"Kamu bicara apa Shahnaz?" Tanya Brams."Aku bicara yang sebenaranya Brams. Aku kesini disuruh oleh Jesselyn untuk bisa mendampingi kamu makan siang di luar," jawab Shahnaz.Brams terdiam, dia bingung dengan masalah yang ada di depan matanya. Dengan penasaran Brams mengulangi kembali untuk menghubungi Jesselyn Setiap kali Brams berusaha untuk menghubungi Jesselyn, maka hasil yang didapatkannya masih tetap sama."Bagaimana Brams? Apa kamu susah yakin dengan apa yang aku bilang?" Ucap Shahnaz Brams hanya diam, dia tidak bicara sepatah katapun. Shahnaz dengan akal liciknya mulai mendekati Brams dan mencoba merayu Brams dengan segala cara agar Brams mau keluar untuk makan siang."Kamu apa-apan sih Shahanaz? Bukankan aku sudah bilang, kamu itu jangan mendekati aku lagi," ucap Brams.Tangan Shahnaz langsung saja memeluk Brams dari belakang. Tangannnya meraba dada bidang Brams masuk dari celah kemeja dan jas kantornya. Brams terlihat menyipitkan matanya sebagai usaha untuk menahan nafsuny
Langkah kaki Pak Hadi kini mengarah ke ruang tamu. Dia duduk dan memanggil Jesselyn."Jesselyn, apa kamu lagi ada masalah dengan Brams?" Ucap pak Hadi.Jesselyn tertunduk seakan malu karena papanya mengetahui masalahnya. Dengan penuh keyakinan, Jesselyn mengambil tempat di samping mamanya."Papa, aku memang lagi ada masalah dengan Brams. Semenjak dia mengetahui aku dan Peter waktu itu, dia jadi marah dan mulai bertingkah," jawab Jesselyn."Maksut kamu bagaimana Jesselyn?" Tanya Pak Hadi."Papa, Brams saat itu dibalut api cemburu, jujur Jesselyn tidak bermaksut untuk betbuat lain di belakangnya . Karena rasa cemburu itu, dia juga sepertinya balas dendam setelah pulang ke Jakarta," jawab Brams."Balas dendam bagaimana Jesselyn?" Kata Pak Hadi."Papa, dia juga tidak mau kalah, Brams juga selingkuh dengan wanita lain di Jakarta," jawab Jesselyn."Apa...?" Tanta Mamanya "Iya ma, aku tidak bisa menyalahkan Brams, wajar saja dia berbuat seperti itu, apalagi dia melihat langsung aku dan Pete
Shahnaz seakan kesetanan, dia mencoba melepas sendiri pakaiannya satu persatu dengan tujuan agar Brams tergoda.'Ya tuhan, manusia ini kenapa makin gila?' Bathin Brams.Brams menghela napas yang panjang. Dia berusaha menghindari penglihatannya dari godaan tubuh Shahnaz."Sayang, kamu tidak usah munafik! Kamu kemarilah! Aku telah siap membuat kamu melayang di sorga," canda Shahanaz.Brams membalikkan badannya, dia kelihatan ingin menjauh dari Shahnaz. Dengan langkah perlahan, Brams mencoba keluar dari dalam kamar.Shahnaz yang sudah mulai memuncak, kini malah menarik Brams dan meraba bagian sangkar perkutut yang teramat gagah tersebut. Mata Brams mulai meram, dia tidak kuasa menahan sentuhan Shahnaz yang membelai jagoannya itu.Perlahan perkutut tersebut mulai bangun. Dia bahkan mendorong sangkar dan ingin keluar bebas melihat pemandangan yang indah.Shahnaz mencium jambul perkutut, dia berusaha menjinakkkan jagoan yang sudah sering kali bermain dengannya."Awass ... kamu Shahnaz," ucap
Jesselyn jadi tidak ada pilihan. Dia langsung memasukkan kembali pakaiannya ke dalam koper. Dengan pakaian seadanya dia mencoba berdandan dan keluar dari dalam kamarnya.Mata Pak Hadi dan Barbara secara bersamaan melihat Jesselyn keluar dengan membawa kopernya lagi. Keduanya bingung dengan apa yang mereka lihat saat itu. "Jesselyn, kamu mau kemana lagi sayang?" Tanya Barbara."Papa..Mama .,Jesselyn mau pulang ke Jakarta," jawab Jesselyn.Kedua orangtuanya saling berpandangan. Mereka tidak mengerti apa maksut dari putrinya."Sayang, kamu ini tidak lagi bercanda kan?" Tanya Pak Hadi."Tidak papa, Brams baru saja menghubungi aku dan menyuruh aku agar pulang ke Jakarta sekarang juga," jawab Jesselyn."Kamu mau pulang ke Jakarta?" Tanya Barbara penasaran."Iya ma, aku harus pulang sekarang," jawab Jesselyn Tanpa banyak protes, kedua orangtuanya langsung mengantar Jesselyn ke Bandara. Mereka juga paham dengan Brams yang menyuruh Jesselyn untuk segera pulang .Saat berada di salam mobil, P
Sore menjelang malam, Shahnaz datang ke rumah Brams. Dia sedikitpun tidak mengetahui kalau Jesselyn sudah berada di rumah Brams.Sepanjang berjalan ke dalam rumah, dia sudah berencana ingin memberikan kepuasan yang teramat nikmat pada Brams, agar nantinya Brams bisa bertekuk lutut padanya. Shahnaz melihat rumah Brams sepi dan tidak ada suara, dia menatap ke garasi dan melihat ada mobil Brams parkir disana."Brams pasti sekarang lagi tertidur di kamar" bathin Shahnaz.Dengan santai, dia berjalan dan membuka pintu rumah yang sama sekali tidak dikunci.******Jesselyn yang merasa nikmat dengan sentuhan Brams, kini mendesah di kamar dan saling balas kenikmatan. Brams yang sudah berada di puncak gairah yang amat tinggi, kini telah melata di tubuh Jesselyn dengan liar."Aduh, Brams dimana ya? Sampai segitunya dia lelap dalam tidur."ucap Shahnaz.Shahnaz semakin mendekati pintu kamar Brams. Dia merasa ingin memberi kejutan. Sesaat dia berada di depan pintu, dia mencoba mendorong pintu secar
"Kelihatannya kamu lagi sakit hati?" Kalau boleh aku tahu, kamu sakit hati karena apa?" Tanya lelaki itu.Shahnaz terdiam, dia bingung dengan lelaki yang tiba-tiba datang dan perduli denga masalahnya."Maaf, sebelumnya kita belum saling kenal. Kalau boleh tahu, kamu itu siapa?" Tanya Shahnaz.Lelaki tersebut senyum dan menghela napas yang panjang. Dia berpikir kalau wanita yang sedang dihadapannya sekarang, tentu saja lagi penasaran dengan dirinya. "Kenalkan, namaku Galih. Aku tinggal di rumah kecil yang berada di pinggir taman itu," jawab lelaki tersebut.Shahnaz melihat kalau di ujung taman itu memang ada sebuah rumah kecil, dia kembali menantap lelaki yang bernama Galih tersebut."Kamu tinggal di rumah itu? Dengan siapa?" Tanya Shahnaz."Aku tinggal sendiri, aku sudah tidak punya orangtua lagi, Kebetulan aku tadi sedang lewat dan melihat kamu sedang menangis dan menjerit," jawab Galih."Apakah kamu terganggu dengan keberadaanku disini?" Tanya Shahnaz. "Oh tidak, aku hanya ingin m
Shahnaz berpikir, dia seakan masih ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi lama-kelamaan, dia yakin dan mau curhat pada Galih yang baru saja dia kenal."Oh iya, kenalin juga namaku Shahnaz. Aku kesini karena ada masalah pribadi yang sangat menyiksaku," ucap Shahnaz."Ayo, ceritalah! Aku ingin mendengar masalah seperti apa yang saat ini kamu hadapi," kata Galih."Aku mencintai lelaki yang selama ini aku anggap bisa memberikan aku krbahagiaan, singkat kata karena rasa suka dan berharap bahagia, aku jadi memberikan kehormatanku pada dia. Aku melihat keadaannya sangat fantastis dan serba berkecukupan. Namun setelah aku mengandung anak dia, aku baru tahu kalau sebenarnya dia juga sudah punya istri di Singapore. Dia sangat mencintai istrinya dan hanya membuat diriku sebagai cadangan bahkan pemuas nafsunya saja," ucap Shahnaz."Lantas, bagaimana rasa tanggung jawab dia pada bayi yang sedang kamu kandung?" Tanya Galih."Dia hanya bertanggung jawab atas diriku sampai bayi ini lahir. Ba
"Sayang, kamu bangun dong!" Ajak Jesselyn pada suaminya yang masih molor pagi itu.Jesselyn melihat jam tangannya. Dia kembali lagi membangunkan Brams yang terlentang di atas ranjang. Sebenarnya saat itu Brams sudah bangun. Dia hanya ingin mengerjai Jesselyn yang bersusah payah untuk membangunkannya."Sayang, ayo dong! Hari sudah jam tujuh nih, kamu bangun dong!" Ucap Jesselyn.Mata Brams melihat dengan diam-diam. Dia senyum melihat Jesselyn yang sudah cemberut karena rasa bosan. Brams mencoba berbalik arah, hingga suasana jadi makin panas."Ya tuhan, bukannya bangun malah tambah molor," ucap Jesselyn."Hahhhh," Jesselyn menarik napas dan duduk sambil membiarkan suaminya tidur. Dia duduk sambil membelakangkan Brams yang terlentang di belakangnya. Brams yang dari tadi ingin menjalankan aksinya, kini mulai senyum sambil diam-diam memeluk Jesselyn dari belakang "Akhh.. kamu sayang, kamu rupanya sengaja membuat aku kesal ya?" Ucap Jesselyn.Brams tidak perduli, dia tetap saja mengajak is