angin dingin di malam hari menusuk tulang jika tak mengenakan pakaian hangat. untuk destinasi mereka di malam pertama mereka di Jepang ini, Tian sudah menyiapkan sebuah destinasi romantis di malam hari. destinasi mereka malam ini sengaja diambil Tian karena jika dilihat, mereka bertiga bisa berpasangan. jadi apa salahnya mereka berenam sama-sama menikmati walaupun hanya dirinya dan Alin saja yang sepasang kekasih.Tokyo, Skytree menjadi tempat pilihan Tian. karena memang Alin ingin ke tempat ini. sebenarnya ALin ingin siang hari. namun apa salahnya mereka pergi di malam hari bukan? menikmati keindahan Tokyo di malam hari dari puncak Sky tree.dan mereka baru saja sampai di puncak menara tersebut. Saat lift terbuka, ALin langsung berseru takjub. ia bahkan sampai berlari sampai pembatas kaca dinding menara dan memperlihatkan begitu kerlap-kerlipnya Jepang di malam hari.Tian bahkan dibuat gemas dengan reaksi Alin. mungkin karena ini memang yang pertama untuk Alin sendiri. dan ia sangat
HAris masih betah terjaga. suasana hatinya justru semakin buruk. karena otakny selalu memikirkan Nauda dan Delon yang akan tertawa bersama dan saling menggoda. ia kembali mengeram kesal. Haris meraih ponselnya dan mencari kontak Naura. ia mencoba menghubungi Naura dan berdering. itu artinya Naura menggunakan jaringan internet di Jepang. Haris membuka room chat dengan Naura. Hai.kata itulah yang Haris kirim sebagai pesan pembukanya dengan Naura. ia tak ingin menghapusnya. karena ia sendiri memang ingin mengirim pesan pada Naura. biasanya yang ia tahu, orang-orang akan menghapus kembali karena takut dikatakan sok asik. tapi hal itu tak berlaku untuknya.cukup lama Haris menunggu sampai pesan tersebut berwarna centang biru. namun semenit sampai dua menit ia tunggu, pesan balasan tak kunjung masuk.Jangan dianggurin. aku lagi suntuk di sini.Haris kembali mengirim pesan yang kedua. dan tak berapa lama ia langsung bersemangat saat Naura sedang menulis balasan.Ting!pesan balasan pun ma
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat dan semua rombongan sudah kembali ke Hotel. Naura, Tiara dan Alin ada di kamar yang sama sementara Haris, Tian dan Delon juga dikamar yang sama. sebenarnya Tian sudah memberontak jika ia ingin satu kamar dengan Alin. namun yang namanya Delon, pria itu pasti akan mengacaukannya. alhasil, Tian harus pasrah untuk sekamar dengan Haris dan juga Delon.di kamar para cewek, Alin dibuat bingung dengan Naura dan Tiara yang tak saling sapa. sedari tadi ia melihat Naura dan Tiara berlalu lalang namun tak ada yang saling menyapa membuat Alin bingung."STOP!" Teriakan Alin menghentikan kesibukan Naura dan Tiara. Naura menatap sang adik lebih dulu, "Kakak sama Tiara itu kenapa sih? kok diam-dimana gitu?"Naura menatap Tiara, "Nggak diam-diaman kok. yang mau dibicarakan itu nggak ada.""Masa sih? kan banyak yang bisa dibicarakan. aku perhatikan saat di Indonesia dan di sini, kalian nggak saling ngomong. ada masalah apa?" Alin menatap Tiara.Tiara hanya menga
Suasana sarapan mereka kali ini benar-benar menegangkan. tak ada yang mulai berbicara bahkan untuk sekelas Tiara yang periang pun memilih untuk diam. tatapan Naura tak lepas dari ALin yang terus menunduk. ia meraih ponselnya dan mencari layanan tiket pesawat. ia tak mau melihat Alin seperti ini. saat ini ia melihat orang-orang memperlakukan adiknya sebagai perempuan murahan. dan ia terluka karena itu.sebagai seorang kakak, ia tak terima. walaupun pemicu ketegangan ini adalah Alin sendiri. namun balasan yang ALin dapatkan sama sekali tak setimpal. ia merasa ALin seperti direndahkan."Aku dan Alin akan kembali ke Jakarta jam sebelas nanti. jadi setelah sarapan ini, kami akan bersiap-siap untuk pulang. aku juga sudah membeli tiketnya." kalimat sempurna yang keluar dari mulut Naura membuat Tian, Delon, Tiara dan Haris langsung menatap ke arahnya."Tian, aku tahu Alin bersalah. Adikku hanya seorang perempuan kecil yang tak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini. dia hanya seorang gadis k
ternyata yang pakar cinta itu bilang kalau cinta itu butuh komunikasi adalah benar. faktanya dialami oleh Alin sendiri. ia pikir hubungannya dengan Tian akan selesai. tapi ternyata ia salah. Tian mampu membuat semuanya kembali dengan baik. walaupun ada keraguan di hati Alin, namun pria itu mampu meyakinkan Alin jika semua akan baik-baik saja. tak ada yang dirugikan dengan hubungan mereka seperti yang dituduhkan Delon padanya.dan ini sudah masuk hari ketiga mereka di Jepang dan saat ini mereka baru saja sampai di Sapporo. permainan ski sangat mereka inginkan siang ini."Aku di sini saja." ucap Alin mendadak takut saat melihat hamparan salju menutupi gunung yang saat ini mereka injak. di depan ALin begitu banyak orang dari berbagai negara yang sedang menikmati ski."Nggak apa-apa sayang. aku ajarin." ucap Tian meyakinkan.Alin kembali menggeleng. ia menatap Naura, Tiara, Delon dan Haris sudah berada di tengah-tengah wahana.Alin mendadak ngereok seperti orang gila karena saking takutny
Gondala yang tadi niaiki Haris dan Naura sudah sampai kembali ke tempat semula. "Ingat pesan aku." Ucap Haris sembari berbisik. pria itu berada di belakang Naura. Naura mendengus kesal. sudah hampi lebih dari dua puluh kali Haris memintanya untuk mengingat peringatan yang tadi Haris sebutkan untuknya.Dia tak bodoh dan juga tak pelupa. tapi kenapa selalu kalimat yang itu itu saja yang Haris katakan padanya.Langkah Naura tiba-tiba terhenti saat Tiara berdiri di depannya. ia menatap kesal gadis yang kini juga sedang menatapnya tajam."Ngapain lo? minggir!" ucap Naura dan langsung mendorong Tiara pelan.Tiara bukannya beranjang, gadis itu justru semakin menghalangi jalann Naura. sementara Haris sudah lebih dulu pergi tanpa ia tahu jika Tiara mencekal Naura di belakang."Mau apa sih lo!" teriiak Naura yang mulai tak sabar."Lo yang harusnya gue tanya. mau lo apa? kenapa lo deketin Haris."Naura tersenyum miring. ia menatap Tiara, "Apa ada larangan untuk dekat dan berteman dengan Haris? n
"Kamu ngomong apa sama Naura?" Tiara meremas pinggiran bajunya saat Delon mengajaknya bicara empat mata. "Apa yang Alin katakan itu benar? kamu bicara kasar dan merendahkan Naura?" Tiara masih belum mau menjawab. pertanyaan Delon seolah menyudutkannya. walaupun nyatanya pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang buruk. Delon mengusap wajahnya kasar. ia tak menyangka keputusannya membawa Tiara akan membuat liburan ini akan seburuk sekarang."Tolonglah Tiara. kamu gadis berpendidikan. jangan bikin tittle berpendidikan kamu ini hancur begitu saja."Tiara menatap Delon kesal. "Abang keluarga aku atau bukan? kenapa abang belain gadis itu?""Ra, ini bukan soal bela membela."Tiara mendengus, "Apa namanya kalau bukan? memojokkan aku? adikmu sendiri? adik kandungmu sendiri."Delon menghela nafas panjang. ia menatap Tiara lekat, "Apa ini karena Haris?" tebak Delon membuat Tiara menatapnya. "Tebakan abang benar kan? melihat reaksi kamu, abang yakin ini karena Haris.""Ini bukan karena Haris. ini
Pagi mulai menyapa. sinar mentari mulai masuk melalui jendela kaca mobil Haris membuat Haris mengerjab. pria itu mengeliat dan meregangkan tubuhnya. ia menatap pet shop dan terjyata sudah buka. sebelum keluar, Haris membersihkan dulu wajahnya dengan tisu yang ada di dalam mobil lalu mengenakan masker. pasalnya ia belum gosok gigi sama sekali. kalau Naura tahu hal ini, gadis itu pasti sudah akan menertawakannya sebagai pria yang jorok. Haris keluar dari mobil. ia mengeluarkan bukti penitipan kucing di tempat tersebut dan masuk ke dalam. "Selamat pagi." sapa Haris pada salah satu staff. "Selamat pagi mas. ada yang bisa saya bantu?" "Ini mbak, saya nitip kucing di sini tiga hari yang lalu. jadi mau diambil sekarang." Haris menyerahkan bukti penitipan tersebut pada staff yang ada di depannya. "Tunggu sebentar ya Mas." Haris mengangguk. staff itu langsung masuk ke dalam dan tak lama, ia membawa dua buah rumah kucing. satu adalah Hana, dan yang satunya milik Alin. "Kucingnya sudah dibe
Tak jauh beda dengan Delon, Haris dan Naura pun baru saja merasakan pelepasan mereka. Dan kini keduanya sedang berada di bawah selimut, setelah tadi Haris berkali-kali melepaskan benihnya dalam rahim Naura. "Capek?" Tanya Haris pada sang istri.Naura mengangguk, "Ngantuk yank." Ucapnya."Ya udah, kamu tidur ya. Aku mandi dulu." Naura lagi-lagi mengangguk. Ia mengeratkan selimutnya untuk kembali tidur, sementara Haris memilih untuk mandi. Tubuhnya terasa begitu lengket setelah pertempuran penuh nikmat yang ia lakukan bersama Naura.Seperempat jam setelahnya, Haris selesai dan kembali masuk ke dalam selimut. Ia memeluk Naura Yang sudah terlelap dan sama-sama mengarungi mimpi.*****Paginya, Kediaman Tian sedang Tak baik-baik saja. Pasalnya sang istri merajuk karena perkara ia minum pakai gelas warna merah. Bahkan keributan itu menarik perhatian pengantin baru.Naura yang saat itu baru masuk ke dalam langsung dibuat heran dengan Alin yang sedang menangis sesenggukan di sofa keluarga. Di
Tita masih syok. satu kalimat yang tak ia bayangkan akan keluar dari mulut Mas Delon, satu kalimat yang tak pernah ia bayangkan akan ada yang meminta itu padanya, berhasil membuat kerja jantungnya meningkat. Tita menyentuh dadanya lalu menatap Delon. "Mas, Jantung aku." bisik Tita. Delon langsung panik. ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, namun langsung dicegat Tita. "Mas mau ngapain?" tanya Tita cepat."Nelpon dokter. tapi jantung kamu--""Iiiihh Mas Delon. kok dokter sih." Dengan tanpa sadar dan spontan, Tita menarik telapak tangan Delon dan meletakkannya tepat di dadanya. sebenarnya tujuan Tita ingin meminta Delon merasakan detaknya, namun sepertinya yang Tita lakukan adalah sebuah kesalahan. karena bukan merasakan detak jantung Tita, justru Delon yang dibuat berdetak tak karuan."Kerasa nggak?" Tanya Tita polos.Delon belum menjawab. Ia menatap Tita Lamat. Sampai Tita sadar jika ia sudah sedikit keterlaluan. Tia langsung menarik tangan Delon dari dadany
Pesta pernikahan sudah usai. yang tersisa hanyalah lelahnya saja. namun beda dengan penagntin baru. bukan sisa, melainkan hal baru. bagaimana tidak, keduanya bahkan tak canggung lagi sama sekali berbicara soal malam pertama. dan itu membuat Delon menatap keduanya kesal. adn saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Tian. di sana juga ada Tita."Bisa disortir sedikit kalimat kalian?" Ucap Delon sewot. Naura menatap Delon dengan tatapan usil, "Makanya, buruan nikah. jangan sampai Tita disalip yang lain."Tita langsung tersipu. sementara Delon menggerutu kesal."Bro, kalimat yang di pesta tadi serius?" kini giliran Tian mengambil alih."Yang mana?""Kamu lihat? Dia yang saat ini sedang abang--"Buugghh!Sebuah bantal kursi melayang ke arah Tian. dan pelakunya adalah Delon sendiri. gugupnya Delon membuat semuanya tertawa."Ngapain malu. kalau benar ya diakui saja. toh nggak ada yang salah kok. kalau Tita sendiri, mau nggak sama om om seperti Delon?" Delon menatap tajam Alin. namun hanya
Hari pernikahan."Kak, selamat ya. Akhirnya nikah juga." Ucap Alin dengan bahagia. Ia tak menyangka jika kakaknya akhirnya berakhir di pelaminan dengan kak Haris.Dan status Naura berubah menjadi istri orang tepat satu jam yang lalu. Pesta pernikahan yang bertemakan white garden itu dihadiri banyak tamu. Khususnya dari rekan-rekan Haris dan Tian di perusahaan dan kawan nongkrong.Di tengah-tengah tamu yang hadir, juga ada Delon dan Tita. Gadis itu terlihat begitu cantik. Delon berhasil menyulap Tita menjadi seorang ratu yang begitu sempurna. Dan selama pesta berlangsung, Tita hanya duduk dan sesekali saja berdiri. Delon juga terlihat melayani Tita dengan sangat baik. Sepertinya pria itu sudah tersihir dengan pesona Tita.Sebelum h-1 pernikahan Haris dan Naura berlangsung, Delon datang ke kediaman Tian. Pria itu berkunjung untuk berkumpul bersama sekaligus mengatakan jika besok Tita akan datang ke pesta dan Delon juga mengatakan bagaimana kondisi Tita sebenarnya membuat Naura dan Alin
Haris dan Naura melihat tim dari WO sedang menyulap aula gedung perusahaan di kantor Tian menjadi ruangan yang dipenuhi berbagai jenis bunga dan lebih mendominasi warna putih. Dan persiapan itu sudah hampir rampung. Setelah dua Minggu pengurusan semuanya, mulai dari surat-surat yang dibutuhkan sampai penentuan konsep pernikahan, bahkan Haris menemui ayah kandung Naura yang sudah pindah ke Bandung untuk memberitahukan rencananya tersebut. Dan kini tibalah saatnya memasuki H-3 pernikahan dirinya dan Naura.Haris merangkul pinggang Naura. "Kamu suka?" Tanyanya pada Naura. Naura mengangguk. "Sangat." Jawab Naura penuh haru. Ia tak menyangka jika dirinya dan Haris akan menikah juga. Dan setelah menikah, mereka tak perlu dipisahkan jarak, karena Haris sudah mendapat izin cuti dari Tian untuk menemani dirinya selama kuliah di Aussie."Oya, kamu sudah dapat info terbaru dari Delon?" Haris menatap Naura yang tiba-tiba menanyakan soal Delon. "Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Kamu sadar nggak
Alin dan Tian baru saja sampai di Jakarta setelah satu minggu lamanya mereka berbulan madu. dan kedatangan mereka siang ini di sambut oleh Haris dan Naura di bandara. dan sepasang kekasih itu sudah menunggu pengantin baru sejak setangah jam yang lalu.Naura asik menyantap es krim yang Haris belikan di cafe bandara. "Enak banget kayaknya." Goda Haris pada gadis itu."Banget yank. kamu mau?"Haris menggeleng, "Kamu aja. aku lagi nggak mau makan es krim.""Kenapa? panas-panas gini mending makan atau minum yang dingin dingin." Tak tergoda sama sekali, Haris tetap menggeleng. Naura mencibir. Ia kembali menyantap es krim coklat kesukaannya. Dari tempatnya berdiri, Haris bisa melihat pengantin baru tersebut keluar dari pintu kedatangan. Ia segera melambaikan tangannya memberi kode pada Tian di mana posisinya saat ini.Naura yang melihat kehadiran sang adik langsung keluar dari mobil dan berlari mengejar Alin. "Aaaaa kangeeennn." Teriak Naura yang langsung memeluk Alin saat dia sudah sampai
Alin melenguh dalam tidurnya. ia merasakan tubuhnya remuk seketika saat ia baru saja terbangun. ia membuka matanya dan melihat suaminya masih terlelap. Alin menatap wajah tenang Tian. ia sangat suka dengan pahatan wajah Tian yang sempurna baginya. bahkan saking sempurnanya, ia akan memasang mata elangnya saat ada perempuan yang melirik pada sang suami. bahkan saat mereka di sini pun, Tian tak lepas dari tatapan para pemangsa. dan ia tak akan pernah mengizinkan pemangsa itu mendekati miliknya.Alin menyentuh pipi Tian lembut membuat Tian terbangun. "Suamiku tersayang, bangun." bisik Alin. Tian tersipu. ia menarik Alin semakin masuk dalam pelukannya membuat Alin tertawa. "bangun sayangku. sudah jam sebelas. kita melewatkan sarapan kita sayang." "Sebentar lagi istriku. atau aku ganti sarapan saja gimana?"Alin menautkan alisnya tak paham. "Ganti sarapan? maksudnya?"Tian tersenyum penuh makna. ia masuk ke dalam selimut dan detik berikutnya Alin memekik saat Tian bermain dengan puncak ke
Tian menatap istrinya yang sudah terlelap. Seharian jalan-jalan membuat Alin lelah dan memilih untuk cepat tidur. Baginya juga tak masalah, biar besoknya Alin punya tenaga lagi untuk kembali menjelajahi Jepang. Masih banyak tempat yang ingin ia tunjukkan pada Alin. Tian turun dari tempat tidur. Ia meraih ponselnya lalu berjalan keluar menuju balkon. Ia mencari kontak ponsel Haris dan langsung menghubungi pria tersebut.Tak lama panggilan itu pun tersambung dan langsung diangkat oleh Haris."Bagaimana di Indonesia?" Tanya Tian tanpa basa-basi."Ck! apa kau tak bisa basa-basi terlebih dahulu?" ucap Haris membuat Tian berdecak kesal.. "Kau tahu aku tak terlalu suka hal itu. bahkan darahku mendidih saat melihat pria sialan itu berani masuk ke dalam rumahku. sialnya aku tak meminta orang-orangku untuk berjaga di sana." jawab Tian dengan nada suara yang begitu dingin.Haris paham itu. ia sangat tahu jika Tian tak suka rumahnya dimasuki oleh orang sembarangan. bahkan untuk Naura bisa di sa
Haris dan Naura menikmati makanan yang mereka pesan dengan sangat nikmat. Naura yang awalnya ingin Haris makan bersamanya di tempat tidur rumah sakit, berubah menjadi ia yang mengikuti Haris makan di meja beserta sofa yang sudah di siapkan di ruangan tersebut.Setelah makanan habis, Naura belum ingin kembali ke tempat tidur. Toh ia juga tak butuh apa di tempat tidur. Makanya ia mengatakan jika ia sudah bisa pulang sebenarnya. Namun karena dokter mengatakan belum, jadi ia pasrah saja. Dari pada ia ribut lagi dengan pria yang ada di sampingnya ini."Alin kapan balik?" Tanya Naura pada Haris yang sedang mengupas buah."Katanya sih cuma liburan seminggu. Kamu tahu sendiri Tian. Dia bos nya di sini. Jadi seminggu katanya, belum tentu seminggu. Bisa jadi sebulan.""Ih jangan. Kok sebulan."Haris langsung menatap Naura,"kenapa kalau sebulan?""Kalau sebulan, berarti aku udah balik dong ke Aussie, terus kita nikahnya kapan?" Ucapnya cemberut. Tawa Haris nyaris meledak kalau ia tak menahannya