Shahnaz melihat ke belakang. Tangan Galih yang memegang tangannya, kini dilepaskan perlahan. Usaha Shahnaz untuk melepas tangannya, ternyata ditolak oleh Galih."Shahnaz, kamu tidak bersalah. Kamu itu wajar mendapatkan kepuasan itu karena rasa rindu kamu pada suamimu," ucap Galih."Tapi, aku malu Galih. Aku malu karena telah berbuat murahan pada kamu," ucap Shahnaz "Kamu tidak usah malu Shahnaz, aku juga merasakan hal yang sama. Kita berdua selama ini, sedang berada dalam masa kesepian dan rindu akan kehangatan," ucap Galih Shahnaz melihat Galih. Dia jadi merasa kasihan dengan Galih yang begitu pengertian padanya. Ada rasa sedikit kejanggalan dalam hati Shahnaz bila harus mendekati Galih yang pengertian dengannya itu."Apakah aku yakin dengan kehidupanku bila harus bersama dengan lelaki ini?" bathin Shahnaz."Shahnaz, bila saja hati kita bisa dipertemukan, aku yakin kesamaan dalam berumah tangga, pasti akan kita temui bersama," ucap Galih.Shahnaz haya melijat Galih yang sedang bica
Suara rintikan hujan mulai terdengar turun. Shahnaz yang masih teringat dengan Galih, kini belum merasa ngantuk dan masih ingin duduk di atas tempat tidurnya.Shahnaz, mulai teringat dengan masa lalu, dimana dia pertama kali berjumpa dan kenal dengan Brams. Kesalahan besar yang selama ini dia lakukan, menjadi sebuah penyesalan yang teramat sakit bagi dirinya dan juga masa depan bayi yang dikandungnya "Ternyata, aku salah menilai kamu Brams," bathin Shahnaz.Kebahagiaan yang selama ini aku harapkan darimu, ternyata hanya penderitaan belaka. Andai saja waktu bisa diulang kembali, mungkin aku tidak akan merasakan hal seperti ini," bathin Shahnaz. Mata Shahnaz, mulai terasa berat. Dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa kantuknya. Kini Shahnaz langsung berbaring dan menarik selimut kemudian terlelap salam tidurnya. Pagi hari telah tiba, kini Shahnaz terbangun dari tidurnya. Saat itu dia berencana ingin pergi ke rumah orangtuanya."Aku harus ke rumah Ibu, aku akan menceritakan semuanya d
"Ibu, Shahnaz punya kenalan baru, sewaktu Shahnaz pergi ke taman. Secara tidak sengaja, Shahnaz berjumpa dengan seorang lelaki yang bernama Galih. Galih bercerita, dia punya pengalaman pahit sewaktu dia menikah dengan istrinya yang dulu."Apa dia sudah menikah?" tanya Bu Janah."Sudah,Bu. Setelah menikah, istrinya berkhianat dan menghabiskan semua harta Galih. Setelah hartanya habis, istrinya malah menikah dengan lelaki selingkuhannya tersebut.""Lantas, kenapa kamu ingin cerita tentang lelaki itu pada Ibu?Apa kamu suka pada dia?""Sebenarnya aku pertamanya tidak suka, Ibu Tapi setelah lama kelamaan, aku jadi kasihan pada dia, apalagi setelah dia mengatakan kalau dia mau menikah denganku dan bertanggung jawab dengan bayi yang ada di dalam kandunganku,""Apa kamu yakin, Shahnaz?""Iya,Bu. Aku juga sudah tidak tahan lagi dengan sifat Brams, yang sama sekali tidak perduli denganku.""Apa pekerjaan lelaki itu?""Dia sekarang pengangguran dan hanya serabutan. Dia kecewa dan malas untuk me
Shahnaz melihat Bu Janah, dia yakin, kalau Ibunya juga paham dengan sikap Pak Karsa yang sedikit kasar pada mereka."Shahnaz, sebaiknya kita istirahat saja!" ucap Bu Janah."Iya Bu," jawab Shahnaz dan langsung masuk ke dalam kamarnya.Selama di dalam kamar, dia masih terlihat berpikir tentang masalah yang sedang dialaminya. Shahnaz, sudah yakin dan tidak akan perduli lagi dengan Brams, yang dari dulu telah dia idolakan."Besok, aku harus membawa semua barang-barangku ke rumah ini, aku tidak mau lagi tinggal di rumah kontrakan yang Tama berikan padaku," bathin Shahnaz.Shahnaz berpikir sejenak, dia mencari solusi, pekerjaan apa yang cocok untuk dia, selama masa kehamilannya. Dia tidak mau menyusahkan kedua orangtuanya, apalagi Ayahnya yang sangat kecewa dengan pilihannya selama ini."Hmmmm..kira-kira pekerjaan apa ya yang cocok untukku dan bayiku ini?" bathin Shahnaz.Malam itu dia belum bisa menentukan pekerjaan yang akan dia pilih untuk dirinya. Sahanaz memilih istirahat demi menja
Galih yang sudah pernah berbagi dengan Shahnaz, kini duduk termenung berhayal, andai saja dia secepatnya kembali mendapat pasangan hidup. Hasrat yang sudah lama absen, kini mulai bergairah kembali dan sudah aktif lagi."Kenapa setelah aku melakukannya dengan Shahnaz, malah jadi kepingin lagi ya? Padahal beberapa tahun belakangan ini aku sama sekali tidak pernah ingat akan hal itu, apa rasa traumaku sudah hilang?" bathin Galih.Dia kembali bersandar, dalam pikirannya dia sadar selama ini dia sangatlah bodoh."Aku bodoh, begitu mudahnya aku memberikan semua hartaku pada wanita sialan itu," ucap Galih, teringat mantan istrinya yang berbuat serong di belakangnya "Aku harus merintis kembali usaha baru, aku tidak boleh berlama-lama hidup dengan keterpurukan seperti ini," bathin Galih.******Shahnaz pagi itu ingin keluar membeli keperluannya, dia berencana sekalian mau periksa kehamilannya pada Dokter Kandungan. Shahnaz sebenarnya sangat ingin, bila suaminya ada di sampingnya pada saat-saa
Shahnaz membuka kancing bajunya, satu persatu. Demikian juga dengan bra, dia membuka kancingnya dari belakang. Tantangan dua bukit kembar kini jelas menantang di depan mata Galih."Shahnaz...!"Shahnaz yang mulai menggila, kini meraih tangan Galih dan meletakkannya di kedua bukit kembarnya. Galih yang tadi menolak, kini tidak berdaya lagi dan langsung bertekuk lutut di hadapan Shahnaz.Shahnaz mulai mengelus pundak Galih, tangannya juga sudah memainkan tariannya di dada bidang milik Galih. Perkutut yang tadinya mendengkur, kini bangun dan mengeliat memperlihatkan ukuran aslinya pada Shahnaz."Wow.." ucap Sjahnaz "Galih yang sudah tidak tahan lagi, kini terpancing dan mendekatkan pinggul Shahnaz ke perut langsingnya. Shahnaz yang tadi hanya melihat perkutut Galih, kini mulai merasakan ukurannya di selangkahan putih milik Shahnaz."Ayo, Galih, kamu enggak usah takut!" Ucap Shahnaz."Galih yamg tidak lagi bisa menahan nafsunya kini mendaratkan sentuhannya di leher jenjang Shahnaz. Tanga
Brams yang baru bangun, kini mencari Jesselyn karena ingin dibuatkan sarapan. Dengan jalan terburu-buru, Brams menemui Jesselyn yang lagi sibuk di dapur."Sayang, kamu bekerjanya jangan dipaksa dong! Kasihan bayi kita ini," ucap Brams sambil mengelus perut Jesselyn.""Enggak kok sayang, aku juga tidak boleh terlalu diam tanpa gerakan,"ucap Jesselyn."Oh..Iya. Ini aku sudah buatkan segelas susu sama roti dengan selai kesukaan kamu, Mas.""Terimakasih, sayang. Kamu memang istriku yang sangat baik dan pengertian padaku," ucap Brams.Brams mencicipi roti dan segelas susu buatan istrinya, dia melihat perut istrinya sudah mulai terlihat besar dan membayang di balik dasternya "Sayang, kamu jangan pakai daster seperti itu dong," ucap Brams."Memangnya kenapa sayang?" Bukankah aku kelihatan lebih cantik dengan daster seperti ini?""Cantik sih sayang, cuman, kasihan bayi kita yang merasa sempit bila harus di kekang dengan daster yang sempit seperti itu,""Sayang, kamu buruan mandi dong. Ini su
Galih yang terlihat sibuk melihat pekerjaan di Panglong tersebut, kini melihat seorang lelaki datang mendekat ke arahnya."Galih...!"Lelaki itu spontan menyapa dan memanggil nama Galih.Galih seakan tidak percaya, dia melihat wajah yang sudah lama sekali dirindukan olehnya."Ini benaran kamu, Yanto?" Tanya Galih."Iya, Galih. Ini aku, Yanto. Sahabat kamu dari kecil." Jawabnya.Keduanya saling berpelukan. Mereka seakan melepas rasa rindu yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa."Galih, aku sudah lama mencari tahu tentang keberadaan kamu, aku tidak yakin kalau sekarang kamu datang aendiri ke tempatku ini, Galih.""Iya Yanto, aku sebenarnya juga demikian. Aku sering mencari tahu dan menanyakan pada banyak orang, tapi tidak satupun yang mengetahui dimana kamu berada. "Ayo, Galih. Kita sebaiknya masuk dulu!" Yanto mengajak Galih masuk ke rumahnya yang berada di belakang Panglong. "Yanto, aku lihat usahamu sudah lumayan bagus dan besar. Apakah sudah lama kamu membuka usaha ini?""Sekita