Tian dan ALin kini sudah berada di dalam mobil. Tian menatap Alin yang sedari tadi tak berhenti menangis. "Aku pikir papa sudah sadar dan tak mau berhutang lagi, tapi ternyata apa? dia semakin menjadi." ucap ALin sembari terisak.Tian menarik Alin dalam pelukannya. "AKu janji akan cari papa sama mama kamu sayang." Ucap Tian namun Alin langsung menggeleng."aku nggak mau. biarin saja Tian. aku nggak mau lagi." ucap ALin membuat Tian iba. ia tahu Alin sangat kecewa. tapi apa boleh buat. faktanya Alin darah daging Yanto. "Kak Naura bagaimana? Dia juga belum tahu sepertinya." Ucap Alin lagi.Tian terdiam sejenak. Apa ia harus menghubungi Haris di sana dan meminta Naura kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. Karena jika dipikir-pikir, hanya Haris yang bisa ia kontak di sana dan tak mungkin langsung pada Naura."Aku akan bicara dengan Haris nanti. Semoga dia bisa bawa Naura cepat tanpa menunggu jadwal pernikahan kita dulu."Alin mengangguk. "Kita pulang saja." Ucap Alin.Tian mengangguk. u
"Kau menyukaiku?" ulang Naura kembali pada Haris.Tatapan mata Haris masih sama. lekat pada tatapan mata Naura, "Jika kukatakan iya, apa yang akan kamu lakukan? dan jika tidak, apa yang akan kamu lakukan?" Naura berdehem mendengar pertanyaan balik dari Haris. apa yang akan ia lakukan? ia sendiri tak tahu apa jawabannya. Haris yang melihat kebingungan di mata Naura, langsung tertawa. ia mengacak puncak kepala Naura pelan, "SUdah!. jangan dipikirkan. anggak pertanyaan balik dariku sebagai sebuah lelucon semata." ucap Haris namun entah kenapa Naura merasakan ada kekecewaan di hatinya. ia tak tahu apa penyebab kekecewaan itu. otaknya seketika mengarah pada bayangan Tiara yang tertawa lepas dengan Haris. mendadak hatinya kesal."Kalau aku larang kamu dekat dengan Tiara, apa kamu menyanggupi." tanya Naura.Haris tertawa, "Kalau itu mau kamu, aku akan menyanggupi.""Tapi kan, kamu jauh lebih lama kenal dengan Tiara.""tak berdekatan lagi bukannya tanda benci kan? aku memang lebih lama ken
Suasana di ruang keluarga rumah Tian terasa cukup menegangkan. dan pelaku yang membuat ketegangan itu adalah Tian dan ALin. setelah insiden pelabrakan Tiara yang berakhir dengan malunya gadis tersebut membuat Alin dan Tian harus mengintrogasi Haris dan Naura setelah mereka tiba di rumah.bagaimana tidak. mereka masih memikirkan kalimat yang Naura ucapkan tadi. yaitu, gadis itu adalah calon istrinya Haris.Haris masih duduk dengan santai, sementara Naura sudah menunduk takut saat tatapan Tian dan Alin tak lepas darinya."Bisa kakak jelaskan maksud kakak tadi saat kita di restoran?" tanya Alin. Naura mengangkat wajahnya menatap Alin."Yang mana?" Tanya NAura berpura-pura tak tahu."Yakin nggak tahu? atau pura-pura lupa?" tanya Alin lagi dengan wajah penuh selidik.Naura tertunduk. ia mendengus membuat Haris tertawa. ia lalu melirik Haris yang masih terlihat santai. ia menyikut Haris seketika. "Apa?" tanya Haris."Kamu nggak mau ikut bantu jelaskan." bisik Naura pada Haris."Oke." Haris
Alin masih betah berbaring di tempat tidur di dalam ruang kerja Tian. Sejak Tian membawanya masuk ke dalam tadi, ia justru dibawa ke atas tempat tidur dan dibaringkan oleh pria tersebut. Namun mereka tak melakukan apa-apa. Tian hanya memeluknya sembari memejamkan mata dan sekarang pria itu tertidur di sampingnya.sementara dirinya tak bisa bergerak ke sana kemari karena Tian yang memeluknya cukup erat. Sebenarnya ia ingin protes dari tadi karena punggungnya terasa pegal, namun melihat ketenangan Tian yang tertidur begitu pulas, membuatnya tidak tega untuk membangunkan pria tersebut. Alhasil Ia hanya bisa menerima kekakuan tubuhnya sembari bermain ponsel.Sementara itu Haris dan Naura Baru saja sampai di rumah. Naura sebenarnya sudah kepo menanyakan pada Haris apa tujuan pria itu untuk ke kantor Tian, namun Haris tak kunjung memberitahukan padanya tentang tujuannya itu. Bahkan Haris hanya mengatakan jika Yang Tian katakan tadi akan dikatakan nanti, tapi entahlah nantinya kapan.Naura m
Hari pernikahan Alin dan Tian akhirnya tiba, dan baru saja lima menit yang lalu keduanya sudah sah menjadi sepasang suami istri. Alin terlihat sangat cantik dengan balutan gaun pengantin yang terlihat sangat mewah. Walaupun begitu, gaun Alin tak terlalu mahal. Mungkin karena Alin yang tak ingin bermewah-mewahan dalam pernikahannya. Memang sebelum memilih semuanya, Alin sudah mengatakan pada Tian jika ia tak ingin yang mahal-mahal. Karena sayang uangnya. Walaupun sebenarnya bagi Tian uang itu tak terlalu masalah. Namun karena Alin yang bersikeras, ia pun akhirnya menurut saja. Sampai akhirnya terlaksana lah pernikahan yang sederhana namun khitmat dan haru. Saat ini Alin sedang bersiap untuk resepsi. Ia bahkan sudah berganti pakaian menjadi pakaian pesta. walaupun harga pakaian tersebut tak terlalu mahal namun saat terpasang di tubuh Alin, kesan elegan dan mewah langsung terpancar di gaun tersebut. Mungkin karena memang Alin yang terlihat begitu cantik dan sempurna.Saat ini Alin hend
Haris terbangun dari tidurnya. Tubuhnya dipenuhi keringat dan nafasnya memburu. Masih jelas dalam ingatannya apa yang ia lakukan dengan Naura. Bisa ia ingat dengan Jelas Naura yang bermain pada kejantanannya dan ia yang memainkan lidahnya pada milik Naura. Gila. Ini mimpi paling gila yang pernah ia alami seumur hidupnya.Bagaimana bisa ia memimpikan hal segila ini. Setelah acara resepsi Tian dan Alin tadi, ia memutuskan untuk kembali ke paviliun dan Naura kembali ke kamarnya. Karena ia merasa cukup lelah hari itu, Namun siapa sangka sebuah kejutan mimpi yang seperti ini masuk dalam tidurnya. Padahal dia tak memikirkan apapun saat dia tadi ingin tidur, namun entah kenapa setan membawanya pada mimpi yang membuat tubuhnya memanas seperti ini.Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Melihat tepat pada bagian bawahnya dan di sana sudah basah dan berdiri tegak. Haris menghela nafas panjang. Ia mengusap wajahnya kasar. Dengan cepat ia berlari menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya
"Mau apa lagi Lo ke sini?" Suara bentakan itu terdengar dari Naura. Gadis itu menatap tajam Zaki yang tiba-tiba muncul di depan rumah Tian. bukannya Zaki dipenjara? lalu bagaimana pria ini bisa muncul di hadapnnya? kenapa Zaki bisa ada di sini. "Bukannya lo di penjara?" tanya Naura lagi. tatapan tajam Zaki membuat Naura ketakutan. Sementara di rumah tak ada siapa-siapa karena Haris pergi ke kantor Tian untuk menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan yang ditinggalkan oleh Tian selama pria itu berbulan madu.Zaki tersenyum sinis membuat bulu kuduk Naura merinding seketika. "Mana Alin?" Ucapnya bertanya."Alin nggak ada." Jawab Naura singkat."Jangan bercanda sama gue Naura. mana Alin? lo sembunyiin di mana Alin? ALIN! ALIN INI AKU ZAKI. Keluar Alin!" Zaki berteriak keras dan menyerobot masuk ke dalam namun Naura mencoba untuk menghalangi."Apa-apaan sih lo! gue bisa teriak kalau lo masih nekat buat masuk." ancam Naura. "Dan lo pikir gue takut? gue nggak takut Naura. bahkan gue bisa le
Delon berlarian menggendong gadis yang tadi pingsan. Ia berteriak saat sampai di koridor rumah sakit menuju ruang perawat."Tolong!!!" Teriak Delon membuat beberapa perawat yang ada di dekat Delon langsung menghampiri pria tersebut."Ya Tuhan Tita?" Salah satu perawat berteriak saat melihat pasien yang digendong Delon. "Tita nya kenapa mas?" Tanya perawat tersebut."Pingsan di rooftop." Jawab Delon singkat. perawat itu langsung meminta Delon untuk mengantarkan langsung ke ruangan gadis bernama Tita itu. Delon mengikuti perawat dan masuk ke sebuah ruangan yang cukup sempit. satu ruangan berisi delapan pasien. saat Delon masuk ke dalam, tatapan penghuni di dalam langsung tertuju pada wajah tampan Delon.Delon menidurkan Tita di tempat tidur rawat bagian Tita. ia melihat banyak dokter yang berlarian masuk ke dalam dan perawat pun menutup tirai bagian Tita. "Mas di luar dulu ya. biarkan dokter periksa Tita dulu." ucap salah satu perawat pada Delon. Delon mengangguk. jujur sebenarnya ia r