Seminggu sudah Jesselyn pulang ke Singapore.Kini tinggal Brams yang kesepian tidur sendiri di rumahnya.Sore itu rintik hujan mulai turun,hembusan angin mulai terasa dingin hingga masuk terasa hingga ke tulang rusuk.
Brams yang kedinginan,kini masuk ke dapur untuk membuatkan segelas teh manis hangat untuknya malam itu.Brams yang sudah merasakan semakin menggigil kini belum bisa terobati hanya dengan segelas teh manis hangat untuk minumannya.
Brams kini masuk ke kamar,dia naik ke atas ranjang.Dia mengambil selimut dan membalutkannya ke seluruh tubuhnya.Walaupun demikian,Brams masih belum merasa puas.Dia masih saja merasa kalau sesuatu ada yang kurang untuk mengobati kedinginannya.
"Ya tuhan,andai saja Jesselyn ada disini,aku tidak akan tersiksa begini." Ucap Brams.
Brams kembali duduk,dia berpikir bagaimana cara mengatasi hal yang susah dan tidak bisa ditahannya lagi. Brams saat itu teringat kembali pada Shahnaz.Dia yakin kalau dia pergi ke sana ,pasti Shah
"Sayang,apakah sekarang kamu sudah merasa puas?"tanya Shahnaz.Brams hanya diam saja,dia tidak mau dan tidak perduli dengan apa yang diucapkan oleh Shahnaz.Shahnaz yang merasa ingin dimanja,sengaja mendekat pada Brams dan memeluk Brams dari belakang."Sayang,aku tahu kamu itu tidak akan tahan bila harus lama-lama jauh dariku bukan?"Tanya Shahnaz dengan menempelkan mukanya di bahu Brams."Kamu apa-apaan sih Shahnaz?"Bentak Brams.Kamu sebaiknya pulang saja.Aku sekarang sudah tidak butuh lagi dengan kamu.Ucap BramsShahnaz terkejut.Dia merasa sakit hati dengan apa yang dia dengarkan.Shanaz mencoba bersabar dan mengira kalau Brams hanya bercanda."Sayang,kamu itu nggak usah malu.Aku tahu kok,kamu tidak tahan kalau tidak berbuat begituan denganku bukan?" Canda Shahnaz."Shahnaz,akukan sudah bilang,kamu itu sebaiknya pulang saja!aku sudah tidak membutuhkan kamu lagi disini."jawab Brams."Tega kamu Brams.Aku bukan budakmu.Aku ini
Hmmmm...hmmmm...Jesselyn pagi itu terlihat gembira.Dia bernyanyi dan melantunkan lagu dengan suara kecil di kamar mandi.Gemerincik air kini terdengar dari luar kamar,pertanda Jesselyn masih berada di kamar mandi.Barbara yang mendengar nyanyian di iringi suara air kini tidak jadi masuk untuk memanggil putrinya untuk sarapan."Mama...!"Pak Hadi masuk ke dalam ruang dapur untuk melihat dimana istrinya.Dia yang ingin berangkat kerja,ingin di buatkan sarapan terlebih dahulu.Barbara yang kembali berjalan masuk ke dalam ruangan dapur,kini melihat suaminya telah duduk di meja makan."Papa...!""Mama,tolong buatin papa sarapan dong! hari ini papa harus cepat berangkat kerja karena ada rapat nantinya di kantor papa."Oh..iya pa,aku akan buatkan sebentar." jawab BarbaraKurang lebih dari lima belas menit,pak Hadi kini berangkat ke kantornya.Kini Jesselyn terlihat keluar dan sudah berpakaian rapi berjalan ke dapur untu
Brams yang baru saja tiba di ruang kerjanya,tiba-tiba melihat ada sebuah amplop terletak di atas meja."Darimana ya?"Bathin Brams.Tangannya meraih amplop tersebut.Dia membuka dan membacanya,ternyata sebuah undangan rapat datang dari perusahaan textil Singapore.Brams melihat nama pemiliknya,sudah berbeda dengan pemilik yang lama."Inikan perusahaan milik pak Louis,kenapa sekarang berubah jadi Peter?"ucap Brams."Akhhh perduli amat sama nama pemilik,yang penting kalau perusahaan ini mengundang,aku akan banyak keuntungan yang akan di dapat.Aku harus ikut kesana besok,aku sekalian mau ke rumah menjumpai Jesselyn istriku."Ucap Brams.Dia kembali duduk.Dia bermaksut untuk menghubungi Jesselyn untuk mengatakan kabar itu,namun saat itu rencananya jadi batal.Dia mengubahnya malah ingin membuat kejutan pada Jesselyn untuk datang ke Singapore.******Di ruangan Jesselyn,terletak sebuah amplop juga,dia melihat ada undangan ra
"Oh...ternyata begini kelakuan kamu selama ini Jesselyn?"Ucap Brams sambil tepuk tangan.Jesselyn langsung terkejut dan spontan menarik tangannnya dengan kuat dari gemgaman Peter."Brams,ini bukan seperti yang kamu duga,"ucap Jesselyn.Kamu mau bilang apa lagi Jesselyn,jelas-jelas aku sudah melihat kelakuan kamu dengan mata kepalaku sendiri.Jadi apa lagi yang kamu tutupi?"Ucap Brams."Tidak Jesselyn, kamu saat ini juga sudah membuat aku seratus persen tidak percaya lagi pada kamu.Pantasan aja kamu selama ini tidak mau ikut pindah ke Jakarta,rupanya ada main dibalik semua ini."Jesselyn seakan mati kutu.Dia tidak lagi bisa berkata apa-apa karena Brams langsung melihatnya dan sudah sepenuhnya yakin kalau dia selingkuh dengan Peter."Kamu lagi,apa kamu tidak tahu kalau orang yang sedang bersama kamu itu adalah istri orang lain?"tanya Brams."Maaf pak,aku ini Peter pemilik baru dari perusahaan ini.Aku tidak pernah tahu kalau Jesselyn adal
"Jesselyn,coba kamu ceritakan,apa yang terjadi sebenarnya!"Jesselyn menatap mata dari mamanya.Dia tidak tahan lagi untuk mengatakan hal yang sebenarnya.Mata hazel Jesselyn terlihat meredup,pertanda ada beban dipikirannya."Mama,sejak aku berhubungan dengan Peter selama enam tahun,aku tidak pernah mengatakan kata putus,bahkan aku tidak pernah berkata kalau aku sudah menikah.Jadi sampai sekarang dia masih berpikir kalau aku ini adalah milik dia dan akan tetap sepenuhnya untuk dia.Peter bahkan tidak mau menyerah sekalipun aku ini sudah jadi istri dari Brams."Apa yang terjadi selanjutnya,Jesseelyn?""Sejak Peter berkata semuanya pada Brams,maka Brams jadi kecewa dan pergi begitu saja dari ruangan Peter tadi pagi ma.""Apa kamu tidak tahu kalau Brams akan ikut datang dalam undangan itu?""Tidak ma,bahkan aku saja terkejut melihat Brams ada di ruangan itu."jawab Jesselyn.Barbara terdiam sejenak,dia yakin kalau dalam hal ini
Malam terasa semakin dingin,Shahnaz dan Brams kini bercinta semakin dalam dan memuaskan hasratnya masing-masing.Shahnaz yang merasa bahagia pada malam itu, menjadi yakin kalau sekarang Brams telah berubah dan akan lebih memilihnya dari pada Jesselyn."Kamu memang suami terbaikku Brams," ujar Shahnaz sambil menutupkan selimut pada Brams yang sudah mulai tertidur."Aku akan membuat yang terbaik yang bisa membahagiakan Brams.Dengan demikian aku yakin kalau Brams akan selamanya akan menyuruh aku untuk tinggal di rumah ini,"bathin ShahnazSambil tersenyum,Shahnaz kembali memandangi wajah Brams yang sudah lelap.Dia berpikir dibalik sifat kerasnya Brams,masih banyak rasa manis yang dia dapatkan dari Brams,walaupun hanya tiba-tiba."Hahhhh...bagaimana mungkin aku bisa berpaling sepenuhnya dari kamu Brams,aku sama sekali tidak akan mendapatkan lagi lelaki perkasa seperti kamu yang bisa memuaskan aku kapan saja," bathin Shahnaz lagi******
Brams yang tidak mengetahui kedatangan Jesselyn,jadi mengajak Shahnaz untuk sementara tinggal di rumahnya.Dia yakin dengan adanya Shahnaz di rumah tersebut,sedikit rasa kesal dia pada Jesselyn mulai terobati."Shahnaz,aku ingin kamu tetap berada di rumah ini untuk beberapa hari.Apa kamu mau?" Tanya Brams.Dengan senyum merekah,Shahnaz sangat bahagia.Ajakan Brams untuk tinggal di rumah tersebut sungguh satu kehormatan yang luar biasa bagi Shahnaz."Sayang,tanpa kamu tanya aku akan sangat bersedia dan sangat bahagia bila kamu mengijinkan aku untuk tinggal di rumah ini."ucap Shahnaz."Shahnaz,aku ingin bersenang-senang dengan kamu.Aku tidak mau sedetikpun melewatkan waktu tanpa bersama kamu Shahnaz,"ucap Brams.Wajah Shahnaz makin berbinar,dia bahkan jadi salah tingkah saat Brams bicara demikian padanya.Layaknya sebagai nyonya rumah,Shahnaz bebas mau ngapain aja di rumah mewah milik Brams."Sayang,aku keluar sebentar ya!"ucap Shahnaz.Aku mau ca
"Siapa yang datang Shahnaz?" tanya Brams.Keduanya saling berpandangan.Jantung Brams saat itu, tiba-tiba berdetak kencang.Dia teringat pada Jesselyn, yang lagi mengandung anaknya di Singapore.Walau dalam kondisi khawatir, Brams tetap nekat dan berjalan ke arah pintu rumahnya.Shahnaz juga tidak mau ketinggalan, dia mengikuti langkah Brams dari belakang."Shahnaz...?"Jesselyn yang merasa emosi saat melihat ada Shahnaz di dalam rumah itu bersama suaminya."Bu Jesselyn," tegur Shahnaz.Telapak tangan Jesselyn melayang dan mendarat di pipi Shahnaz.Dia juga melihat muka Brams yang tertunduk saat Jesselyn menapar muka Shahnaz."Dasar pengkhianat," bentak Jesselyn.Kalian memang pengkhianat. Dugaanku yang selama ini pada kalian ternyata tidak salah.Kalian memang ular berbisa yang pandai bersandiwara."Jesselyn..!" Ucap Brams."Apa, apa lagi yang ingin kamu katakan.Mungkin saat di Singapore, kamu sengaja mencari celah ya