Pesawat mendarat dengan selamat. Kenan dan Liora turun sambil berpegangan tangan. Pegangannya seperti seorang kekasih yang tidak ingin wanita yang dicintainya lepas.Doni datang menjemput keduanya. Kenan memutuskan untuk pulang malam, karena dia ingin hanya Doni saja yang datang menjemput. "Selamat datang, Tuan," ucap Doni."Tidak ada yang tahu kepulanganku, kan?" tanya Kenan. "Tidak, Tuan," jawab Doni.Liora mengerutkan dahinya. Dalam hati dia bertanya-tanya. Mengapa Kenan harus diam-diam pulang tanpa memberitahukan keluarganya."Ken ... ada yang kamu sembunyikan?" tanya Liora.Kenan mengeleng. "Aku hanya tidak ingin mereka datang menjemputku pada dini hari. Aku juga ingin menunjukkan tempat tinggalmu yang baru.""Seperti itu rupanya," ujar Liora. "Kita pulang sekarang. Selamat datang di Indonesia, Liora," ucap Kenan. Liora tersenyum. "Terima kasih, Kenan."Kenan membawa Liora menuju mobil. Doni juga bertanya-tanya dalam hati. Siapa gerangan wanita yang Kenan bawa. Dia mengetahui
Liora mengerjap lalu membuka matanya perlahan. Tubuhnya susah untuk digerakkan. Liora melihat tangan kekar yang melingkah di atas perutnya. Dia menoleh ke samping. Kenan tertidur pulas dengan memeluknya. Liora menatap wajah tampan yang dalam keadaan tidur saja sangat menarik.Seperti biasanya. Kenan tidur dengan membuka pakaian atasnya. Lengan serta otot-otot perutnya sangat mengiurkan untuk dilihat. Apalagi selimut mereka telah melorot sampai di pinggang.Wajah Liora merah padam saat menatap bagian bawah Kenan. Dia mengigit bibir bawahnya. Celana yang dipakai Kenan sampai di pinggul. Betapa mengoda dan menariknya jika bagian itu sedikit lagi turun. "Kamu ingin melihatnya?" tanya Kenan yang sudah membuka mata.Liora tersentak kaget. "K-k-kamu!"Kenan mendorong Liora hingga tubuh wanita itu telentang. Kenan sudah berada di atasnya. Mata keduanya saling tatap."Kamu ingin merasakan tubuhku?" tanya Kenan."K-kenpa kamu tidur di sini?" tanya balik Lio."Ini apartemen milikku dan kamar i
"Mom ... Kenan pulang," teriaknya. "Ken ... kamu sudah kembali rupanya. Kenapa tidak memberitahu Mommy?" ujar Rere yang langsung memeluk putranya."Kenan tidak ingin merepotkan Mommy," ucapnya. "Ken ... cepat sekali pulangnya? Katanya mau sampai bulan depan," sela Aldo."Kenan sudah bertemu dengan para teman. Jadi Kenan pulang saja," ucapnya. "Besok saja kamu ke kantor. Hari ini biar Daddy saja yang ke kantor. Kamu istirahat saja," kata Aldo. Kenan mengangguk. "Iya. Daddy perginya bersama Doni saja. Dia masih ada di luar.""Baiklah, Daddy pergi dulu." Aldo menghampiri Rere lalu mendaratkan kecupan di kening dan bibir."Malu, Sayang," kata Rere."Kenan juga sudah terbiasa," ucap Aldo. Kenan memutar mata malasnya. Sudah menjadi hal biasa baginya maupun adik-adiknya melihat kemesraan Aldo dan Rere. Tetapi Kenan bahagia karena di masa tua, kedua orang tuanya semakin mesra saja."Ken ... kamu juga harus luangkan waktu untuk acara pertunangan. Sebelum itu kita sekeluarga ziarah dulu k
Suasana masih diselimuti dengan ketidakharmonisan. Kenan dan kedua orang tuanya masih terlibat perang dingin. Rachel dan Axel saling tatap. Keduanya mengeleng sebab tidak tahu apa yang telah terjadi. Sarapan pagi yang biasa dilalui dengan obrolan ringan. Kini seperti ada suasana mencekam yang menyelimuti ruang makan. "Dad, Mom ... Axel dan Rachel berangkat kuliah," pamit Axel. "Hemm," jawab Aldo. "Hati-hati di jalan, Sayang," ucap Rere dengan mengecup pipi kedua putra dan putrinya. "Kak ... kita berangkat," pamit Rachel."Iya," jawab Aldo. Rachel dan Axel hanya tinggal menyelesaikan pendidikan terakhir mereka saja. Dan dalam tahun ini mereka akan lulus. Kenan selesai dengan sarapan paginya. "Mom, Dad ... Kenan berangkat."Tidak ada sahutan dari bibir keduanya. Kenan menghampiri Rere. Dia mendaratkan kecupan di kening. Namun Rere mengalihkan pandangan wajahnya ke arah lain. Kenan melangkah pergi keluar. Inilah yang harus dia hadapi. Yang jelas Kenan sudah memberitahu semuanya.
"Bagaimana? Apa rasanya nikmat?" tanya Kenan dengan mengusap sedikit ujung bibir Liora yang basah."Mengapa kamu menyentuhku?" sungut Liora."Karena aku mencintaimu dan sekarang kamu adalah kekasihku," jawab Kenan."Ken ... apa kamu tidak waras? Kamu sudah akan menikah. Aku tidak ingin dicap sebagai perebut kekasih wanita lain," jelas Liora.Kenan menghela lalu merebahkan kepala Liora ke dalam tubuh bidangnya. "Aku akan membatalkan perjodohan itu. Kamu tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja. Aku yakin sekali jika Elie akan mengerti dengan perasaanku. Tidak mungkin dia jatuh cinta padaku. Kami baru saja berkenalan.""Tapi Ken ... bagaimana dengan kedua orang tuamu? Ini tidak benar," ujar Liora. Kenan meraih kedua wajah wanitanya. "Katakan padaku. Apa kamu juga punya perasaan yang sama denganku? Apa kamu jugs mencintaiku? Jika kamu tidak mencintaiku, aku akan mundur. Aku tidak akan mengharapkanmu."Liora menatap mata Kenan. Pria yang selalu ada dalam hatinya ini, kini menyatakan cin
"Kenan masih belum pulang," kata Rere yang melirik jam di dinding. Sudah jam sepuluh malam tetapi Kenan belum pulang juga. Aldo melingkarkan kedua tangannya di perut sang istri. Dia memeluk Rere dari belakang. Lalu mengecup bahu sang istri."Dia sudah dewasa. Pasti Kenan pulang ke apartemen miliknya," ucap Aldo. "Yang aku khawatirkan ... Kenan bermalam bersama Liora. Bagiamana dengan Elie? Aku melihat Elie menyukai Kenan," ujar Rere. Aldo menghela lalu memutar tubuh sang istri agar menghadapnya. "Kenan anak yang penurut. Dia pasti akan menuruti segala permintaan kita. Kenan tidak mungkin mencoreng nama baik keluarga kita.""Semoga saja begitu. Aku hanya berharap Kenan tetap menerima perjodohannya bersama Elie," sahut Rere. "Aku pastikan putra kita menerima perjodohan itu." Aldo mengecup kening sang istri lalu mengusap kedua lengan Rere agar merasa sedikit tenang. *****"Kamu enggak pulang?" tanya Liora."Aku akan menginap di sini," jawab Kenan.Kenan mengusap puncak kepala Liora
Ardi memperbesar layar ponselnya. Dia memperhatikan sekali lagi foto saat dia berkunjung ke club. Saat itu Ardi tengah berada di Australia. Dia bersenang-senang bersama para sahabatnya. Termasuk menikmati tarian dari para wanita cantik. Biasanya Ardi menikmati tarian wanita yang benar-benar membuka polos pakaiannya di sebuah ruangan.Namun dia mendengar kabar. Jika ada penari yang tidak bisa disewa. Jadilah Ardi menikmati pertunjukan penari bersama pria lainnya. "Benar ... dia penari itu. Kenapa dia bisa jadi Sekretaris? Apa dia sudah pensiun dari dunia itu? Wanita ini ... dia menolak untuk aku sewa. Awas saja," geram Ardi.Ardi memang berniat menyewa Liora untuk menari tanpa benang sekalipun. Tetapi Liora menolaknya melalui Lucas si pemilik club. Liora memang seorang penari tetapi dia tidak menari tanpa sehelai benang pun. Dan setiap pertunjukannya Liora selalu meminta penjaga agar pengunjung tidak ada yang menyentuh dirinya. ******"Liora ... tolong buatkan saya teh hangat," per
Ponsel Kenan berdering. Segera saja Kenan meraih teleponnya itu. Sebuah panggilan dari Elie. Kebetulan Kenan juga ingin bertemu dengan Elie secepatnya. "Halo El ... apa kamu sudah kembali?" ~ Kenan."Iya ... aku sudah tiba di rumah. Kapan kita akan bertemu?" ~ Elie."Malam ini. Di restoran Lava. Aku akan menunggumu jam tujuh malam di sana." ~ Kenan."Baiklah ... aku akan menemui di sana." ~ Elie.Kenan memutus panggilan teleponnya. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Para karyawan sudah mulai pulang. Karena memang sudah satu jam yang lalu, jam pulang kerja lewat. Kenan sengaja pulang lebih sore. Sebab dia ingin pulang bersama kekasihnya. Kenan keluar dari ruangan. Dia menuju ruangan Liora. "Sayang ... ayo kita pulang," ajak Kenan.Liora mengangguk. "Iya ...."Kenan meraih tangan Liora. Keduanya berjalan sambil berpegangan tangan. Liora dan Kenan masuk ke dalam mobil. "Liora ... malam ini aku akan pergi menemui Elie," ucap Kenan."Elie?" tanya Liora memastikan."Wanita yang di