Jesselyn jadi tidak ada pilihan. Dia langsung memasukkan kembali pakaiannya ke dalam koper. Dengan pakaian seadanya dia mencoba berdandan dan keluar dari dalam kamarnya.Mata Pak Hadi dan Barbara secara bersamaan melihat Jesselyn keluar dengan membawa kopernya lagi. Keduanya bingung dengan apa yang mereka lihat saat itu. "Jesselyn, kamu mau kemana lagi sayang?" Tanya Barbara."Papa..Mama .,Jesselyn mau pulang ke Jakarta," jawab Jesselyn.Kedua orangtuanya saling berpandangan. Mereka tidak mengerti apa maksut dari putrinya."Sayang, kamu ini tidak lagi bercanda kan?" Tanya Pak Hadi."Tidak papa, Brams baru saja menghubungi aku dan menyuruh aku agar pulang ke Jakarta sekarang juga," jawab Jesselyn."Kamu mau pulang ke Jakarta?" Tanya Barbara penasaran."Iya ma, aku harus pulang sekarang," jawab Jesselyn Tanpa banyak protes, kedua orangtuanya langsung mengantar Jesselyn ke Bandara. Mereka juga paham dengan Brams yang menyuruh Jesselyn untuk segera pulang .Saat berada di salam mobil, P
Sore menjelang malam, Shahnaz datang ke rumah Brams. Dia sedikitpun tidak mengetahui kalau Jesselyn sudah berada di rumah Brams.Sepanjang berjalan ke dalam rumah, dia sudah berencana ingin memberikan kepuasan yang teramat nikmat pada Brams, agar nantinya Brams bisa bertekuk lutut padanya. Shahnaz melihat rumah Brams sepi dan tidak ada suara, dia menatap ke garasi dan melihat ada mobil Brams parkir disana."Brams pasti sekarang lagi tertidur di kamar" bathin Shahnaz.Dengan santai, dia berjalan dan membuka pintu rumah yang sama sekali tidak dikunci.******Jesselyn yang merasa nikmat dengan sentuhan Brams, kini mendesah di kamar dan saling balas kenikmatan. Brams yang sudah berada di puncak gairah yang amat tinggi, kini telah melata di tubuh Jesselyn dengan liar."Aduh, Brams dimana ya? Sampai segitunya dia lelap dalam tidur."ucap Shahnaz.Shahnaz semakin mendekati pintu kamar Brams. Dia merasa ingin memberi kejutan. Sesaat dia berada di depan pintu, dia mencoba mendorong pintu secar
"Kelihatannya kamu lagi sakit hati?" Kalau boleh aku tahu, kamu sakit hati karena apa?" Tanya lelaki itu.Shahnaz terdiam, dia bingung dengan lelaki yang tiba-tiba datang dan perduli denga masalahnya."Maaf, sebelumnya kita belum saling kenal. Kalau boleh tahu, kamu itu siapa?" Tanya Shahnaz.Lelaki tersebut senyum dan menghela napas yang panjang. Dia berpikir kalau wanita yang sedang dihadapannya sekarang, tentu saja lagi penasaran dengan dirinya. "Kenalkan, namaku Galih. Aku tinggal di rumah kecil yang berada di pinggir taman itu," jawab lelaki tersebut.Shahnaz melihat kalau di ujung taman itu memang ada sebuah rumah kecil, dia kembali menantap lelaki yang bernama Galih tersebut."Kamu tinggal di rumah itu? Dengan siapa?" Tanya Shahnaz."Aku tinggal sendiri, aku sudah tidak punya orangtua lagi, Kebetulan aku tadi sedang lewat dan melihat kamu sedang menangis dan menjerit," jawab Galih."Apakah kamu terganggu dengan keberadaanku disini?" Tanya Shahnaz. "Oh tidak, aku hanya ingin m
Shahnaz berpikir, dia seakan masih ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi lama-kelamaan, dia yakin dan mau curhat pada Galih yang baru saja dia kenal."Oh iya, kenalin juga namaku Shahnaz. Aku kesini karena ada masalah pribadi yang sangat menyiksaku," ucap Shahnaz."Ayo, ceritalah! Aku ingin mendengar masalah seperti apa yang saat ini kamu hadapi," kata Galih."Aku mencintai lelaki yang selama ini aku anggap bisa memberikan aku krbahagiaan, singkat kata karena rasa suka dan berharap bahagia, aku jadi memberikan kehormatanku pada dia. Aku melihat keadaannya sangat fantastis dan serba berkecukupan. Namun setelah aku mengandung anak dia, aku baru tahu kalau sebenarnya dia juga sudah punya istri di Singapore. Dia sangat mencintai istrinya dan hanya membuat diriku sebagai cadangan bahkan pemuas nafsunya saja," ucap Shahnaz."Lantas, bagaimana rasa tanggung jawab dia pada bayi yang sedang kamu kandung?" Tanya Galih."Dia hanya bertanggung jawab atas diriku sampai bayi ini lahir. Ba
"Sayang, kamu bangun dong!" Ajak Jesselyn pada suaminya yang masih molor pagi itu.Jesselyn melihat jam tangannya. Dia kembali lagi membangunkan Brams yang terlentang di atas ranjang. Sebenarnya saat itu Brams sudah bangun. Dia hanya ingin mengerjai Jesselyn yang bersusah payah untuk membangunkannya."Sayang, ayo dong! Hari sudah jam tujuh nih, kamu bangun dong!" Ucap Jesselyn.Mata Brams melihat dengan diam-diam. Dia senyum melihat Jesselyn yang sudah cemberut karena rasa bosan. Brams mencoba berbalik arah, hingga suasana jadi makin panas."Ya tuhan, bukannya bangun malah tambah molor," ucap Jesselyn."Hahhhh," Jesselyn menarik napas dan duduk sambil membiarkan suaminya tidur. Dia duduk sambil membelakangkan Brams yang terlentang di belakangnya. Brams yang dari tadi ingin menjalankan aksinya, kini mulai senyum sambil diam-diam memeluk Jesselyn dari belakang "Akhh.. kamu sayang, kamu rupanya sengaja membuat aku kesal ya?" Ucap Jesselyn.Brams tidak perduli, dia tetap saja mengajak is
Malam itu Shahnaz termenung sendiri di dalam kamarnya. Dia teringat pada Galih yang telah di temuinya tadi siang di taman. Shahnaz mencoba membandingkan semua tentang pengalaman pribadinya waktu dulu."Kenapa kisahku hampir bersamaan dengan Galih? Apakah ada kesamaan dan jodoh, nantinya pada kami berdua?" Bathin Shahnaz."Tidak, itu tidak akan mungkin. Aku tidak mungkin suka pada dia yang aku belum tahu siapa dia sebenarnya," ucap Shahnaz.Hahhhhh... Shahnaz menghela napas yang panjang. Diar mencoba membuang pikirannya pada Galih. Shahnaz kembali berdiri, dia kemudian keluar dari dalam kamar dan pergi ke dapur mencari cemilan yang akan dinikmatinya. Sambil mengikuti siaran sinetron yang kebetulan dia lihat.Saat menonton televisi, dia sepertinya tersentuh dengan cerita yang dia ikuti. Alur cerita tersebut kebetulan bersamaan dengan apa yang dialaminya.******Brams yang siang itu sedang berada di kantor, kini malah teringat pada Shahnaz yang begitu mengganggu keluarganya. Brams berenc
"Wahh..tempat ini, sangat indah sayang," ucap Jesselyn." Iya sayang, tempat ini memang indah, makanya aku mengajak kamu untuk makan siang disini,"Jesselyn melihat ada daftar menu terletak di atas meja pendek, yang ada di pondok tersebut. Jesselyn memilih makanan yang sesuai sengan seleranya."Apa daftar menunya sudah di isi Bu," tanya seorang pelayan yang datang ke pondok itu."Iya, kami memesan makanan yang sudah dipilih, dan berharap secepatnya terhidang ya!" "Oke bu, terimakasih telah berminat dengan menu kami,"Sambil menunggu pesanan datang, Brams terlihat memeluk mesra istrinya, layaknya sepasang muda-mudi yang sedang pacaran. Jesselyn terlihat begitu bahagia bersandar di dada bidang, suaminya. Dia mengajak Brams, menikmati suasana indah yang ada di sekelilingnya.******Shahnaz yang sedih dan berlinang airmata, kini hanya bisa memandang kebahagianan pasangan suami istri tersebut dari kejauhan. Hatinya bagai tersayat, namun tidak ada hak untuk melarangnya.Mobil Shahnaz kini
"Akhhh," desahan manja terdengar keluar dari mulut Jesselyn. Brams yang semakin menggila, kini malah menarik istrinya seraya mendorongnya terbaring di atas ranjang.Perlahan, satu persatu kancing baju Jesselyn, dilepas oleh Brams. Kini kedua bukit kembar terlihat menantang, mengajak Brams untuk bermain. Sentuhan bibir Brams, kini mendarat di puncak bukit tersebut. Secara bergantian, Brams semakin tidak sabar memainkannya dengan lembut."Akh...," terdengar kembali rintihan manja keluar dari mulut Jesselyn. Kini dia semakin tidak berdaya dan semakin bergairah dengan sentuhan dahsyat yang dilakukan suaminya.Brams yang tidak puas bermain hanya di bukit kembar tersebut. Kini malah ingin melihat lembah curam yang di hiasi dengan semak belukar, yang membuat Brams bertambah semangat untuk menjelajahinya.Sebuah bukit kecil mungil yang berada di lembah yang berrawa tersebut, kini menjadi sasaran Brams, untuk bermain dan menggelitiknya. Rawa lembah tersebut, semakin tetlihat dipenuhi aliran