Rere serta keluarga barunya tengah berkumpul bersama di ruang keluarga. Aldo tengah bermain bersama Kenan. Malam ini Rere masih menginap di rumah mertuanya. "Kapan kalian akan mengelar resepsi?" tanya Rina. "Secepatnya, Ma," jawab Aldo."Aku maunya bulan ini, Sayang," pinta Rere."Engggak mau pesan gaun pengantin dulu? Buat gaun bisa lama," jelas Aldo. "Pakai yang sudah jadi saja. Gaun yang cantik banyak koq," jawab Rere.Aldo mengedikan bahu. "Terserah kamu saja. Aku akan ikut.""Mama dan Papa akan membantu kalian," sahut Rina.Kenan menguap karena mengantuk. Dia langsung saja menghampiri sang ibu. Kenan langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan Rere. Rere mengusap lembut puncak kepala Kenan. Tidak lama putranya itu tertidur. Aldo memanggil pengasuhnya untuk memindahkan Kenan ke kamarnya sendiri. Malam ini Aldo ingin bersama istrinya. Dia tidak ingin diganggu. Orangtua Aldo juga ikut masuk ke kamar mereka sendiri. "Sayang ... kita ke kamar juga, yuk," ajak Aldo. Rere men
Rere membereskan semua pakaiannya dan Kenan. Hari ini mereka akan pindah ke rumah Aldo. Hanya pakaian serta barang-barang penting saja yang dia bawa. Lainnya Rere tinggalkan. Di rumah Aldo sudah banyak barang yang lebih mewah. Rere terbaring lelah di kasur. "Capek?" tanya Aldo yang baru masuk ke kamar."Kamu kemana saja, sih? Aku capek dari tadi," gerutu Rere. "Tadi aku suruh menyuruh pelayan untuk membantumu, tapi kamunya enggak mau. Bilangnya mau sendirian," jawab Aldo. Aldo duduk disamping Rere. Dia memijit lengan Rere dengan lembut. Rere melepas tangan Aldo dari lengannya. Dia bangkit duduk lalu membelakangi Aldo. "Sayang ... pundak aku yang capek.""Iya ... sini aku pijitin." Aldo memijit kedua bahu Rere dengan lembut. Rere merasa rileks kembali. "Sayang ... kaki aku juga," pinta Rere dengan suara manja. Rere berbaring menelungkup. Aldo menuruti semua keinginan Rere. Dia memijit punggung dan kaki. Aldo merebahkan dirinya disamping sang istri. Dia mulai memainkan rambut pa
Aldo menekan bel rumah Celine. Rumah mewah yang di tempati kekasihnya itu adalah rumah pemberiannya. Tidak lama pintu terbuka. "Aldo!" Celine langsung saja memeluk kekasihnya. Aldo melepas pelukannya dan masuk ke dalam rumah. Dia duduk di sofa dan Celine juga ikut duduk disampingnya. "Aku sudah kangen kamu. Akhirnya kamu mengunjungi diriku juga," ucap Celine dengan mata penuh binar kebahagian."Aku minta putus, Celine," kata Aldo. Celine tersentak dan mundur. "Apa maksudmu, Al?""Kita harus putus. Aku ingin kita putus," ucap Aldo tegas. Celine mengeleng. "Tega kamu, Al. Apakah ini semua rencanamu. Pertama kamu memintaku menjauh. Lalu kedua kamu menikahi wanita itu. Dan sekarang kamu minta putus. Apa itu semua rencanamu yang memang sudah tidak mencintaiku lagi?"Aldo mengembuskan napas kasarnya. Dia juga bingung dengan situasi ini. Salahnya sendiri yang terlalu mudah menuruti permintaan Rere untuk menikah. "Rere mengetahui kita masih berhubungan. Dia marah karena hal itu. Pahami
Rencana resepsi akan digelar. Sesuai permintaan sang istri. Aldo membuat pesta yang meriah. Sebagai pengusaha nomor satu di Kota J. Acara resepsi itu akan diliput oleh media. Hotel tempat berlangsungnya acara sudah dihias dengan seindah mungkin. Gaun pengantin juga sudah siap. Tamu-tamu penting juga sudah diundang. Meski acara resepsi itu dilakukan dengan dadakan, namun acara itu tidak dibuat secara sembarangan. Semua penyelenggara acara didalamnya merupakan orang-orang yang berpengalaman. Tentu saja Aldo tidak ingin membuat sang istri merasa kecewa. Aldo dan Rere sudah berada di dalam kamar hotel. Acara resepsi itu akan diadakan besok malam tepat di hotel tempat mereka menginap sekarang."Aku gugup, Al. Aku sedikit malu akan bertemu dengan beberapa media," ucap Rere. "Jangan malu. Sebagai istri dari seorang Aldo, kamu akan selalu berhubungan dengan media.""Tapi aku takut. Bagaimana kalau aku salah bicara?" tanya Rere."Jangan khawatir. Aku akan selalu bersamamu. Jawab saja sepe
Rasanya kaki Rere ingin patah karena terlalu lama berdiri. Para tamu juga belum pada habis. Aldo memperhatikan istrinya yang berdiri dengan tidak nyaman. "Kamu kenapa?" bisik Aldo. "Kakiku sakit," balas Rere dengan berbisik. "Duduklah dulu," kata Aldo. Aldo membawa Rere untuk duduk. Dia sedikit mengangkat gaun yang dipakai oleh sang istri. Aldo membuka sepatu heel yang dikenakan Rere."Sepatunya dilepas saja, ya?""Terus aku pakai apa?" tanya Rere. "Enggak usah pakai. Sebentar lagi acara selesai. Lagian tidak akan tampak jika kamu tidak memakai sepatu. Gaunnya sangat panjang dan bisa menutupi kakimu yang polos," terang Aldo. Rere menganguk. "Baiklah ...."Aldo melepas sepatu Rere di kaki satunya. Jadilah Rere tidak memakai apa pun. Satu per satu tamu undangan memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai. Suasana ballroom hotel mulai sepi. Tamu undangan yang hadir sudah pulang ke tempatnya masing-masing. Rere dan Aldo duduk di kursi meja makan.Mereka tengah makan malam bersama.
Rere dan Aldo saat ini tengah berada di dalam pesawat pribadi. Aldo membawa sang istri pergi bulan madu ke Budapest, Hungaria. Setelah melewati malam panjang di hotel, Aldo tidak ingin membuang waktu lagi. Besoknya dia membawa sang istri untuk berbulan madu. Selama seminggu Rere dan Aldo akan berada di Budapest. "Sayang ... ayo bangun. Kita sudah sampai," ucap Aldo dengan menguncang tubuh istrinya pelan.Rere mengeliat. Dia meregangkan otot-otot tubuh serta membuka perlahan matanya. "Apa sudah sampai?"Aldo mengangguk. "Sebentar lagi sebenarnya. Kamu cuci wajahmu dulu."Rere mengangguk. "Iya ...."Rere perlahan bangkit dengan siku tangan sebagai penyangga tubuhnya. Dia duduk lalu perlahan bangkit berdiri dari ranjang kasur. Rere melangkah menuju toilet. Dia menghidupkan kran air lalu membasuh wajahnya. Rere menatap wajahnya di cermin.Dia menatap pipinya yang sedikit berisi. Lalu bagian sensitifnya yang terlihat lebih besar. "Apa ini perasaanku saja? Aku sepertinya agak gemukka
Dengan perlahan Rere turun dari ranjang. Dia masuk ke kamar mandi. Aldo tengah tertidur lelap setelah sekali lagi memuaskan dirinya. Rere membuka kimono satin yang dia kenakan. Rere mengamati dua bentuk bagian sensitifnya yang mengencang dan sakit. "Kenapa ini terasa sakit? Aku tidak pernah mengalaminya. Apa mungkin aku ada menderita suatu penyakit?" tanya Rere pada dirinya sendiri. Rere lalu keluar dari kamar mandi. Dia mengambil ponselnya. Rere melihat tanggal terakhir dia datang tamu bulanan. "Astaga! Aku sudah hampir telat dua bulan. Kenapa aku bisa lupa dengan hal ini? Tapi aku sudah meminum pil pencegah itu. Tidak mungkin aku hamil sekarang," gumam Rere.Rere membuka tasnya. Dia mengambil botol obat yang bertuliskan vitamin kulit. Namun sebenarnya itu adalah pil pencegah kehamilan. Rere menyalinnya di botol yang berbeda. Rere meminum pil yang berwarna pink itu. Dia berharap setelah meminum pil itu, tamu bulanannya akan datang.Namun tanpa Rere sadari. Pil berwarna pink itu
Rere bangun pagi-pagi. Dia segera mengambil test pack dari dalam tasnya. Segera saja Rere masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu. Rere mulai melakukan test kehamilannya sendiri. Dalam hati Rere berdoa, agar dia tidak hamil. Dalam tiga puluh detik, test itu menunjukkan dua garis merah. Rere menutup bibirnya. Dia mengeleng tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Apa test pack ini rusak? Tidak mungkin aku hamil. Aku rutin meminum pil pencegah itu." Rere kembali menguji test pack yang kedua. Lagi-lagi hasilnya menunjukkan dua garis merah. Rere terduduk lemas di closet. Dia menundukkan kepalanya dengan satu tangan sebagai penyangga. "Apa ini? Kenapa bisa begini? Apa aku salah minum obat?" keluh Rere. Rere mematahkan test pack itu menjadi dua bagian lalu membuangnya di closet. Rere merobek kecil-kecil bungkusan kertas test itu lalu membuangnya di tempat sampah. "Tenang Rere." Rere mengembuskan napasnya. "Jangan sampai Aldo tahu, jika aku tengah hamil saat ini. Kehamilan ini harus
"Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Liora membersihkan wajahnya dari segala make up yang menempel. Sedang Kenan sudah berada di dalam kamar mandi membersihkan diri. Pintu kamar mandi terdengar dibuka. Kenan keluar dengan rambutnya yang basah. Ia melirik Liora yang masih berkutat membersihkan wajahnya. Sanggul di rambutnya saja belum ia buka. "Belum selesai juga bersihin wajahnya?" Liora menyengir. "Riasannya banyak ditimpa, Ken. Jadi agak susah bersihinnya."Kenan mendekat kemudian membantu melepas jepitan sanggul yang masih belum Liora buka. Ia melepas jepitan hitam dari rambut Liora dengan pelan. "Rambutnya sudah selesai. Kamu cepetan mandi.""Terima kasih, Sayang ... udah bantuin buka jepitan rambutku," ucap Liora seraya bangkit dari duduknya.Kenan memejamkan matanya seraya menunggu Liora dari kamar mandi. Tidak lama Liora keluar. Ia mengosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Sudah tidur rupanya," gumam Liora tak kala melihat Kenan sudah memejamkan matanya. Liora berjalan menuju jendela kamar ho
Gaun pengantin berwarna putih dipakaikan ke tubuh indah Liora. Rambut yang panjang itu juga sudah ditata. Riasan tipis di wajahnya membuat Liora semakin mempesona. Sepatu high heel berwarna putih dengan taburan batu permata terpasang di kaki Liora. Sebuket bunga juga sudah ia pegang. Liora tinggal menunggu datangnya seseorang yang akan menjemputnya untuk dibawa ke Altar pernikahan. Hari ini Liora dan Kenan akan mengikat janji sehidup semati. Karena masalah video itu. Pernikahan Kenan malah ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai. Mereka penasaran dan ingin menyaksikan sepasang kekasih itu saling mengikat janji.Kenan dijuluki sebagai pangeran yang telah menolong seorang gadis miskin bernama Liora. Kisah cinderella terjadi dalam kehidupan nyata. Tiba-tiba saja pasangan Liora dan Kenan menjadi idola. Permen lolipop yang menjadi saksi bisu kedekatan Kenan dan Liora banyak dijual oleh para pedagang dan laris manis. Mereka menamainya permen Kenli. Dalam waktu yang singkat semuanya beruba
"Sayang ... apa kamu yakin?" tanya Kenan.Liora mengangguk. "Iya. Kita adakan saja klarifikasi dan juga umumkan tentang tanggal pernikahan.""Kita pulang saja dulu ke rumah. Kita bicarakan ini bersama daddy dan mommy," ucap Kenan."Iya ... kita pulang saja dulu." Liora meraih tasnya dan Kenan memasukkan kembali laptop ke dalam tas kerja. Keduanya keluar dari dalam ruangan. Kenan mengengam erat jemari tangan calon istrinya itu. Para pengawal yang berada di luar, tetap berjaga-jaga. Kenan dan Liora keluar dari dalam cafe. Para pengunjung sudah dibubarkan oleh pengawal yang Kenan perintahkan. Liora bergegas masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Kenan.Di dunia maya sosok Kenan kembali diungkap. Angel diseret-seret dan menjadikan namanya dikenal kembali. Skandal Aldo juga sempat disinggung. Namun berita itu segera ditutup oleh Kenan dan orang suruhan Aldo. Kenan mengendarai mobilnya menuju kediaman Aldo. Di sana keluarganya sudah menunggu kedatangannya bersama dengan Liora. Di sepa