"Kenan," panggil Rere saat baru masuk ke dalam rumah. Mendengar suara dari mommynya. Segera saja Kenan berlari menghampiri sang ibu. "Mommy," ucap Kenan seraya memeluk Rere. "Mom kangen," ucap Rere. "Kenan juga.""Kenan enggak kangen sama Daddy?" sahut Aldo. "Kangen juga dong," kata Ken seraya naik ke atas gendongan Aldo. "Apa Mom dan Daddy punya kabar baik untuk Kenan?" tanyanya.Rere menautkan kedua alisnya seolah bingung akan pertanyaan dari sang buah hati."Maksudnya, hadiah?" tanya Rere. Kenan menganguk. "Ya ... hadiah kecil buat teman main Kenan.""Daddy banyak membelikan Kenan hadiah dari luar. Nanti kita buka sama-sama hadiahnya," sahut Aldo. Kenan mengeleng. "Bukan ... kata kakek dan nenek, Mom dan Dad pergi ingin memberiku hadiah adik."Rere tersentak akan ucapan dari putranya. Keinginan Kenan untuk punya adik memang sudah terwujud. Namun Rere tidak boleh memberitahu siapa pun, jika dia tengah berbadan dua saat ini.Aldo tersenyum lalu mengecup pipi lembut pipi Kena
Mobil Rere terparkir di sebuah restoran. Setelah dari rumah sakit. Rere singgah untuk membeli makan siang untuk sang suami. Rere masuk ke dalam restoran yang cukup mewah itu. Dia menuju bagian kasir dan memesan menu makan siang. Selagi makanan dibuat, Rere duduk di kursi seraya bermain ponsel. "Renita," panggil seseorang dari arah belakang. Rere menoleh tak kala namanya dipanggil. "Kamu benar-benar Renita?""K-k-kamu," kata Rere terbata-bata."Rere ... aku sudah lama mencarimu," kata Dion seraya berhambur merangkul tubuh Rere dengan erat."Lepaskan, Dion!" Rere mendorong tubuh Dion agar menjauh darinya.Rere memperhatikan penampilan Dion yang tampak berbeda. Mantan kekasihnya itu memakai jas mahal. Jam serta sepatu bermerek.Tubuhnya semakin berotot dan kekar. Apalagi wajahnya semakin tampan saja. Bisa dipastikan Dion sudah mengalami perubahan total. "Kamu bersenang-senang dengan harta kekayaanku. Penampilanmu sungguh sangat berbeda," cecar Rere. Dion meraih tangan Rere. "Aku men
Aldo memeluk istrinya dari belakang. Dia mengecup bahu sang istri. Aldo menurunkan tali gaun malam yang yang dipakai oleh Rere.Aldo mengecupi bahu polos itu hingga ke bagian jenjang dan telinga. Tangannya sudah berada dibagian yang menonjol. Menekan lembut seolah membangkitkan gelora dari sang istri. Rere melepas tangan Aldo yang melingkar di perutnya."Maaf, Sayang. Aku sedang datang bulan," kilah Rere."Hah? Kamu lagi dapet?" tanya Aldo seakan tidak percaya. Rere mengangguk. "Iya ... aku lagi dapat. Tunggu seminggu lagi, yah?"Aldo menarik kedua sudut bibirnya. Dia sudah bergelora untuk melakukan adegan panas malam ini. Namun nyatanya sang istri lagi berhalangan.Rere tentu berbohong akan hal itu. Mengingat Celine yang datang ke kantor Aldo tadi siang, lalu bekas cinta, semua itu membuatnya sakit hati. Ada rasa perih yang teramat sangat. Rere membayangkan betapa panasnya, suaminya itu bermain bersama kekasihnya. Rasanya Rere enggan untuk disentuh. Dia merasa jijik akan hal itu.
Sesuai dengan permintaan Rere. Malam ini juga Dion melaksanakan apa yang diperintahkah oleh mantan kekasihnya itu. Dion sudah berada di club malam. Setiap hari dia melihat Celine juga berada di tempat yang sama. Dan beberapa hari yang lalu juga. Mereka berdua sempat bertegur sapa dan saling berbincang. Dion melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir tiga puluh menit, namun Celine belum juga menampakkan batang hidungnya."Apa wanita itu tidak datang, yah?" tanya Dion pada diri sendiri. Dion meneguk minuman dingin berwarna coklat yang telah diberi es batu sampai habis. Dia juga mengunyah kacang sebagai cemilannya. Dion menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Dia akan menunggu setengah jam lagi. Kalau sampai saat itu Celine tidak datang, maka dia akan pergi. Celine tiba di club malam tempat biasa untuk menghibur dirinya. Dia bosan sendirian di rumah. Ingin bersama Aldo, tidaklah mungkin. Beruntung saja tadi siang, dia bisa membuat Aldo menidurinya. Rasanya Celine mengingi
Dion membenamkan kepalanya dibawah sana. Mengobrak-abrik apa yang ada di dalam dengan tangan dan juga bibirnya. Celine menekan kepala Dion agar semakin dalam mempermainkan dirinya. Rasa nikmat menyentuh kedalam sanubarinya. Celine mencengkram bantal saat dia sudah mencapai pelepasan. Dion bangkit dan mulai memposisikan dirinya. Hujaman keras dan cepat dia berikan dalam permainan panas itu. Celine tidak kuasa menahannya. Dion bak penunggang yang berpacu cepat memompa tubuhnya. Berbagai posisi mereka lakukan. Malam itu menjadi malam panjang bagi keduanya. Dion dan Celine terbaring kelelahan. "Apa kamu mau menjadi kekasihku?" tanya Dion. "Maksudmu kekasih gelap?" tanya Celine. "Aku menginginkan kamu sebagai kekasihku seutuhnya. Tapi kamu sudah punya kekasih," ucap Dion penuh dengan rasa kecewa. "Kamu mau menjadi penghiburku? Disaat aku butuh, kamu harus bisa menemaniku," pinta Celine. "Kalau itu, aku selalu siap, Sayang. Aku juga membutuhkan dirimu," kata Dion dengan bibir menge
"Sayang!" panggil Rere dengan manjanya.Rere masuk ke dalam ruangan Aldo. Dia membawa berkas yang akan diperiksa dan ditanda tangani oleh Aldo sebagai atasan. Terlihat Aldo tengah berkutat dengan laptop yang ada di depannya. Saat ini perusahaan Aldo tengah membangun sebuah hotel di luar kota. "Lagi apa?" tanya Rere seraya meletakkan berkas di atas meja."Lagi buat design hotel," jawab Aldo.Dahi Rere berkerut. "Kamu bisa gambar?"Aldo mengangguk. "Bisa. Kalau aku tidak suka rancangan arsitek kita, aku akan membuatnya sendiri.""Aku bawa berkas yang harus kamu tanda tangan." Rere melingkarkan kedua tangannya di leher sang suami. "Aku periksa dulu," kata Aldo. Aldo membuka berkas yang dibawa oleh sang istri. Rere mendaratkan kecupan di pipi tak kala Aldo ingin membaca berkas itu. Aldo menoleh lalu berganti mengecup bibir penuh milik istrinya. Bibir keduanya bertautan. Rere duduk di pangkuan sang suami. "Tanda tangan dulu," pinta Rere dengan suara manjanya. "Iya ...."Tanpa me
Pagi harinya Aldo, Rere dan Kenan, tengah sarapan bersama. Tidak ada yang bicara. Semuanya makan dalam diam.Aldo melirik Rere yang dari bangun tidur, tidak berbicara padanya. Rere seakan sibuk sendiri dengan kegiatannya."Kenan ... kamu perginya sama Mommy saja. Hari ini Mommy akan mengunjungi gurumu," ujar Rere. Kenan mengangguk. "Iya, Mom."Memang setiap sebulan sekali, Rere akan pergi menemui guru Kenan. Itu dilakukan Rere untuk mengetahui perkembangan putranya di sekolah. Rere menyeka bibirnya dengan sapu tangan. Dia bangkit dari kursi. Rere mengulurkan tangannya pada Aldo. Rere mengecup punggung tangan suaminya. "Aku pergi dulu."Segera saja Rere meraih tangan Kenan dan membawanya keluar dari rumah. Aldo menghela napas. Dia tahu Rere marah padanya. Aldo baru pulang ke rumah saat jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Aldo tertidur di rumah Celine. "Rere pasti marah. Kenapa juga aku pakai ketiduran," kesal Aldo pada dirinya sendiri. Rere mengendarai mobilnya menuju sekolah Ke
Dion keluar dari dalam mobilnya. Dia merapikan dahulu jas mewah yang telah melekat di tubuh bidangnya. Dion melangkah masuk ke kantor Aldo. Hari ini dia ada temu janji pada Rere dan juga Aldo. Dion melangkah menuju bagian receptionist. "Pagi ... saya Dion. Saya sudah ada temu janji dengan ibu Rere."Dion menampilkan senyum manis. Karyawan wanita itu salah tingkah. Dion terlalu mempesona baginya. Dia lalu mengangkat telepon, namun pandangan matanya tidak lepas dari memperhatikan raut tampan dihadapannya. Karyawan itu selesai bicara dan menutup teleponnya kembali ke tempat semula. "Anda silakan saja langsung menuju lantai 8. Ibu Rere sudah menunggu Anda di sana," jelas karyawan itu."Baiklah. Terima kasih," ucap Dion dengan senyum manisnya. Dion berjalan menuju lift. Dia masuk dan menekan angka 8 menuju lantai di mana Rere berada. Dion keluar dari lift. Di luar lift sudah ada karyawan wanita yang mengantarkan Dion masuk keruangan Rere. Pintu dibuka dan Dion dipersilakan untuk ma
"Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Liora membersihkan wajahnya dari segala make up yang menempel. Sedang Kenan sudah berada di dalam kamar mandi membersihkan diri. Pintu kamar mandi terdengar dibuka. Kenan keluar dengan rambutnya yang basah. Ia melirik Liora yang masih berkutat membersihkan wajahnya. Sanggul di rambutnya saja belum ia buka. "Belum selesai juga bersihin wajahnya?" Liora menyengir. "Riasannya banyak ditimpa, Ken. Jadi agak susah bersihinnya."Kenan mendekat kemudian membantu melepas jepitan sanggul yang masih belum Liora buka. Ia melepas jepitan hitam dari rambut Liora dengan pelan. "Rambutnya sudah selesai. Kamu cepetan mandi.""Terima kasih, Sayang ... udah bantuin buka jepitan rambutku," ucap Liora seraya bangkit dari duduknya.Kenan memejamkan matanya seraya menunggu Liora dari kamar mandi. Tidak lama Liora keluar. Ia mengosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Sudah tidur rupanya," gumam Liora tak kala melihat Kenan sudah memejamkan matanya. Liora berjalan menuju jendela kamar ho
Gaun pengantin berwarna putih dipakaikan ke tubuh indah Liora. Rambut yang panjang itu juga sudah ditata. Riasan tipis di wajahnya membuat Liora semakin mempesona. Sepatu high heel berwarna putih dengan taburan batu permata terpasang di kaki Liora. Sebuket bunga juga sudah ia pegang. Liora tinggal menunggu datangnya seseorang yang akan menjemputnya untuk dibawa ke Altar pernikahan. Hari ini Liora dan Kenan akan mengikat janji sehidup semati. Karena masalah video itu. Pernikahan Kenan malah ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai. Mereka penasaran dan ingin menyaksikan sepasang kekasih itu saling mengikat janji.Kenan dijuluki sebagai pangeran yang telah menolong seorang gadis miskin bernama Liora. Kisah cinderella terjadi dalam kehidupan nyata. Tiba-tiba saja pasangan Liora dan Kenan menjadi idola. Permen lolipop yang menjadi saksi bisu kedekatan Kenan dan Liora banyak dijual oleh para pedagang dan laris manis. Mereka menamainya permen Kenli. Dalam waktu yang singkat semuanya beruba
"Sayang ... apa kamu yakin?" tanya Kenan.Liora mengangguk. "Iya. Kita adakan saja klarifikasi dan juga umumkan tentang tanggal pernikahan.""Kita pulang saja dulu ke rumah. Kita bicarakan ini bersama daddy dan mommy," ucap Kenan."Iya ... kita pulang saja dulu." Liora meraih tasnya dan Kenan memasukkan kembali laptop ke dalam tas kerja. Keduanya keluar dari dalam ruangan. Kenan mengengam erat jemari tangan calon istrinya itu. Para pengawal yang berada di luar, tetap berjaga-jaga. Kenan dan Liora keluar dari dalam cafe. Para pengunjung sudah dibubarkan oleh pengawal yang Kenan perintahkan. Liora bergegas masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Kenan.Di dunia maya sosok Kenan kembali diungkap. Angel diseret-seret dan menjadikan namanya dikenal kembali. Skandal Aldo juga sempat disinggung. Namun berita itu segera ditutup oleh Kenan dan orang suruhan Aldo. Kenan mengendarai mobilnya menuju kediaman Aldo. Di sana keluarganya sudah menunggu kedatangannya bersama dengan Liora. Di sepa