Gondala yang tadi niaiki Haris dan Naura sudah sampai kembali ke tempat semula. "Ingat pesan aku." Ucap Haris sembari berbisik. pria itu berada di belakang Naura. Naura mendengus kesal. sudah hampi lebih dari dua puluh kali Haris memintanya untuk mengingat peringatan yang tadi Haris sebutkan untuknya.Dia tak bodoh dan juga tak pelupa. tapi kenapa selalu kalimat yang itu itu saja yang Haris katakan padanya.Langkah Naura tiba-tiba terhenti saat Tiara berdiri di depannya. ia menatap kesal gadis yang kini juga sedang menatapnya tajam."Ngapain lo? minggir!" ucap Naura dan langsung mendorong Tiara pelan.Tiara bukannya beranjang, gadis itu justru semakin menghalangi jalann Naura. sementara Haris sudah lebih dulu pergi tanpa ia tahu jika Tiara mencekal Naura di belakang."Mau apa sih lo!" teriiak Naura yang mulai tak sabar."Lo yang harusnya gue tanya. mau lo apa? kenapa lo deketin Haris."Naura tersenyum miring. ia menatap Tiara, "Apa ada larangan untuk dekat dan berteman dengan Haris? n
"Kamu ngomong apa sama Naura?" Tiara meremas pinggiran bajunya saat Delon mengajaknya bicara empat mata. "Apa yang Alin katakan itu benar? kamu bicara kasar dan merendahkan Naura?" Tiara masih belum mau menjawab. pertanyaan Delon seolah menyudutkannya. walaupun nyatanya pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang buruk. Delon mengusap wajahnya kasar. ia tak menyangka keputusannya membawa Tiara akan membuat liburan ini akan seburuk sekarang."Tolonglah Tiara. kamu gadis berpendidikan. jangan bikin tittle berpendidikan kamu ini hancur begitu saja."Tiara menatap Delon kesal. "Abang keluarga aku atau bukan? kenapa abang belain gadis itu?""Ra, ini bukan soal bela membela."Tiara mendengus, "Apa namanya kalau bukan? memojokkan aku? adikmu sendiri? adik kandungmu sendiri."Delon menghela nafas panjang. ia menatap Tiara lekat, "Apa ini karena Haris?" tebak Delon membuat Tiara menatapnya. "Tebakan abang benar kan? melihat reaksi kamu, abang yakin ini karena Haris.""Ini bukan karena Haris. ini
Pagi mulai menyapa. sinar mentari mulai masuk melalui jendela kaca mobil Haris membuat Haris mengerjab. pria itu mengeliat dan meregangkan tubuhnya. ia menatap pet shop dan terjyata sudah buka. sebelum keluar, Haris membersihkan dulu wajahnya dengan tisu yang ada di dalam mobil lalu mengenakan masker. pasalnya ia belum gosok gigi sama sekali. kalau Naura tahu hal ini, gadis itu pasti sudah akan menertawakannya sebagai pria yang jorok. Haris keluar dari mobil. ia mengeluarkan bukti penitipan kucing di tempat tersebut dan masuk ke dalam. "Selamat pagi." sapa Haris pada salah satu staff. "Selamat pagi mas. ada yang bisa saya bantu?" "Ini mbak, saya nitip kucing di sini tiga hari yang lalu. jadi mau diambil sekarang." Haris menyerahkan bukti penitipan tersebut pada staff yang ada di depannya. "Tunggu sebentar ya Mas." Haris mengangguk. staff itu langsung masuk ke dalam dan tak lama, ia membawa dua buah rumah kucing. satu adalah Hana, dan yang satunya milik Alin. "Kucingnya sudah dibe
Pagi ini, Tian harus buru-buru ke kantornya. pasalnya staff dari tuan Hirada akan datang ke Indonesia dan saat ini sudah sampai di bandara. dan ia juga sudah memerintahkan Haris untuk menjemput ke sana. "Aku pergi sebentar ya." ucap Tian pamit pada Alin. Alin mengangguk. TIan mengusap puncak kepala Alin sembari tersenyum. pria itu berbalik meninggalkan Alin namun baru saja dua langkah ia maju, Tian kembali mundur dan menatap dengan tatapan memohon pada Alin, "Kamu ikut saja ya ke kantor." ucapnya memohon.Alin kembali menggeleng. "Aku bosan di sana. kamu pasti sibuk dengan tamunya. dan aku? pasti kesepian. kalau di rumah, aku bisa tiduran."mendengar alasan Alin, Tian seketika tersenyum manis. kalau hanya tiduran, di ruang kerjaku ada ruangan rahasia sayang." ucap Tian.Alin menautkan alisnya, "Ruangan rahasia?"Tian mengangguk. "ruangan itu biasa dimiliki oleh bos bos besar.""Ada apa di sana?""Kamar tidur dan kamar mandi."ALin melotot tak percaya, "Kamar?" tanya ALin syok.Tian m
Naura menyalakan pendingin ruangan di apartemennya. sudah memasuki Desember, Melbourn akan memasuki musim panas dan suhu di luar sangat membuatnya gerah. ia juga malas kemana-mana karena cuaca yang tak terlalu ia sukai. jika November kemarin ia mendapati musim salju di Jepang, di sini justru ia ditabrak dengan musim panas.Naura masih cuti kuliah. karena memang maunya seperti itu. ia bisa bersantai di rumah dna tak kemana-mana selama musim panas. bahkan untuk mandi di pantai pun ia tak mau. lebih baik dirumah. bisa mengademkan diri sekaligus menghemat.jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. biasanya memasuki Desember ini, akan banyak bermunculan ornamen ornamen natal yang menghiasi pertokoan, jalan-jalan dan juga Mall. dan orang-orang dengan kostum santa nya juga akan bertebaran di mana-mana. dan biasanya akan banyak pembagian makanan gratis dari beberapa toko yang sedang merayakan euforia natal. dan Naura suka moment ini. ia bisa makan enak dan tentu saja tak mengeluarkan uang se
Naura masih terbangun dengan posisinya yang berada dalam dekapan Haris. sementara pria itu sudah tertidur sedari tadi. Naura masih berpikir dalam benaknya kenapa hari ini Haris berada di sini. apa tujuan sebenarnya Haris seperti ini. yang ia tahu Haris dan dirinya tak pernah akur. bahkan selalu bertengkar. namun sekarang, haris di hadapannya, memeluknya dan tertidur. banyak hal yang ingin ia tanyakan, termasuk tentang Tiara. bagaimana hubungan Haris saat ini dengan Tiara. apa masih baik atau justru sebaliknya.ia kembali menatap lamat wajah Haris. jujur, ia pun mengantuk. ia sudah mencoba melepaskan dirinya dalam dekapan pria di depannya ini, namun selalu gagal. Naura tak bisa lagi menahan rasa kantuknya yang membuatnya akhirnya terlelap dalam dekapan Haris.jam sudah menunjukkan pukul tiga sore saat Haris terbangun. dan pria itu terbangun lebih dulu. ia membuka matanya secara perlahan dan mendapati Naura yang terlelap dengan tenang dalam dekapannya. ia menatap lekat wajah Naura. waj
Haris mengulum senyumnya saat Naura yang tiba-tiba memeluknya. ia ingin membalikkan tubuhnya namun ditahan oleh Naura. "Kenapa ditahan?" tanya Haris.Haris bisa merasakan Naura menggeleng di punggungnya. pria itu tersenyum tipis. ia melepaskan pelukan Naura di pinggangnya lalu memutar tubuhnya menghadap gadis tersebut. Naura menatap tepat di mata Haris, begitupun dengan pria tersebut. sembari tersenyum ia menatap Naura yang terlihat merona.Ia tak bisa menebak apa yang saat ini ada dalam pikiran Naura. yang ia lihat saat ini, gadis itu tersipu malu. "Jadi,?" Tanya Haris."jadi apa?""Hahaha. maksudnya ini Naura." gemasnya lalu tertawa sembari mengacak rambut Naura."Apa? Maksud apa." Naura tertunduk malu."Mana nih Naura yang selalu cari ribut sama aku. kok tinggal Naura yang malu malu kucing?" goda Haris. Naura semakin malu dibuatnya. namun ia memberanikan diri menatap Haris. "Jangan pulang dulu." ucapnya."Apa?" goda Haris."Iiihh, usil banget sih. aku bilang jangan pulang dulu. di
Menyambut minggu pertama Desember, Jakarta di sambut hujan lebat yang sudah menyebabkan titik banjir di beberapa tempat. beruntung hari itu hari minggu. jadilah tak ada yang terlalu buru-buru untuk bekerja, kecuali mereka yang memang bekerja satu minggu full.Alin melirik jendela rumah yang menembus pada taman luar. padahal hari ini ia berencana ingin membeli bahan untuk membuat kue. karena ia sangat ingin berkreasi kembali dengan kue-kue yang dulu ingin ia buat. tapi siapa sangka, rencana tersebut hanya tinggal rencana karena hujan yang tak kunjung berhenti.Alin memeluk lengannya. ia berbalik saat mendengar suara deheman dari belakangnya. ia yang tadi suntuk langsung tersenyum manis saat netranya melihat keberadaan Tian yang mendekat ke arahnya."Apa melihat hujan dari jendela membuat suasana hatimu membaik?" tanya Tian lalu memeluk kekasihnya tersebut. Ia paham betul bagaimana kesalnya Alin karena menunda jadwal belanjanya. Sebelumnya Alin berencana untuk berbelanja dua hari yang l