Hari pernikahan Alin dan Tian akhirnya tiba, dan baru saja lima menit yang lalu keduanya sudah sah menjadi sepasang suami istri. Alin terlihat sangat cantik dengan balutan gaun pengantin yang terlihat sangat mewah. Walaupun begitu, gaun Alin tak terlalu mahal. Mungkin karena Alin yang tak ingin bermewah-mewahan dalam pernikahannya. Memang sebelum memilih semuanya, Alin sudah mengatakan pada Tian jika ia tak ingin yang mahal-mahal. Karena sayang uangnya. Walaupun sebenarnya bagi Tian uang itu tak terlalu masalah. Namun karena Alin yang bersikeras, ia pun akhirnya menurut saja. Sampai akhirnya terlaksana lah pernikahan yang sederhana namun khitmat dan haru. Saat ini Alin sedang bersiap untuk resepsi. Ia bahkan sudah berganti pakaian menjadi pakaian pesta. walaupun harga pakaian tersebut tak terlalu mahal namun saat terpasang di tubuh Alin, kesan elegan dan mewah langsung terpancar di gaun tersebut. Mungkin karena memang Alin yang terlihat begitu cantik dan sempurna.Saat ini Alin hend
Haris terbangun dari tidurnya. Tubuhnya dipenuhi keringat dan nafasnya memburu. Masih jelas dalam ingatannya apa yang ia lakukan dengan Naura. Bisa ia ingat dengan Jelas Naura yang bermain pada kejantanannya dan ia yang memainkan lidahnya pada milik Naura. Gila. Ini mimpi paling gila yang pernah ia alami seumur hidupnya.Bagaimana bisa ia memimpikan hal segila ini. Setelah acara resepsi Tian dan Alin tadi, ia memutuskan untuk kembali ke paviliun dan Naura kembali ke kamarnya. Karena ia merasa cukup lelah hari itu, Namun siapa sangka sebuah kejutan mimpi yang seperti ini masuk dalam tidurnya. Padahal dia tak memikirkan apapun saat dia tadi ingin tidur, namun entah kenapa setan membawanya pada mimpi yang membuat tubuhnya memanas seperti ini.Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Melihat tepat pada bagian bawahnya dan di sana sudah basah dan berdiri tegak. Haris menghela nafas panjang. Ia mengusap wajahnya kasar. Dengan cepat ia berlari menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya
"Mau apa lagi Lo ke sini?" Suara bentakan itu terdengar dari Naura. Gadis itu menatap tajam Zaki yang tiba-tiba muncul di depan rumah Tian. bukannya Zaki dipenjara? lalu bagaimana pria ini bisa muncul di hadapnnya? kenapa Zaki bisa ada di sini. "Bukannya lo di penjara?" tanya Naura lagi. tatapan tajam Zaki membuat Naura ketakutan. Sementara di rumah tak ada siapa-siapa karena Haris pergi ke kantor Tian untuk menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan yang ditinggalkan oleh Tian selama pria itu berbulan madu.Zaki tersenyum sinis membuat bulu kuduk Naura merinding seketika. "Mana Alin?" Ucapnya bertanya."Alin nggak ada." Jawab Naura singkat."Jangan bercanda sama gue Naura. mana Alin? lo sembunyiin di mana Alin? ALIN! ALIN INI AKU ZAKI. Keluar Alin!" Zaki berteriak keras dan menyerobot masuk ke dalam namun Naura mencoba untuk menghalangi."Apa-apaan sih lo! gue bisa teriak kalau lo masih nekat buat masuk." ancam Naura. "Dan lo pikir gue takut? gue nggak takut Naura. bahkan gue bisa le
Delon berlarian menggendong gadis yang tadi pingsan. Ia berteriak saat sampai di koridor rumah sakit menuju ruang perawat."Tolong!!!" Teriak Delon membuat beberapa perawat yang ada di dekat Delon langsung menghampiri pria tersebut."Ya Tuhan Tita?" Salah satu perawat berteriak saat melihat pasien yang digendong Delon. "Tita nya kenapa mas?" Tanya perawat tersebut."Pingsan di rooftop." Jawab Delon singkat. perawat itu langsung meminta Delon untuk mengantarkan langsung ke ruangan gadis bernama Tita itu. Delon mengikuti perawat dan masuk ke sebuah ruangan yang cukup sempit. satu ruangan berisi delapan pasien. saat Delon masuk ke dalam, tatapan penghuni di dalam langsung tertuju pada wajah tampan Delon.Delon menidurkan Tita di tempat tidur rawat bagian Tita. ia melihat banyak dokter yang berlarian masuk ke dalam dan perawat pun menutup tirai bagian Tita. "Mas di luar dulu ya. biarkan dokter periksa Tita dulu." ucap salah satu perawat pada Delon. Delon mengangguk. jujur sebenarnya ia r
"sayang, bangun. Katanya mau jalan-jalan. Kok masih tidur." Tian membangunkan Alin yang masih asik bergelung dengan selimut tebal. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi waktu Tokyo. Setelah memilih tempat untuk berbulan madu, Alin yang awalnya memilih Sapporo, akhirnya beralih pada Tokyo karena dingin di Sapporo yang sulit ia hadapi. Dan kini, ia justru terlalu nyaman dengan suasananya. Tian sengaja memilih penginapan dengan konsep tradisional. Semua sudah disediakan di dalam penginapan tersebut termasuk taman pemandian air panas dengan konsep bebatuan yang melingkar. Kamar Alin juga terasa nyaman bagi wanita itu. "Sayang." Panggil Tian lagi. Alin menggumam perlahan. Ia menggeliat saat Tian kembali mengguncang tubuhnya. Ia perlahan membuka mata. "Katanya mau jalan-jalan. Nanti kalau nggak jadi jalan-jalan, aku didiamin." Ucap Tian membuat Alin langsung tersenyum."Tapi nyaman banget di sini yank. Lebih nyaman dari pada Sapporo. Mungkin karena dinginnya beda." Ucap Alin masih s
Haris dan Naura menikmati makanan yang mereka pesan dengan sangat nikmat. Naura yang awalnya ingin Haris makan bersamanya di tempat tidur rumah sakit, berubah menjadi ia yang mengikuti Haris makan di meja beserta sofa yang sudah di siapkan di ruangan tersebut.Setelah makanan habis, Naura belum ingin kembali ke tempat tidur. Toh ia juga tak butuh apa di tempat tidur. Makanya ia mengatakan jika ia sudah bisa pulang sebenarnya. Namun karena dokter mengatakan belum, jadi ia pasrah saja. Dari pada ia ribut lagi dengan pria yang ada di sampingnya ini."Alin kapan balik?" Tanya Naura pada Haris yang sedang mengupas buah."Katanya sih cuma liburan seminggu. Kamu tahu sendiri Tian. Dia bos nya di sini. Jadi seminggu katanya, belum tentu seminggu. Bisa jadi sebulan.""Ih jangan. Kok sebulan."Haris langsung menatap Naura,"kenapa kalau sebulan?""Kalau sebulan, berarti aku udah balik dong ke Aussie, terus kita nikahnya kapan?" Ucapnya cemberut. Tawa Haris nyaris meledak kalau ia tak menahannya
Tian menatap istrinya yang sudah terlelap. Seharian jalan-jalan membuat Alin lelah dan memilih untuk cepat tidur. Baginya juga tak masalah, biar besoknya Alin punya tenaga lagi untuk kembali menjelajahi Jepang. Masih banyak tempat yang ingin ia tunjukkan pada Alin. Tian turun dari tempat tidur. Ia meraih ponselnya lalu berjalan keluar menuju balkon. Ia mencari kontak ponsel Haris dan langsung menghubungi pria tersebut.Tak lama panggilan itu pun tersambung dan langsung diangkat oleh Haris."Bagaimana di Indonesia?" Tanya Tian tanpa basa-basi."Ck! apa kau tak bisa basa-basi terlebih dahulu?" ucap Haris membuat Tian berdecak kesal.. "Kau tahu aku tak terlalu suka hal itu. bahkan darahku mendidih saat melihat pria sialan itu berani masuk ke dalam rumahku. sialnya aku tak meminta orang-orangku untuk berjaga di sana." jawab Tian dengan nada suara yang begitu dingin.Haris paham itu. ia sangat tahu jika Tian tak suka rumahnya dimasuki oleh orang sembarangan. bahkan untuk Naura bisa di sa
Alin melenguh dalam tidurnya. ia merasakan tubuhnya remuk seketika saat ia baru saja terbangun. ia membuka matanya dan melihat suaminya masih terlelap. Alin menatap wajah tenang Tian. ia sangat suka dengan pahatan wajah Tian yang sempurna baginya. bahkan saking sempurnanya, ia akan memasang mata elangnya saat ada perempuan yang melirik pada sang suami. bahkan saat mereka di sini pun, Tian tak lepas dari tatapan para pemangsa. dan ia tak akan pernah mengizinkan pemangsa itu mendekati miliknya.Alin menyentuh pipi Tian lembut membuat Tian terbangun. "Suamiku tersayang, bangun." bisik Alin. Tian tersipu. ia menarik Alin semakin masuk dalam pelukannya membuat Alin tertawa. "bangun sayangku. sudah jam sebelas. kita melewatkan sarapan kita sayang." "Sebentar lagi istriku. atau aku ganti sarapan saja gimana?"Alin menautkan alisnya tak paham. "Ganti sarapan? maksudnya?"Tian tersenyum penuh makna. ia masuk ke dalam selimut dan detik berikutnya Alin memekik saat Tian bermain dengan puncak ke