Haris mengulum senyumnya saat Naura yang tiba-tiba memeluknya. ia ingin membalikkan tubuhnya namun ditahan oleh Naura. "Kenapa ditahan?" tanya Haris.Haris bisa merasakan Naura menggeleng di punggungnya. pria itu tersenyum tipis. ia melepaskan pelukan Naura di pinggangnya lalu memutar tubuhnya menghadap gadis tersebut. Naura menatap tepat di mata Haris, begitupun dengan pria tersebut. sembari tersenyum ia menatap Naura yang terlihat merona.Ia tak bisa menebak apa yang saat ini ada dalam pikiran Naura. yang ia lihat saat ini, gadis itu tersipu malu. "Jadi,?" Tanya Haris."jadi apa?""Hahaha. maksudnya ini Naura." gemasnya lalu tertawa sembari mengacak rambut Naura."Apa? Maksud apa." Naura tertunduk malu."Mana nih Naura yang selalu cari ribut sama aku. kok tinggal Naura yang malu malu kucing?" goda Haris. Naura semakin malu dibuatnya. namun ia memberanikan diri menatap Haris. "Jangan pulang dulu." ucapnya."Apa?" goda Haris."Iiihh, usil banget sih. aku bilang jangan pulang dulu. di
Menyambut minggu pertama Desember, Jakarta di sambut hujan lebat yang sudah menyebabkan titik banjir di beberapa tempat. beruntung hari itu hari minggu. jadilah tak ada yang terlalu buru-buru untuk bekerja, kecuali mereka yang memang bekerja satu minggu full.Alin melirik jendela rumah yang menembus pada taman luar. padahal hari ini ia berencana ingin membeli bahan untuk membuat kue. karena ia sangat ingin berkreasi kembali dengan kue-kue yang dulu ingin ia buat. tapi siapa sangka, rencana tersebut hanya tinggal rencana karena hujan yang tak kunjung berhenti.Alin memeluk lengannya. ia berbalik saat mendengar suara deheman dari belakangnya. ia yang tadi suntuk langsung tersenyum manis saat netranya melihat keberadaan Tian yang mendekat ke arahnya."Apa melihat hujan dari jendela membuat suasana hatimu membaik?" tanya Tian lalu memeluk kekasihnya tersebut. Ia paham betul bagaimana kesalnya Alin karena menunda jadwal belanjanya. Sebelumnya Alin berencana untuk berbelanja dua hari yang l
Sudah dua hari Haris berada di Australia. dan hubungannya dengan Naura juga sudah membaik, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. walaupun belum ada kata cinta dari Haris dan mengikat Naura sebagai pacar, namun perlakuan Haris pada Naura terlihat seperti perlakuan cowok pada pacarnya. contohnya saja saat ini. Naura belum bangun dan keluar kamar, namun Haris yang tidur di sofa sudah bangun sejak tadi, bahkan sedang berkutat di dapur membuatkan sarapan untuknya dan Naura.sementara Naura, gadis itu dalam tidurnya tanpa sadar mengendus aroma yang membuatnya terbangun. ia langsung menyibak selimutnya dan keluar dari kamar. perutnya mendadak keroncongan. mungkin karena semalam ia tak makan juga. saat ia sudah keluar dari kamar, ia melihat Haris sedang berkutat di dapur.ia menutup pintu dan langsung melangkah mendekati haris, "Sedang apa?" tanya Naura pada pria tersebut."Oh, kamu sudah bangun? aku buat sarapan enak." jawabnya.Naura melangkah semakin medekat pada Haris. indra penciumann
Tian dan ALin kini sudah berada di dalam mobil. Tian menatap Alin yang sedari tadi tak berhenti menangis. "Aku pikir papa sudah sadar dan tak mau berhutang lagi, tapi ternyata apa? dia semakin menjadi." ucap ALin sembari terisak.Tian menarik Alin dalam pelukannya. "AKu janji akan cari papa sama mama kamu sayang." Ucap Tian namun Alin langsung menggeleng."aku nggak mau. biarin saja Tian. aku nggak mau lagi." ucap ALin membuat Tian iba. ia tahu Alin sangat kecewa. tapi apa boleh buat. faktanya Alin darah daging Yanto. "Kak Naura bagaimana? Dia juga belum tahu sepertinya." Ucap Alin lagi.Tian terdiam sejenak. Apa ia harus menghubungi Haris di sana dan meminta Naura kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. Karena jika dipikir-pikir, hanya Haris yang bisa ia kontak di sana dan tak mungkin langsung pada Naura."Aku akan bicara dengan Haris nanti. Semoga dia bisa bawa Naura cepat tanpa menunggu jadwal pernikahan kita dulu."Alin mengangguk. "Kita pulang saja." Ucap Alin.Tian mengangguk. u
"Kau menyukaiku?" ulang Naura kembali pada Haris.Tatapan mata Haris masih sama. lekat pada tatapan mata Naura, "Jika kukatakan iya, apa yang akan kamu lakukan? dan jika tidak, apa yang akan kamu lakukan?" Naura berdehem mendengar pertanyaan balik dari Haris. apa yang akan ia lakukan? ia sendiri tak tahu apa jawabannya. Haris yang melihat kebingungan di mata Naura, langsung tertawa. ia mengacak puncak kepala Naura pelan, "SUdah!. jangan dipikirkan. anggak pertanyaan balik dariku sebagai sebuah lelucon semata." ucap Haris namun entah kenapa Naura merasakan ada kekecewaan di hatinya. ia tak tahu apa penyebab kekecewaan itu. otaknya seketika mengarah pada bayangan Tiara yang tertawa lepas dengan Haris. mendadak hatinya kesal."Kalau aku larang kamu dekat dengan Tiara, apa kamu menyanggupi." tanya Naura.Haris tertawa, "Kalau itu mau kamu, aku akan menyanggupi.""Tapi kan, kamu jauh lebih lama kenal dengan Tiara.""tak berdekatan lagi bukannya tanda benci kan? aku memang lebih lama ken
Suasana di ruang keluarga rumah Tian terasa cukup menegangkan. dan pelaku yang membuat ketegangan itu adalah Tian dan ALin. setelah insiden pelabrakan Tiara yang berakhir dengan malunya gadis tersebut membuat Alin dan Tian harus mengintrogasi Haris dan Naura setelah mereka tiba di rumah.bagaimana tidak. mereka masih memikirkan kalimat yang Naura ucapkan tadi. yaitu, gadis itu adalah calon istrinya Haris.Haris masih duduk dengan santai, sementara Naura sudah menunduk takut saat tatapan Tian dan Alin tak lepas darinya."Bisa kakak jelaskan maksud kakak tadi saat kita di restoran?" tanya Alin. Naura mengangkat wajahnya menatap Alin."Yang mana?" Tanya NAura berpura-pura tak tahu."Yakin nggak tahu? atau pura-pura lupa?" tanya Alin lagi dengan wajah penuh selidik.Naura tertunduk. ia mendengus membuat Haris tertawa. ia lalu melirik Haris yang masih terlihat santai. ia menyikut Haris seketika. "Apa?" tanya Haris."Kamu nggak mau ikut bantu jelaskan." bisik Naura pada Haris."Oke." Haris
Alin masih betah berbaring di tempat tidur di dalam ruang kerja Tian. Sejak Tian membawanya masuk ke dalam tadi, ia justru dibawa ke atas tempat tidur dan dibaringkan oleh pria tersebut. Namun mereka tak melakukan apa-apa. Tian hanya memeluknya sembari memejamkan mata dan sekarang pria itu tertidur di sampingnya.sementara dirinya tak bisa bergerak ke sana kemari karena Tian yang memeluknya cukup erat. Sebenarnya ia ingin protes dari tadi karena punggungnya terasa pegal, namun melihat ketenangan Tian yang tertidur begitu pulas, membuatnya tidak tega untuk membangunkan pria tersebut. Alhasil Ia hanya bisa menerima kekakuan tubuhnya sembari bermain ponsel.Sementara itu Haris dan Naura Baru saja sampai di rumah. Naura sebenarnya sudah kepo menanyakan pada Haris apa tujuan pria itu untuk ke kantor Tian, namun Haris tak kunjung memberitahukan padanya tentang tujuannya itu. Bahkan Haris hanya mengatakan jika Yang Tian katakan tadi akan dikatakan nanti, tapi entahlah nantinya kapan.Naura m
Hari pernikahan Alin dan Tian akhirnya tiba, dan baru saja lima menit yang lalu keduanya sudah sah menjadi sepasang suami istri. Alin terlihat sangat cantik dengan balutan gaun pengantin yang terlihat sangat mewah. Walaupun begitu, gaun Alin tak terlalu mahal. Mungkin karena Alin yang tak ingin bermewah-mewahan dalam pernikahannya. Memang sebelum memilih semuanya, Alin sudah mengatakan pada Tian jika ia tak ingin yang mahal-mahal. Karena sayang uangnya. Walaupun sebenarnya bagi Tian uang itu tak terlalu masalah. Namun karena Alin yang bersikeras, ia pun akhirnya menurut saja. Sampai akhirnya terlaksana lah pernikahan yang sederhana namun khitmat dan haru. Saat ini Alin sedang bersiap untuk resepsi. Ia bahkan sudah berganti pakaian menjadi pakaian pesta. walaupun harga pakaian tersebut tak terlalu mahal namun saat terpasang di tubuh Alin, kesan elegan dan mewah langsung terpancar di gaun tersebut. Mungkin karena memang Alin yang terlihat begitu cantik dan sempurna.Saat ini Alin hend