Shahnaz berpikir, dia seakan masih ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi lama-kelamaan, dia yakin dan mau curhat pada Galih yang baru saja dia kenal."Oh iya, kenalin juga namaku Shahnaz. Aku kesini karena ada masalah pribadi yang sangat menyiksaku," ucap Shahnaz."Ayo, ceritalah! Aku ingin mendengar masalah seperti apa yang saat ini kamu hadapi," kata Galih."Aku mencintai lelaki yang selama ini aku anggap bisa memberikan aku krbahagiaan, singkat kata karena rasa suka dan berharap bahagia, aku jadi memberikan kehormatanku pada dia. Aku melihat keadaannya sangat fantastis dan serba berkecukupan. Namun setelah aku mengandung anak dia, aku baru tahu kalau sebenarnya dia juga sudah punya istri di Singapore. Dia sangat mencintai istrinya dan hanya membuat diriku sebagai cadangan bahkan pemuas nafsunya saja," ucap Shahnaz."Lantas, bagaimana rasa tanggung jawab dia pada bayi yang sedang kamu kandung?" Tanya Galih."Dia hanya bertanggung jawab atas diriku sampai bayi ini lahir. Ba
"Sayang, kamu bangun dong!" Ajak Jesselyn pada suaminya yang masih molor pagi itu.Jesselyn melihat jam tangannya. Dia kembali lagi membangunkan Brams yang terlentang di atas ranjang. Sebenarnya saat itu Brams sudah bangun. Dia hanya ingin mengerjai Jesselyn yang bersusah payah untuk membangunkannya."Sayang, ayo dong! Hari sudah jam tujuh nih, kamu bangun dong!" Ucap Jesselyn.Mata Brams melihat dengan diam-diam. Dia senyum melihat Jesselyn yang sudah cemberut karena rasa bosan. Brams mencoba berbalik arah, hingga suasana jadi makin panas."Ya tuhan, bukannya bangun malah tambah molor," ucap Jesselyn."Hahhhh," Jesselyn menarik napas dan duduk sambil membiarkan suaminya tidur. Dia duduk sambil membelakangkan Brams yang terlentang di belakangnya. Brams yang dari tadi ingin menjalankan aksinya, kini mulai senyum sambil diam-diam memeluk Jesselyn dari belakang "Akhh.. kamu sayang, kamu rupanya sengaja membuat aku kesal ya?" Ucap Jesselyn.Brams tidak perduli, dia tetap saja mengajak is
Malam itu Shahnaz termenung sendiri di dalam kamarnya. Dia teringat pada Galih yang telah di temuinya tadi siang di taman. Shahnaz mencoba membandingkan semua tentang pengalaman pribadinya waktu dulu."Kenapa kisahku hampir bersamaan dengan Galih? Apakah ada kesamaan dan jodoh, nantinya pada kami berdua?" Bathin Shahnaz."Tidak, itu tidak akan mungkin. Aku tidak mungkin suka pada dia yang aku belum tahu siapa dia sebenarnya," ucap Shahnaz.Hahhhhh... Shahnaz menghela napas yang panjang. Diar mencoba membuang pikirannya pada Galih. Shahnaz kembali berdiri, dia kemudian keluar dari dalam kamar dan pergi ke dapur mencari cemilan yang akan dinikmatinya. Sambil mengikuti siaran sinetron yang kebetulan dia lihat.Saat menonton televisi, dia sepertinya tersentuh dengan cerita yang dia ikuti. Alur cerita tersebut kebetulan bersamaan dengan apa yang dialaminya.******Brams yang siang itu sedang berada di kantor, kini malah teringat pada Shahnaz yang begitu mengganggu keluarganya. Brams berenc
"Wahh..tempat ini, sangat indah sayang," ucap Jesselyn." Iya sayang, tempat ini memang indah, makanya aku mengajak kamu untuk makan siang disini,"Jesselyn melihat ada daftar menu terletak di atas meja pendek, yang ada di pondok tersebut. Jesselyn memilih makanan yang sesuai sengan seleranya."Apa daftar menunya sudah di isi Bu," tanya seorang pelayan yang datang ke pondok itu."Iya, kami memesan makanan yang sudah dipilih, dan berharap secepatnya terhidang ya!" "Oke bu, terimakasih telah berminat dengan menu kami,"Sambil menunggu pesanan datang, Brams terlihat memeluk mesra istrinya, layaknya sepasang muda-mudi yang sedang pacaran. Jesselyn terlihat begitu bahagia bersandar di dada bidang, suaminya. Dia mengajak Brams, menikmati suasana indah yang ada di sekelilingnya.******Shahnaz yang sedih dan berlinang airmata, kini hanya bisa memandang kebahagianan pasangan suami istri tersebut dari kejauhan. Hatinya bagai tersayat, namun tidak ada hak untuk melarangnya.Mobil Shahnaz kini
"Akhhh," desahan manja terdengar keluar dari mulut Jesselyn. Brams yang semakin menggila, kini malah menarik istrinya seraya mendorongnya terbaring di atas ranjang.Perlahan, satu persatu kancing baju Jesselyn, dilepas oleh Brams. Kini kedua bukit kembar terlihat menantang, mengajak Brams untuk bermain. Sentuhan bibir Brams, kini mendarat di puncak bukit tersebut. Secara bergantian, Brams semakin tidak sabar memainkannya dengan lembut."Akh...," terdengar kembali rintihan manja keluar dari mulut Jesselyn. Kini dia semakin tidak berdaya dan semakin bergairah dengan sentuhan dahsyat yang dilakukan suaminya.Brams yang tidak puas bermain hanya di bukit kembar tersebut. Kini malah ingin melihat lembah curam yang di hiasi dengan semak belukar, yang membuat Brams bertambah semangat untuk menjelajahinya.Sebuah bukit kecil mungil yang berada di lembah yang berrawa tersebut, kini menjadi sasaran Brams, untuk bermain dan menggelitiknya. Rawa lembah tersebut, semakin tetlihat dipenuhi aliran
"Siapa dia?" bathin Shahnaz.Shahnaz semakin takut, dia mencoba menarik kain yang menutupi orang tersebut."Galih...!Shahnaz melihat Galih sedang tertidur pulas. Kain yang dijadikan sebagai selimut, tersangkut di jam tangan milik Shahnaz. Alangkah terkejutnya Shahnaz saat itu, melihat Galih tidur hanya dengan mengenakan pakaian dalam saja.Mata Shahhnaz tertuju pada bagian khas dari Galih. Dia melihat jagoan Galih, malah lebih jumbo dari jagoan yang dimiliki oleh Brams. Sebagai manusia normal, Shahnaz seketika itu merasa terpancing dengan jagoan Galih tersebut. Tangannnya ingin membangunkan perkutut yang tidur pulas, tapi dia sadar dan takut kalau dia itu bukanlah siapa-siapanya Galih.Shahnaz berdiri dan ingin keluar dari kamar sempit tersebut. Saat melangkah, niatnya jadi berubah karena hawa nafsu yang dimilikinya mengalahkan kata hatinya.Dia kembali duduk, badannya mulai gemetar dan tidak tahan untuk secepatnya disentuh. Galih seakan mulai tersadar, Dia mengeliatkan badannya dan
Shahnaz melihat ke belakang. Tangan Galih yang memegang tangannya, kini dilepaskan perlahan. Usaha Shahnaz untuk melepas tangannya, ternyata ditolak oleh Galih."Shahnaz, kamu tidak bersalah. Kamu itu wajar mendapatkan kepuasan itu karena rasa rindu kamu pada suamimu," ucap Galih."Tapi, aku malu Galih. Aku malu karena telah berbuat murahan pada kamu," ucap Shahnaz "Kamu tidak usah malu Shahnaz, aku juga merasakan hal yang sama. Kita berdua selama ini, sedang berada dalam masa kesepian dan rindu akan kehangatan," ucap Galih Shahnaz melihat Galih. Dia jadi merasa kasihan dengan Galih yang begitu pengertian padanya. Ada rasa sedikit kejanggalan dalam hati Shahnaz bila harus mendekati Galih yang pengertian dengannya itu."Apakah aku yakin dengan kehidupanku bila harus bersama dengan lelaki ini?" bathin Shahnaz."Shahnaz, bila saja hati kita bisa dipertemukan, aku yakin kesamaan dalam berumah tangga, pasti akan kita temui bersama," ucap Galih.Shahnaz haya melijat Galih yang sedang bica
Suara rintikan hujan mulai terdengar turun. Shahnaz yang masih teringat dengan Galih, kini belum merasa ngantuk dan masih ingin duduk di atas tempat tidurnya.Shahnaz, mulai teringat dengan masa lalu, dimana dia pertama kali berjumpa dan kenal dengan Brams. Kesalahan besar yang selama ini dia lakukan, menjadi sebuah penyesalan yang teramat sakit bagi dirinya dan juga masa depan bayi yang dikandungnya "Ternyata, aku salah menilai kamu Brams," bathin Shahnaz.Kebahagiaan yang selama ini aku harapkan darimu, ternyata hanya penderitaan belaka. Andai saja waktu bisa diulang kembali, mungkin aku tidak akan merasakan hal seperti ini," bathin Shahnaz. Mata Shahnaz, mulai terasa berat. Dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa kantuknya. Kini Shahnaz langsung berbaring dan menarik selimut kemudian terlelap salam tidurnya. Pagi hari telah tiba, kini Shahnaz terbangun dari tidurnya. Saat itu dia berencana ingin pergi ke rumah orangtuanya."Aku harus ke rumah Ibu, aku akan menceritakan semuanya d