"Ibu, Shahnaz punya kenalan baru, sewaktu Shahnaz pergi ke taman. Secara tidak sengaja, Shahnaz berjumpa dengan seorang lelaki yang bernama Galih. Galih bercerita, dia punya pengalaman pahit sewaktu dia menikah dengan istrinya yang dulu."Apa dia sudah menikah?" tanya Bu Janah."Sudah,Bu. Setelah menikah, istrinya berkhianat dan menghabiskan semua harta Galih. Setelah hartanya habis, istrinya malah menikah dengan lelaki selingkuhannya tersebut.""Lantas, kenapa kamu ingin cerita tentang lelaki itu pada Ibu?Apa kamu suka pada dia?""Sebenarnya aku pertamanya tidak suka, Ibu Tapi setelah lama kelamaan, aku jadi kasihan pada dia, apalagi setelah dia mengatakan kalau dia mau menikah denganku dan bertanggung jawab dengan bayi yang ada di dalam kandunganku,""Apa kamu yakin, Shahnaz?""Iya,Bu. Aku juga sudah tidak tahan lagi dengan sifat Brams, yang sama sekali tidak perduli denganku.""Apa pekerjaan lelaki itu?""Dia sekarang pengangguran dan hanya serabutan. Dia kecewa dan malas untuk me
Shahnaz melihat Bu Janah, dia yakin, kalau Ibunya juga paham dengan sikap Pak Karsa yang sedikit kasar pada mereka."Shahnaz, sebaiknya kita istirahat saja!" ucap Bu Janah."Iya Bu," jawab Shahnaz dan langsung masuk ke dalam kamarnya.Selama di dalam kamar, dia masih terlihat berpikir tentang masalah yang sedang dialaminya. Shahnaz, sudah yakin dan tidak akan perduli lagi dengan Brams, yang dari dulu telah dia idolakan."Besok, aku harus membawa semua barang-barangku ke rumah ini, aku tidak mau lagi tinggal di rumah kontrakan yang Tama berikan padaku," bathin Shahnaz.Shahnaz berpikir sejenak, dia mencari solusi, pekerjaan apa yang cocok untuk dia, selama masa kehamilannya. Dia tidak mau menyusahkan kedua orangtuanya, apalagi Ayahnya yang sangat kecewa dengan pilihannya selama ini."Hmmmm..kira-kira pekerjaan apa ya yang cocok untukku dan bayiku ini?" bathin Shahnaz.Malam itu dia belum bisa menentukan pekerjaan yang akan dia pilih untuk dirinya. Sahanaz memilih istirahat demi menja
Galih yang sudah pernah berbagi dengan Shahnaz, kini duduk termenung berhayal, andai saja dia secepatnya kembali mendapat pasangan hidup. Hasrat yang sudah lama absen, kini mulai bergairah kembali dan sudah aktif lagi."Kenapa setelah aku melakukannya dengan Shahnaz, malah jadi kepingin lagi ya? Padahal beberapa tahun belakangan ini aku sama sekali tidak pernah ingat akan hal itu, apa rasa traumaku sudah hilang?" bathin Galih.Dia kembali bersandar, dalam pikirannya dia sadar selama ini dia sangatlah bodoh."Aku bodoh, begitu mudahnya aku memberikan semua hartaku pada wanita sialan itu," ucap Galih, teringat mantan istrinya yang berbuat serong di belakangnya "Aku harus merintis kembali usaha baru, aku tidak boleh berlama-lama hidup dengan keterpurukan seperti ini," bathin Galih.******Shahnaz pagi itu ingin keluar membeli keperluannya, dia berencana sekalian mau periksa kehamilannya pada Dokter Kandungan. Shahnaz sebenarnya sangat ingin, bila suaminya ada di sampingnya pada saat-saa
Shahnaz membuka kancing bajunya, satu persatu. Demikian juga dengan bra, dia membuka kancingnya dari belakang. Tantangan dua bukit kembar kini jelas menantang di depan mata Galih."Shahnaz...!"Shahnaz yang mulai menggila, kini meraih tangan Galih dan meletakkannya di kedua bukit kembarnya. Galih yang tadi menolak, kini tidak berdaya lagi dan langsung bertekuk lutut di hadapan Shahnaz.Shahnaz mulai mengelus pundak Galih, tangannya juga sudah memainkan tariannya di dada bidang milik Galih. Perkutut yang tadinya mendengkur, kini bangun dan mengeliat memperlihatkan ukuran aslinya pada Shahnaz."Wow.." ucap Sjahnaz "Galih yang sudah tidak tahan lagi, kini terpancing dan mendekatkan pinggul Shahnaz ke perut langsingnya. Shahnaz yang tadi hanya melihat perkutut Galih, kini mulai merasakan ukurannya di selangkahan putih milik Shahnaz."Ayo, Galih, kamu enggak usah takut!" Ucap Shahnaz."Galih yamg tidak lagi bisa menahan nafsunya kini mendaratkan sentuhannya di leher jenjang Shahnaz. Tanga
Brams yang baru bangun, kini mencari Jesselyn karena ingin dibuatkan sarapan. Dengan jalan terburu-buru, Brams menemui Jesselyn yang lagi sibuk di dapur."Sayang, kamu bekerjanya jangan dipaksa dong! Kasihan bayi kita ini," ucap Brams sambil mengelus perut Jesselyn.""Enggak kok sayang, aku juga tidak boleh terlalu diam tanpa gerakan,"ucap Jesselyn."Oh..Iya. Ini aku sudah buatkan segelas susu sama roti dengan selai kesukaan kamu, Mas.""Terimakasih, sayang. Kamu memang istriku yang sangat baik dan pengertian padaku," ucap Brams.Brams mencicipi roti dan segelas susu buatan istrinya, dia melihat perut istrinya sudah mulai terlihat besar dan membayang di balik dasternya "Sayang, kamu jangan pakai daster seperti itu dong," ucap Brams."Memangnya kenapa sayang?" Bukankah aku kelihatan lebih cantik dengan daster seperti ini?""Cantik sih sayang, cuman, kasihan bayi kita yang merasa sempit bila harus di kekang dengan daster yang sempit seperti itu,""Sayang, kamu buruan mandi dong. Ini su
Galih yang terlihat sibuk melihat pekerjaan di Panglong tersebut, kini melihat seorang lelaki datang mendekat ke arahnya."Galih...!"Lelaki itu spontan menyapa dan memanggil nama Galih.Galih seakan tidak percaya, dia melihat wajah yang sudah lama sekali dirindukan olehnya."Ini benaran kamu, Yanto?" Tanya Galih."Iya, Galih. Ini aku, Yanto. Sahabat kamu dari kecil." Jawabnya.Keduanya saling berpelukan. Mereka seakan melepas rasa rindu yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa."Galih, aku sudah lama mencari tahu tentang keberadaan kamu, aku tidak yakin kalau sekarang kamu datang aendiri ke tempatku ini, Galih.""Iya Yanto, aku sebenarnya juga demikian. Aku sering mencari tahu dan menanyakan pada banyak orang, tapi tidak satupun yang mengetahui dimana kamu berada. "Ayo, Galih. Kita sebaiknya masuk dulu!" Yanto mengajak Galih masuk ke rumahnya yang berada di belakang Panglong. "Yanto, aku lihat usahamu sudah lumayan bagus dan besar. Apakah sudah lama kamu membuka usaha ini?""Sekita
Shahnaz hari itu berencana ingin menjumpai Galih untuk menanyakan, kapan dia ada waktu datang ke rumahnya.Kamu mau kemana, Shahnaz?""Aku mau ke tempat Galih, Ibu.""Sayang. kamu itu tidak boleh terlalu sering menjumpai lelaki yang sama sekali tidak kamu kenal dengan jelas itu," ucap Ibunya "Akhhh..itu perasaan Ibu saja, akukan kesana hanya ingin main-main saja, Bu,""Iya, sayang. Kalaupun demikian kamu itu harus bisa menjaga harga diri kamu. Nanti kamu malah direndahkan oleh Galih, seperti halnya yang dilakukan Brams pada kamu.""Tidak, Ibu. Galih itu orangnya sangat baik. Bahkan dia yang mengajak aku agar terus bangkit dan melupakan Brams."Shahnaz, Ibu harap kamu bisa merahasiakan semua ini dari Ayah kamu. Ibu yakin, dengan cara kamu seperti ini, kamu tidak akan dapat ijin. Yang ada kamu yang akan jadi korban kemarahaan dari Ayah kamu."Iya, Bu. Ibu tenang aja. Ayah itu tidak akan tahu, bila Ibu tidak memberitahukan semuanya," jawab Shahnaz. Ibunya menggelengkan kepalanya. Dia t
"Bagaimana keadaan Shahnaz, Dokter?" "Apakah Bapak, suaminya?" Tanya Dokter.Galih terdiam, dia tidak mau menjawab apapun pada Dokter yang menangani Shahnaz."Apa yang harus aku jawab?" Bathin Galih"Iya Dokter, aku suaminya.""Baiklah, Pak. Kalau begitu, ayo sekarang kita ke ruanganku!" Galih mengikuti Dokter masuk ke dalam ruangan.Dia sudah yakin kalau Dokter akan mengatakan satu kabar yang tidak bagus pada dirinya "Begini Pak, dengan berat hati kami mengatakan kalau bayi yang ada di kandungan istri Bapak tidak bisa diselamatkan. Kami terpaksa melakukan operasi untuk mengeluarkan bayi yang malang tersebut."Galih terdiam, dia malah bingung bagaimana caranya dia menghubungi orangtua Shahnaz. Apalagi saat kejadian, Galih sudah tidak melihat ada ponsel d mobil Shahnaz."Aduh, bagaimana ini?"Saat itu juga, Galih ijin untuk pulang, dia ingin mencari tahu dimana orangtua Shahnaz. "Pak Dokter, untuk sementara, istriku disini dulu. Aku harus pulang ke rumah untuk mengatakan kejadian in