Share

4

Penulis: Lele_1393
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

What is past is past

Haden Rafasya Ananta

Terbawa perasaan, jaman sekarang semua anak muda pasti sudah pernah merasakannya. Istilah jaman sekarang baper Siapakah yang salah dalam kasus "terbawa perasaan" ini. Si pelaku atau si korban?

Kadang mereka bilang si korban, karena terlalu perasa dan terlalu besar rasa. Dipandang sedikit lama dikira suka, diberi perhatian sedikit katanya memberi harapan. Si korban lalu menggunakan media sosial berharap si pelaku peka, peka terhadap perasaan si korban. Entah itu membuat kata-kata motivasi untuk diri sendiri atau lirik lagu yang menurut si korban ini sesuai dengan kisahnya. Jadi kalau ada istilah "pemberi harapan palsu" itu ciptaan si pelaku atau si korban? Mungkin harus koreksi terlebih dahulu. Bisa saja si pelaku memperhatikan si korban karena korban punya sesuatu yang membuat si pelaku ini terganggu. Atau bisa jadi memang si pelaku ini suka meski presentasinya hanya 15 persen dan sisanya hanya palsu.

Sekarang aku sedang melampiaskan perasaanku pada soal kimia yang diberikan oleh Pak Malik tadi. Dan Haden, dia duduk tepat di hadapanku. Menulis apa yang aku tulis di atas lembar jawaban. Kalau dibilang bodoh mungkin aku bodoh, mau saja menuruti apa kata Haden. Tapi itulah cinta, membuat buta.

"Jam kosong dikasih tugas."

Aku mendengar dia mengeluh lagi.

"Ini Pak Malik seneng banget bikin murid menderita."

Aku masih diam saja mendengar ucapannya.

"Elu nggak capek apa Gam? Otak lo gak panas?"

"Kamu kalo capek istirahat, nanti aku tulisin."

"Tulisan elo terlalu bagus."

Aku kembali menulis, tidak menggubris Haden. Haden kadang seperti bapak-bapak yang terlalu banyak mengomel.

"Nanti siang beli makan di belakang asrama, Gam. Gue kangen nasi bebek sambel ijo."

"Katanya diet." Celetukku tanpa menoleh ke arahnya.

"Kan, elu bilang nggak gendut."

Aku menggeleng mendengar jawabannya. Labil sekali Haden ini.

"Den."

"Hmmm?" Dia masih tetap menulis, matanya tertuju pada huruf dan angka yang yang tersusun rapi pada kertas.

"Gak jadi," tidak, aku tidak perlu menanyakan hal ini pada Haden.

"Apa?" Kini bolpoin di tangannya sudah lepas, tatapannya terarah padaku.

Aku menatapnya tak enak hati, tidak mungkin aku melibatkan Haden dalam hal ini.

"Gam!"

"Kalo seseorang dari masa lalu kamu  dateng lagi ke hidup kamu, apa yang bakal kamu lakuin?"

"Tergantung,"

Aku penasaran. "Tergantung apa?"

"Statusnya dia di masa lalu. Mantan, pacar, gebetan atau saudara. Mereka punya punya posisi yang berbeda."

Aku kembali menulis setelah mendengar jawaban Haden.

"Siapa?"

"Apanya?"

"Yang dari masalalu."

Aku berhenti sebentar, apa aku harus cerita pada Haden lagi semuanya.

"Nggak mau cerita?"

"Kin," jawabku pelan.

"Kin?" Kulihat raut wajah Haden berubah saat mendengar nama Kin. Aku yakin Haden tidak lupa dengan nama itu. Kin Larrion Ramiro.

"Iya, dia udah balik dari luar negri." Aku sebenarnya belum yakin, dia sudah kembali atau belum, tapi lebih baik aku bilang seperti itu.

"Ngapain dia balik?" Suara Haden sudah mulai berbeda. Dia tahu percis apa yang dulu Kin lakukan. "Elo yakin dia udah balik?"

Aku hanya mengangguk ragu pada Haden.

"Dia udah nyoba hubungin elo?"

"Kamera itu, dia yang kirim."

Haden menggebrak meja. "Berarti dia udah tahu kalo lo sekolah di sini dan tinggal di asrama."

"Den."

"Elo ada kontaknya dia?"

Aku menggeleng pelan, memang tidak ada kontak milik Kin di ponselku.

"Kalo dia hubungin elo, kasih tahu gue."

Rasanya tadi aku perlu bercerita kalau reaksi Haden akan seperti ini. Haden saja sudah marah, lalu bagaimana dengan kakak bahkan papahku nanti saat tau kalau Kin sudah kembali.

~

Terkadang aku merasa lelah harus menyembunyikan perasaan ini pada Haden, berpura-pura menjadi cowok normal sama seperti yang lain, menyukai apa yang cowok normal sukai.

Menonton film dewasa bersama anak cowok yang lain, yang sebenarnya tidak aku sukai. Harus berpura-pura bernafsu saat mereka meledekku. Kadang aku ingin menyerah dan mengatakan seperti apa jati diriku.

"Ada murid baru katanya." Gilbert yang duduk di sebelahku baru kembali dari ruang guru. Dia adalah ketua kelas di kelasku.

"Masuk sini?" Tanya Derby yang duduk di belakangku.

Aku tidak berminat untuk ikut bergabung dengan percakapan Derby dan Gilbert. Aku masih sibuk menggambar di bukuku. Kalau jam kosong seperti ini aku lebih suka diam, menggambar atau pun bermain game di ponsel pintarku.

Tok tok tok

Aku mendongak saat suara papan tulis di ketok terdengar. Beberapa anak yang sedang berjalan-jalan di kelas segera kembali ke kursinya masing-masing. Di sana Pak Didik bediri.

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru."

Beberapa murid tampak berbicara. Jadi ucapan Gilbert barusan benar. Kelas ini memang punya satu bangku kosong, dan bangku itu ada di baris belakang di samping Haden.

"Ayo masuk." Pak Didik kenyuruh anak baru itu masuk.

Seketika jantungku benar-benar terasa copot, Kin berdiri di depan kelas di samping pak Didik.

"Silahkan perkenalkan nama kamu."

"Nama saya Kin Larrion Ramiro."

Tepat saat itu tatapan Kin tertuju padaku. Di tersenyum, kenapa aku merasa marah. Senyum itu, dulu aku sangat menyukainya. Tapi sekarang senyum itu seperti sesuatu yang harus segera aku enyahkan.

"Kalian bisa panggil saya Kin."

Kulihat dari ekor mataku Kin berjalan menuju bangku kosong yang ada di baris belakang. Haden sedang ijin untuk latihan jadi sekarang dia tidak ada di kelas. Entah bagaimana dia jika melihat Kin sudah ada di sini. Kenapa secepat ini, kenapa Kin harus muncul di sini.

~

Rasanya tidak nyaman sekali, Kin terus memperhatikanku sejak pelajaran tadi. Aku hanya diam, aku tidak menyapanya ataupun menghindarinya.

Karena Haden masih belum kembali dari latihan, aku pergi ke kantin bersama Gilbert.

"Hai, Than."

Baru saja aku duduk di sebuah bangku di kantin sekolah. Aku tahu percis siapa yang memanggilku dengan nama itu.

"Boleh gue duduk di sini?"

Aku tidak menjawabnya, tapi Gilbert mengiyakan pertanyaan Kin. Dia duduk di sebelahku, jujur aku tidak nyaman dengan hal seperti ini. Dan sialnya Gilbert pergi meninggalkanku dengan Kin. Dia pergi memesan makanan.

Aku berharap saat ini Haden menghubungiku, menyuruhku untuk pergi ke tempat latihannya agar bisa pergi dari situasi ini.

"Elo pasti kaget kan, Than?"

Aku masih diam saja, aku tidak tahu harus menjawab apa.

"Elo masih marah karena kejadian dulu? Gue minta maaf."

"Maaf, Kin. Aku udah lupain semuanya, kamu nggak perlu ungkit lagi. Semenjak kamu pergi, aku udah maafin semuanya dan lupain semuanya."

Aku tidak mau lagi duduk di sana, lebih baik aku pergi. Aku beranjak dari dudukku. Tapi sayang, Kin menarik tanganku.

"Gue belom kelar ngomong, Than."

Masih sama seperti dulu, Kin benar-benar tidak berubah dengan wataknya. Aku hendak menarik tanganku tapi aku sudah ditarik oleh seseorang. Itu Haden.

"Haden."

Haden menarikku untuk berdiri di belakangnya. Kupikir Haden akan mengatakan sesuatu, tapi ternyata Haden hanya menatap Kin saja. Dia lalu menarikku menjauh dari Kin. Dia terus menggandeng tanganku keluar dari area kantin.

"Den."

"Banyak sekolahan di kota ini, kenapa dia mesti milih sekolah di sini?!"

"Den." Panggilku lagi.

"Den kita bahas nanti di asrama nanti." Aku mencoba membujuknya.

"Gue mesti bikin perhitungan sama Kin."

Tbc ...

Happy Reading...

Bab terkait

  • I Kissed You After The Sunset   5

    Aku tidak menyangka jika aku akan terjebak di sini, kupikir saat Kin pergi semua masalahku sudah selesai dengannya. Tapi dia seperti piring terbang yang dilempar lalu kembali lagi pada sang pelempar. Kenapa harus kembali lagi, kalau hanya untuk mengacaukan keadaan saat ini."Den, kamu nggak perlu anggap Kin. Aku udah maafin dia. Kamu nggak perlu lakuin apa-apa lagi." Setelah percakapan itu aku pergi meninggalkan Haden yang masih terlihat kesal karena kejadian tadi. Aku tau mungkin Haden masih tidak suka, dia tahu bagaimana dulu aku hampir kehilangan diriku karena ulah Kin. Aku berjalan kembali ke kelas, aku tidak ingin membuat keributan di sekolah. Kudengar derap langkah yang kian mendekat ke arahku."Gam, tunggu."Aku hanya menggeleng, aku tidak mau membahas ini lagi. Percuma, tidak akan pernah selesai semuanya akan terungkit kembali. Dan rekaman kejadian waktu itu akan mengingatkanku pada rasa sakit hatiku."Tolong, Den.

  • I Kissed You After The Sunset   7

    Aku tidak bisa tidur, aku masih memikirkan kejadian tadi sore. Aku bisa melihat ekspresi kekecewaan di wajah Kin tadi. Apa aku keterlaluan pada Kin, mungkin saja Kin sekarang sudah berubah. Apakah aku harus bersikap biasa saja pada Kin. Aku bingung sendiri. Kadang sifat plin-planku ini membuat aku kesal sendiri."Den." Aku membalikan tubuhku menghadap ke arah Haden. Ternyata dia belum tidur, sepertinya dia masih mengerjakan sesuatu."Kenapa, elo belom tidur?""Kamu ngerjain apa?"Dia berbalik menghadapku sekarang, ia angkat buku tulisnya dan ia perlihatkan padaku."Kimia yang kemarin,"Aku hanya mengangguk dan kembali menutup wajahku dengan selimut."Nggak bisa tidur?""Iya, nih."Haden sepertinya beranjak dari kursinya, aku bisa mendengar suara kursi yang bergeser."Nonton film aja gimana?"Aku kemb

  • I Kissed You After The Sunset   8

    Semacam teman, tapi terlalu dekat. Saat perasaan cemburu ini datang aku kembali tersadar. Apa posisiku dalam hidupnya. Kamu terlalu jauh untuk aku genggam, tapi terlalu dekat untuk aku tatap. Kenapa waktu begitu menyiksa perasaanku.Katakan aku ini pengecut, tapi pengalaman yang mengajarkanku untuk bersembunyi di balik perasaanku ini. Jika tak ada kata trauma, mungkin aku sudah mengatakannya. Mengatakan kalau aku cemburu melihatmu dengan orang lain, selain aku. Kalau aku tidak suka, kau lebih mementingkan sepak bola daripada diriku. Kalau aku tidak suka saat harus pergi sendiri tanpamu.Langit di luar terlihat begitu gelap, awan hitam yang menggumpal seolah pertanda hujan akan turun. Aku masih santai menikmati espresso yang tersaji di hadapanku, ditemani sepotong ice cream cake strawberry. Aku harap hujan tidak turun sekarang, karena aku masih ingin menikmati waktu santaiku. Sejak pulang sekolah tadi ponselku sama sekali ti

  • I Kissed You After The Sunset   9

    "Ayo,"Seperti biasa dia akan merangkulku tanpa rasa ragu. Menaruh kepalaku di bawah ketiaknya. Jujur aku suka bau harum ketiaknya saat pagi hari, dan ketika hal ini absen tidak ia lakukan maka aku akan merasa kekurangan. Sudah seperti candu bagiku."Elo ganti shampoo, Gam?" Haden berhenti berjalan dan melepaskan rangkulannya dari bahuku."Iya, ini kan shampoo kamu hehe ..." Aku tertawa garing di hadapannya, aku tahu ini pasti tidak lucu."Kenapa wanginya beda. Kayaknya kalo gue yang pake wanginya gak gini.""Masa?""Aneh cium bau shampoo sendiri di pake sama orang lain."Aku menepuk pundaknya, "eih, heran, tiap hari dipake sendirinya, juga." Aku kembali berjalan meninggalkannya yang masih berdiri dengan keheranannya.* * *Hari ini kami harus ke laboratorium, guru mata pelajaran biologi akan

  • I Kissed You After The Sunset   10

    Auckland, Perlahan cahaya matahari itu masuk ke kamarku, merayap melalui celah korden jendelaku yang tidak begitu rapi menutupi jendela. Aku bisa merasakan pancarannya mengganggu tidur nyenyakku, kelopak mataku perlahan terbuka. Mengedip sejenak, menyesuaikan pandanganku setelah enam jam tertidur. Kepalaku masih sedikit pusing, kemarin malam aku harus mengerjakan tugas essayku untuk mengikuti tes masuk ke salah satu fakultas di universitas, di Auckland.Aku beranjak dari tempat tidurku, telapak kakiku bisa merasakan hawa dingin yang bersarang pada lantai kayu di kamarku. Perlahan inderaku mencium aroma antiseptik pembersih lantai yang khas, begitu menusuk penciumanku. Aku duduk di tepian ranjang, sekejap, perasaan itu kembali menghantuiku. Rasa sakit, marah, kecewa, takut dan cemas. Hingga membuat orang di sekitarku ikut merasakannya pula.Aku sedang berjuang untuk melawannya, melupakannya. Sama sep

  • I Kissed You After The Sunset   11

    Aku duduk menghadap layar laptopku, satu e-mail baru saja ku terima dari kak Ferdinand, selama ini dia selalu mengirimiku kabar tentang Haden, tanpa ku minta sekalipun. Aku hanya bersyukur, aku masih bisa tahu bagaimana keadaannya sekarang. Empat tahun, empat tahun kami tidak saling bertemu, tidak saling bertukar kabar. Entahlah, apa dia masih mengingatku, aku tidak ingin berharap, berharap pada manusia pada ujungnya hanya akan memberi luka. Hari ini kak Ferdinand mengirimiku sebuah foto, foto Haden yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Melihat foto itu membuat rasa rinduku semakin membuncah.Apa kabar? Apakah kamu masih tetap sama dengan Haden yang dulu? Semoga kamu tidak khawatir, aku baik-baik saja di sini, meskipun sendiri tapi

  • I Kissed You After The Sunset   12

    Malam semakin larut dan aku masih tetap terjaga, menatap langit-langit kamarku. Tak ada yang istimewa dari sekedar langit-langit kamar, hanya saja mataku tak mau terlepas untuk terus memandanginya. Pikiranku melayang, memikirkan surat yang dikirim oleh Haden. Sudah tiga bulan berlalu, tapi aku belum juga membalas surat dari Haden. Aku hanya terlalu bingung, dari mana aku harus mengawalinya.Untuk kembali aku belum bisa, aku masih terlalu sibuk dengan segala urusan pendidikanku di sini, atau mungkin itu hanya alasanku saja untuk menunda kepulanganku. Bukan karena aku tidak ingin menenumi Haden, bagaimana bisa aku tidak ingin bertemu dengannya. Sementara rasa bahagiaku adalah melihat bayanganku di bola matanya. Melihat senyum terukir di wajahnya karena diriku.Apa yang aku rasakan saat ini bukanlah kesedihan, atau pun kebahagiaan. Aku hanya, hanya merasa kosong.Aku terlalu takut untuk menemui Haden, bibirku mungkin bisa mengatakan kalau ak

  • I Kissed You After The Sunset   13

    Kebahagiaanku adalah menatap bayanganku di matanya dan Tuhan mengabulkannya di hari ini. Aku tidak pernah menyangka jika perasaan itu, perasaan di hari saat pertama kali dia mengulurkan tangannya untukku, merangkulku karena rundungan mereka kembali ku rasakan. Detak jantungku yang seolah berlomba, seperti akan loncat dari tempatnya. Mataku, mataku kini bisa menatapnya dengan begitu jelas. Ini bukanlah sebuah ilusi, kan?Aku tidak sedang bermimpi? Kakiku melangkah tanpa ragu ke arahnya, jemariku seolah berlomba untuk menyentuh pipinya. Mataku lekat menatap wajahnya. Rambut hitam legam itu kini tak menutupi dahinya lagi, kesan cowok tengil kini sudah tidak ada lagi di wajahnya. Dia, sudah menjadi seorang pria tampan.

Bab terbaru

  • I Kissed You After The Sunset   15

    Layaknya pohon beringin, dia kokoh dan tegap berdiri. Meski terkadang angin kencang datang mengguncang kau tetap mencoba untuk menahannya.Aku baik-baik saja sekarang, berguncanglah. Tak perlu lagi kau berpura-pura dan menahan guncangan itu.Kau ulurkan tanganmu bak ranting pohon yang rela meski tahu daunnya akan terjatuh saat melindungiku dari terik sinar matahari atau derasnya hujan yang turun. Kau tersenyum seolah mendapat kekuatan dariku, "aku baik-baik saja, aku bersyukur punya teman sepertimu yang selalu ada di sampingku." Itu katamu saat kau mencoba melindungiku.Disaat semuanya hancur kau masih tetap mencoba melindungiku dengan dahan rimbunmu. Maaf, dulu aku hanya jadi pohon kecil peneduh di hidupmu. Bukan beringin yang mampu sejajar denganmu, kokoh, tegap berdiri. Mampu menahan guncangan angin yang begitu kencang."Jangan menghindar,"Dia membuka suara, aku yang sedang menatap lantai k

  • I Kissed You After The Sunset   14

    Layaknya pohon beringin, dia kokoh dan tegap berdiri. Meski terkadang angin kencang datang mengguncang kau tetap mencoba untuk menahannya.Aku baik-baik saja sekarang, berguncanglah. Tak perlu lagi kau berpura-pura dan menahan guncangan itu.Kau ulurkan tanganmu bak ranting pohon yang rela meski tahu daunnya akan terjatuh saat melindungiku dari terik sinar matahari atau derasnya hujan yang turun. Kau tersenyum seolah mendapat kekuatan dariku, "aku baik-baik saja, aku bersyukur punya teman sepertimu yang selalu ada di sampingku." Itu katamu saat kau mencoba melindungiku.Disaat semuanya hancur kau masih tetap mencoba melindungiku dengan dahan rimbunmu. Maaf, dulu aku hanya jadi pohon kecil peneduh di hidupmu. Bukan beringin yang mampu sejajar denganmu, kokoh, tegap berdiri. Mampu menahan guncangan angin yang begitu kencang."Jangan menghindar,"Dia membuka suara, aku yang sedang menatap lantai k

  • I Kissed You After The Sunset   13

    Kebahagiaanku adalah menatap bayanganku di matanya dan Tuhan mengabulkannya di hari ini. Aku tidak pernah menyangka jika perasaan itu, perasaan di hari saat pertama kali dia mengulurkan tangannya untukku, merangkulku karena rundungan mereka kembali ku rasakan. Detak jantungku yang seolah berlomba, seperti akan loncat dari tempatnya. Mataku, mataku kini bisa menatapnya dengan begitu jelas. Ini bukanlah sebuah ilusi, kan?Aku tidak sedang bermimpi? Kakiku melangkah tanpa ragu ke arahnya, jemariku seolah berlomba untuk menyentuh pipinya. Mataku lekat menatap wajahnya. Rambut hitam legam itu kini tak menutupi dahinya lagi, kesan cowok tengil kini sudah tidak ada lagi di wajahnya. Dia, sudah menjadi seorang pria tampan.

  • I Kissed You After The Sunset   12

    Malam semakin larut dan aku masih tetap terjaga, menatap langit-langit kamarku. Tak ada yang istimewa dari sekedar langit-langit kamar, hanya saja mataku tak mau terlepas untuk terus memandanginya. Pikiranku melayang, memikirkan surat yang dikirim oleh Haden. Sudah tiga bulan berlalu, tapi aku belum juga membalas surat dari Haden. Aku hanya terlalu bingung, dari mana aku harus mengawalinya.Untuk kembali aku belum bisa, aku masih terlalu sibuk dengan segala urusan pendidikanku di sini, atau mungkin itu hanya alasanku saja untuk menunda kepulanganku. Bukan karena aku tidak ingin menenumi Haden, bagaimana bisa aku tidak ingin bertemu dengannya. Sementara rasa bahagiaku adalah melihat bayanganku di bola matanya. Melihat senyum terukir di wajahnya karena diriku.Apa yang aku rasakan saat ini bukanlah kesedihan, atau pun kebahagiaan. Aku hanya, hanya merasa kosong.Aku terlalu takut untuk menemui Haden, bibirku mungkin bisa mengatakan kalau ak

  • I Kissed You After The Sunset   11

    Aku duduk menghadap layar laptopku, satu e-mail baru saja ku terima dari kak Ferdinand, selama ini dia selalu mengirimiku kabar tentang Haden, tanpa ku minta sekalipun. Aku hanya bersyukur, aku masih bisa tahu bagaimana keadaannya sekarang. Empat tahun, empat tahun kami tidak saling bertemu, tidak saling bertukar kabar. Entahlah, apa dia masih mengingatku, aku tidak ingin berharap, berharap pada manusia pada ujungnya hanya akan memberi luka. Hari ini kak Ferdinand mengirimiku sebuah foto, foto Haden yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Melihat foto itu membuat rasa rinduku semakin membuncah.Apa kabar? Apakah kamu masih tetap sama dengan Haden yang dulu? Semoga kamu tidak khawatir, aku baik-baik saja di sini, meskipun sendiri tapi

  • I Kissed You After The Sunset   10

    Auckland, Perlahan cahaya matahari itu masuk ke kamarku, merayap melalui celah korden jendelaku yang tidak begitu rapi menutupi jendela. Aku bisa merasakan pancarannya mengganggu tidur nyenyakku, kelopak mataku perlahan terbuka. Mengedip sejenak, menyesuaikan pandanganku setelah enam jam tertidur. Kepalaku masih sedikit pusing, kemarin malam aku harus mengerjakan tugas essayku untuk mengikuti tes masuk ke salah satu fakultas di universitas, di Auckland.Aku beranjak dari tempat tidurku, telapak kakiku bisa merasakan hawa dingin yang bersarang pada lantai kayu di kamarku. Perlahan inderaku mencium aroma antiseptik pembersih lantai yang khas, begitu menusuk penciumanku. Aku duduk di tepian ranjang, sekejap, perasaan itu kembali menghantuiku. Rasa sakit, marah, kecewa, takut dan cemas. Hingga membuat orang di sekitarku ikut merasakannya pula.Aku sedang berjuang untuk melawannya, melupakannya. Sama sep

  • I Kissed You After The Sunset   9

    "Ayo,"Seperti biasa dia akan merangkulku tanpa rasa ragu. Menaruh kepalaku di bawah ketiaknya. Jujur aku suka bau harum ketiaknya saat pagi hari, dan ketika hal ini absen tidak ia lakukan maka aku akan merasa kekurangan. Sudah seperti candu bagiku."Elo ganti shampoo, Gam?" Haden berhenti berjalan dan melepaskan rangkulannya dari bahuku."Iya, ini kan shampoo kamu hehe ..." Aku tertawa garing di hadapannya, aku tahu ini pasti tidak lucu."Kenapa wanginya beda. Kayaknya kalo gue yang pake wanginya gak gini.""Masa?""Aneh cium bau shampoo sendiri di pake sama orang lain."Aku menepuk pundaknya, "eih, heran, tiap hari dipake sendirinya, juga." Aku kembali berjalan meninggalkannya yang masih berdiri dengan keheranannya.* * *Hari ini kami harus ke laboratorium, guru mata pelajaran biologi akan

  • I Kissed You After The Sunset   8

    Semacam teman, tapi terlalu dekat. Saat perasaan cemburu ini datang aku kembali tersadar. Apa posisiku dalam hidupnya. Kamu terlalu jauh untuk aku genggam, tapi terlalu dekat untuk aku tatap. Kenapa waktu begitu menyiksa perasaanku.Katakan aku ini pengecut, tapi pengalaman yang mengajarkanku untuk bersembunyi di balik perasaanku ini. Jika tak ada kata trauma, mungkin aku sudah mengatakannya. Mengatakan kalau aku cemburu melihatmu dengan orang lain, selain aku. Kalau aku tidak suka, kau lebih mementingkan sepak bola daripada diriku. Kalau aku tidak suka saat harus pergi sendiri tanpamu.Langit di luar terlihat begitu gelap, awan hitam yang menggumpal seolah pertanda hujan akan turun. Aku masih santai menikmati espresso yang tersaji di hadapanku, ditemani sepotong ice cream cake strawberry. Aku harap hujan tidak turun sekarang, karena aku masih ingin menikmati waktu santaiku. Sejak pulang sekolah tadi ponselku sama sekali ti

  • I Kissed You After The Sunset   7

    Aku tidak bisa tidur, aku masih memikirkan kejadian tadi sore. Aku bisa melihat ekspresi kekecewaan di wajah Kin tadi. Apa aku keterlaluan pada Kin, mungkin saja Kin sekarang sudah berubah. Apakah aku harus bersikap biasa saja pada Kin. Aku bingung sendiri. Kadang sifat plin-planku ini membuat aku kesal sendiri."Den." Aku membalikan tubuhku menghadap ke arah Haden. Ternyata dia belum tidur, sepertinya dia masih mengerjakan sesuatu."Kenapa, elo belom tidur?""Kamu ngerjain apa?"Dia berbalik menghadapku sekarang, ia angkat buku tulisnya dan ia perlihatkan padaku."Kimia yang kemarin,"Aku hanya mengangguk dan kembali menutup wajahku dengan selimut."Nggak bisa tidur?""Iya, nih."Haden sepertinya beranjak dari kursinya, aku bisa mendengar suara kursi yang bergeser."Nonton film aja gimana?"Aku kemb

DMCA.com Protection Status