ya, tentu saja Noah tahu tentang itu. Maka
Ivana terus berusaha untuk menghubungi Maxim, tapi ponsel anaknya itu tidak dapat dihubungi."Sebenarnya ke mana anak itu sekarang?" gumam Ivana gusar. Ia takut apa yang dia bayangkan sedang terjadi."Kamu sedang apa?" tanya Felix yang baru saja keluar dari kamar mandi."Maxim tidak ada di kamarnya. Dia belum pulang ke rumah"Kenapa kamu begitu cemas? Mungkin saja dia sedang bersama dengan teman-temannya. Dia sudah besar, umurnya sudah 27 tahun, jangan perlakukan seperti anak kecil, Ivana.""Bukan itu masalahnya. Kalau Isadora tidak pulang dari luar negeri. Mungkin aku akan tenang. Tapi Isadora... ""Mana mungkin dia bersama dengan Isadora," Felix terkekeh. "Isadora kan sudah bertunangan."Ivana benar-benar tidak suka ketika Felix berkata demikian. Ucapannya seperti tidak peduli dengan anaknya."Ivana!" panggil nyonya tua dari balik pintu kamarnya.Ivana buru-buru keluar dari kamar untuk menemui ibunya.
"Nona Valerie, kita sudah sampai," kata seorang lelaki yang duduk di sebelah Valerie. Dia membuka pintu untuk Valerie yang baru saja terbangun dari tidur singkatnya. Valerie membuka matanya, dia meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku dan melihat ke arah luar dari kursinya. "Apa banyak tamu yang datang?" tanya Valerie. "Tentu saja, ini adalah hari pertunangan Anda. Tuan pasti sudah berusaha keras untuk mengundang semua tamu penting agar datang ke pesta Anda." Valerie tersenyum puas. Dia turun dan melihat hotel megah di depannya menyambutnya. Noah berdiri di belakang Valerie, menjaganya dari serangan tak terduga yang mencoba untuk menyakiti Valerie. Ketika masuk ke dalam ballroom hotel. Valerie langsung menghampiri seorang lelaki yang sebentar lagi akan resmi menjadi tunangannya. "Damian!" panggil Valerie, dia berjalan dengan langkah cepat untuk menghampiri kekasihnya. "Hati hati Nona Valerie, Anda bisa terjatuh." Tangan Noah menangkap lengan Valerie yang hampir saja dahinya menc
Valerie tak peduli dengan orang-orang yang mulai membicarakannya. Dia hanya ingin pergi dari tempat itu secepatnya dan melupakan apa yang dilihatnya tadi. "Anda mau ke mana, Putri Valerie?" tanya Noah saat Valerie masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. "Aku mau pergi yang jauh." "Saya akan mengantarnya." "Tanpa supir. Hanya berdua," kata Valerie. Noah mengangguk mengerti, dia mengambil alih kemudi kemudian membawa Valerie segera pergi dari hotel. Tugasnya jelas untuk melindungi Valerie dari orang-orang yang ingin mencelakainya, bukan untuk kabur dari masalah keluarga. Hanya saja Noah tak mungkin membiarkan Valerie pergi seorang diri dengan hati yang kalut seperti itu. Masih menangis di dalam mobil, Valerie masih tak menyangka jika Damian akan begitu tega kepadanya. Diam-diam berhubungan dengan Ruth yang jelas-jelas sudah membuangnya. "Apa aku kurang cantik, Noah?" tanya Valerie. "Tidak. Anda cantik." "Kenapa Damian begitu? Maksudku... dia sudah putus dengan kakakku.
"Jadi yang dikatakan oleh Valerie itu benar?" tanya Fredison dengan kemarahan yang sudah menggelegak di dalam hatinya. Dia tiba-tiba mendapatkan pesan dari nomor tak dikenal sebuah rekaman video CCTV di hotel yang menunjukkan jika Damian dan Ruth memang sedang berciuman di depan kamar hotel kemudian masuk ke dalam kamar tersebut. Ruth dengan wajah pucat dan tegangnya melihat rekaman video tersebut. "Ayah... ayah tahu video itu dari mana?" tanya Ruth dengan gugup. "Apa itu penting sekarang? Bagaimana kalau sampai video ini tersebar. Kamu mau dicap sebagai wanita yang sudah merusak pertunangan adikmu!" "Tapi Damian kan dulunya kekasih Ruth." Anne masuk ke ruang kerja suaminya untuk membela anaknya. "Kamu lihat dulu situasinya. Mereka sudah lama putus dan Damian setuju untuk bertunangan dengan Valerie. Kalau sampai media tahu pasti saham kita turun karena tingkah Ruth!" "Lalu mau bagaimana lagi? Toh pertunangan sudah batal. Kamu bisa menyogok pada orang yang sudah mengirimkan video
"Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Noah ketika sejak kejadian Damian datang ke rumah tadi Valerie banyak diam dan mengurung diri di dalam kamarnya. "Tentu saja aku tidak baik, bayangkan, dalam satu malam aku dihancurkan oleh Ruth dan Damian," jawabnya dengan jujur. "Anda tidak ikut makan malam di bawah?" Valerie yang sejak tadi duduk di balkon dan memandangi langit yang gelap malam itu kemudian menoleh ke arah Noah. "Mereka tidak menganggap ku ada, untuk apa aku makan di bawah. Lagi pula, aku tidak nafsu makan, Noah." "Tapi Anda harus makan." "Untuk apa?" "Agar Anda tidak sakit." Valerie tersenyum kelu. Dia merasa miris karena di dalam satu rumah hanya Noah yang perhatian padanya. Apalagi sejak kejadian batalnya pertunangan antara dirinya dan Damian. Ayahnya yang mudah terbujuk oleh Anne pun mulai tak percaya padanya. "Temui orangtua Damian di bawah," kata Anne saat masuk ke kamar Valerie. "Kamu harus minta maaf secara langsung karena kejadian tadi malam. Karena meski bagaim
"Noah, bawa kembali Valerie malam ini," perintah Fredison malam itu. Noah pun segera berangkat ke rumah terpencil untuk menjemput Valerie. Dia yang paling tahu bagaimana perasaan Valerie setiap kali dihukum di dalam rumah itu. Ketika sampai di rumah terpencil, Noah tidak menemukan siapapun di sana. Kedua penjaga yang seharusnya berjaga tidak ada di dalam rumah. Lampu di dalam rumah mati dan seluruh barang yang ada di sana berantakan. "Nona Valerie!" Noah bergegas masuk ke dalam rumah, mencari kamar Valerie untuk memastikan bahwa keadaan gadis itu baik baik saja. Akan tetapi, saat melihat pintu kamar Valerie terbuka Noah terkejut. Apalagi Valerie dalam keadaan tak sadarkan diri di atas ranjang. "Nona Valerie! Nona Valerie!" Noah mencoba untuk membangunkan Valerie yang tubuhnya lemas tak berdaya. Namun, dia tak menyadari jika ada orang di belakangnya yang tiba-tiba membiusnya hingga tak sadarkan diri. Valerie merasakan kepalanya pusing, seingatnya tadi malam ada yang mengetuk pint