"Oh...ternyata begini kelakuan kamu selama ini Jesselyn?"Ucap Brams sambil tepuk tangan.
Jesselyn langsung terkejut dan spontan menarik tangannnya dengan kuat dari gemgaman Peter.
"Brams,ini bukan seperti yang kamu duga,"ucap Jesselyn.
Kamu mau bilang apa lagi Jesselyn,jelas-jelas aku sudah melihat kelakuan kamu dengan mata kepalaku sendiri.Jadi apa lagi yang kamu tutupi?"Ucap Brams.
"Tidak Jesselyn, kamu saat ini juga sudah membuat aku seratus persen tidak percaya lagi pada kamu.Pantasan aja kamu selama ini tidak mau ikut pindah ke Jakarta,rupanya ada main dibalik semua ini."
Jesselyn seakan mati kutu.Dia tidak lagi bisa berkata apa-apa karena Brams langsung melihatnya dan sudah sepenuhnya yakin kalau dia selingkuh dengan Peter.
"Kamu lagi,apa kamu tidak tahu kalau orang yang sedang bersama kamu itu adalah istri orang lain?"tanya Brams.
"Maaf pak,aku ini Peter pemilik baru dari perusahaan ini.Aku tidak pernah tahu kalau Jesselyn adal
"Jesselyn,coba kamu ceritakan,apa yang terjadi sebenarnya!"Jesselyn menatap mata dari mamanya.Dia tidak tahan lagi untuk mengatakan hal yang sebenarnya.Mata hazel Jesselyn terlihat meredup,pertanda ada beban dipikirannya."Mama,sejak aku berhubungan dengan Peter selama enam tahun,aku tidak pernah mengatakan kata putus,bahkan aku tidak pernah berkata kalau aku sudah menikah.Jadi sampai sekarang dia masih berpikir kalau aku ini adalah milik dia dan akan tetap sepenuhnya untuk dia.Peter bahkan tidak mau menyerah sekalipun aku ini sudah jadi istri dari Brams."Apa yang terjadi selanjutnya,Jesseelyn?""Sejak Peter berkata semuanya pada Brams,maka Brams jadi kecewa dan pergi begitu saja dari ruangan Peter tadi pagi ma.""Apa kamu tidak tahu kalau Brams akan ikut datang dalam undangan itu?""Tidak ma,bahkan aku saja terkejut melihat Brams ada di ruangan itu."jawab Jesselyn.Barbara terdiam sejenak,dia yakin kalau dalam hal ini
Malam terasa semakin dingin,Shahnaz dan Brams kini bercinta semakin dalam dan memuaskan hasratnya masing-masing.Shahnaz yang merasa bahagia pada malam itu, menjadi yakin kalau sekarang Brams telah berubah dan akan lebih memilihnya dari pada Jesselyn."Kamu memang suami terbaikku Brams," ujar Shahnaz sambil menutupkan selimut pada Brams yang sudah mulai tertidur."Aku akan membuat yang terbaik yang bisa membahagiakan Brams.Dengan demikian aku yakin kalau Brams akan selamanya akan menyuruh aku untuk tinggal di rumah ini,"bathin ShahnazSambil tersenyum,Shahnaz kembali memandangi wajah Brams yang sudah lelap.Dia berpikir dibalik sifat kerasnya Brams,masih banyak rasa manis yang dia dapatkan dari Brams,walaupun hanya tiba-tiba."Hahhhh...bagaimana mungkin aku bisa berpaling sepenuhnya dari kamu Brams,aku sama sekali tidak akan mendapatkan lagi lelaki perkasa seperti kamu yang bisa memuaskan aku kapan saja," bathin Shahnaz lagi******
Brams yang tidak mengetahui kedatangan Jesselyn,jadi mengajak Shahnaz untuk sementara tinggal di rumahnya.Dia yakin dengan adanya Shahnaz di rumah tersebut,sedikit rasa kesal dia pada Jesselyn mulai terobati."Shahnaz,aku ingin kamu tetap berada di rumah ini untuk beberapa hari.Apa kamu mau?" Tanya Brams.Dengan senyum merekah,Shahnaz sangat bahagia.Ajakan Brams untuk tinggal di rumah tersebut sungguh satu kehormatan yang luar biasa bagi Shahnaz."Sayang,tanpa kamu tanya aku akan sangat bersedia dan sangat bahagia bila kamu mengijinkan aku untuk tinggal di rumah ini."ucap Shahnaz."Shahnaz,aku ingin bersenang-senang dengan kamu.Aku tidak mau sedetikpun melewatkan waktu tanpa bersama kamu Shahnaz,"ucap Brams.Wajah Shahnaz makin berbinar,dia bahkan jadi salah tingkah saat Brams bicara demikian padanya.Layaknya sebagai nyonya rumah,Shahnaz bebas mau ngapain aja di rumah mewah milik Brams."Sayang,aku keluar sebentar ya!"ucap Shahnaz.Aku mau ca
"Siapa yang datang Shahnaz?" tanya Brams.Keduanya saling berpandangan.Jantung Brams saat itu, tiba-tiba berdetak kencang.Dia teringat pada Jesselyn, yang lagi mengandung anaknya di Singapore.Walau dalam kondisi khawatir, Brams tetap nekat dan berjalan ke arah pintu rumahnya.Shahnaz juga tidak mau ketinggalan, dia mengikuti langkah Brams dari belakang."Shahnaz...?"Jesselyn yang merasa emosi saat melihat ada Shahnaz di dalam rumah itu bersama suaminya."Bu Jesselyn," tegur Shahnaz.Telapak tangan Jesselyn melayang dan mendarat di pipi Shahnaz.Dia juga melihat muka Brams yang tertunduk saat Jesselyn menapar muka Shahnaz."Dasar pengkhianat," bentak Jesselyn.Kalian memang pengkhianat. Dugaanku yang selama ini pada kalian ternyata tidak salah.Kalian memang ular berbisa yang pandai bersandiwara."Jesselyn..!" Ucap Brams."Apa, apa lagi yang ingin kamu katakan.Mungkin saat di Singapore, kamu sengaja mencari celah ya
Minuman Wisky kembali diteguk oleh Brams. Lima orang wanita sedang berada di kelilingnya. Mata Brams sudah terasa berat dan penglihatannya mulai goyang. Dia berjalan pulang dengan sempoyongan setelah membagi-bagi banyak uang pada para penghiburnya.Pemilik Cafe yang sudah kenal betul dengan Brams, kini menyuruh anggotanya untuk mengantar Brams pulang ke rumah. langkahnya yang sudah oleng,membuat pemilik Cafe merasa kasihan dan khawatir pada Brams jika pulang sendiri."Ayo pak, aku bantu." ucap pelayan laki-laki tersebut"Kamu tidak usah repot-repot membantuku, aku bisa pulang sendiri," jawab Brams.Lelaki itu tidak perduli dengan celoteh Brams.Dia terus membantu hingga Brams berada di dalam mobil."Jesselyn...Jesselyn..., nama itu terdengar sering keluar dari mulut Brams. Kini lelaki itu bisa menyimpulkan Brams sedang ada masalah dengan wanita yang bernama Jesselyn."Ayo pak,kita sudah sampai," ucap pelayan itu.Dia langsu
Mata Brams kini mulai terbuka, dia heran, kenapa dia bisa berada di kamarnya. Efek minuman kini sudah tidak terasa lagi, yang ada hanyalah rasa ngilu dan lemas yang berlebihan.Brams mencoba duduk dan berdiri, dia sama sekali tidak ingat dengan keberadaan Jesselyn di dalam rumahnya. Brams dengan santainya berjalan keluar dari kamar. Dia melihat Jesselyn sedang tertidur di sofa ruang tamunya."Ya tuhan,rupanya Jesselyn masih di rumah, bathin Brams.Dia mencoba mendekati istrinya. Dia merasa tidak tega untuk membangunkan istrinya yang lagi marah besar pada kelakuannnya. Tangan Brams menepuk tangan Jesselyn, dia melihat Jesselyn hanya berbalik saja tanpa sadar dari tidurnya."Hahh..kasihan Jesselyn, mungkin semalam dialah yang mengurus aku dan membawa aku hingga ke tempat tidur" bathin Brams.Demi membuat istrinya bahagia, Brams mencoba membuat segelas susus dan sepotong roti di meja dekat istrinya, sebagai ungkapan rasa penyesalan atas pe
"Sayang, apa kamu masih marah lagi padaku?" tanya Brams.Jesselyn hanya diam, dia sebenarnya masih kecewa pada Brams, apalagi melihat panggilan masuk dari Shahnaz, tadi malam.Jesselyn mencoba sabar dan menerima kenyataan. Dia senyum dan mendekati suaminya, Brams."Brams, aku tidak marah sama kamu. Aku hanya kesal pada sikap kamu dengan Shahhnaz dibelakangku," jawab Jesselyn."Sayang, kamu wajar saja marah padaku. Aku bisa terima itu. Aku berbuat demikian seakan ingin balas dendam dengan perbuatan kamu di ruangan Peter waktu itu."Iya sayang, aku bisa mengerti hal itu," jawab Jesselyn."Jesselyn, aku kecewa dan marah karena kamu terlihat santai berpegangan tangan dengan Peter.Brams sedikit merasa lega. Dia sudah bisa jujur mengatakan hal apa yang membuatnya marah. Brams berharap ada perubahan keluarganya, setelah saling jujur dalam menyelesaikan masalah."Sayang, apa tidak sebaiknya kita keluar saja ya!" Aku rasa k
Brams yang semakin bingung untuk menjawab pertanyaan Jesselyn, kini mengambil jalan pintas dengan mengulur waktu."Sayang, aku jawabnya nanti di rumah aja ya! Sekarang kita lebih baik menikmati makanan ini terlebih dahulu. Bukankan kamu dari tadi sudah lapar dan minta untuk makan di sini?""Oh iya, baiklah sayang, aku juga ingin menyantap makanan ini terlebih dahulu," ucap Jesselyn.Jesselyn tersenyum melihat Brams, yang sedang menikmati makan siang, Dia juga tidak mau ketinggalan dengan masakan seafood, favoritenya."Kringggg!"Suara ponsel Brams kini berbunyi. Dia segera melihat panggilan siapa yang masuk saat itu."Siapa sayang?" tanya Jesselyn.'Mampus aku, ada panggilan dari Shahnaz. Apa yang akan Jesselyn katakan bila dia tahu ada panggilan dari Shahnaz,' bathin Brams."Brams, telepon dari siapa?" tanya Jesselyn sekali lagi."Akhhh... entahlah, mungkin ada orang iseng atau salah sambung." Namanya juga t